COMPULSION

1.2K 155 496
                                    

"Tangan kamu kenapa?!" Tanya Rissa dengan wajah khawatir ketika melihat lengan Al yang diperban. Tetapi lelaki itu tidak menjawab, dan justru memberikan pernyataan lain.

"I wanna marry her."

Saat Al menginjakkan kaki di rumah orangtuanya, sejujurnya bukan itu yang ingin Rissa dengar.

"Her? Who's her?" Tanya Rissa dengan sedikit rasa khawatir di hati.

"Ririn."

Nathan segera menatap Rissa yang langsung terlihat perbedaan raut wajah.

"Kenapa harus dia?" Tanya Rissa lagi "Ada banyak perempuan di dunia ini Al. Kenapa harus dia?"

Al menatap ibunya itu lurus "Because I love her."

"Tapi kamu sama dia ga bisa bareng-bareng. Seenggaknya itu yang dibilang sama keluarganya. Kamu yakin, kalau kamu ngelamar dia, kamu akan disetujui? Mama tau kamu berharap bisa menikah sama Ririn, tapi kamu ga bisa pura-pura buta. Look at her. Look at them. Mereka ga akan nerima kamu sampai kapanpun." Ucap Rissa yang merasa hatinya begitu sakit karena anak satu-satunya yang ia miliki terus berputar di masalah yang sama.

Al menarik nafas sejenak "... She's pregnant."

"What?!"

"She's pregnant. And that's my child—"

PLAK!!!

"Ca—"

"KENAPA SIH AL?! Kenapa kamu selalu nyari masalah?!" Rissa menatap anaknya dengan nanar.

"Aku minta maaf kalau sayang sama orang adalah suatu masalah. Tapi aku butuh restu mama buat menikah sama Ririn—"

"Mama ga akan ngerestuin kamu."

"Terus mama mau orang lain tanggungjawab atas anak aku?"

"Kalau mereka mau, kenapa engga?"

"Mom... That's your own grandchild..."

Rissa menggeleng "Udah cukup mama dihina yang macem-macem sama orang lain, Al. Mama ga mau kamu bikin Mama malu lagi!"

Ucapan Rissa membuat Al mengangkat alisnya tinggi-tinggi.

"... Aku bikin Mama malu?"

Nathan menghela nafasnya "Enough, okay? Kalian baru ketemu hari ini loh? Harus banget berantem?"

Rissa menoleh ke arah Nathan "Terus menurut kamu gimana? Al boleh nikah sama Ririn?"

Nathan memegang bahu Rissa "... Kalau bener Al ayah dari bayi itu, tandanya dia harus tanggungjawab."

"Pa—"

"Kamu ga pernah dihina, Ca. You're good. You're enough. Kamu cuma takut orang-orang menatap kamu kayak gitu. Aku juga yakin kamu tau sesayang apa Al sama Ririn..." Nathan mencoba membuat Rissa luluh.

Rissa menghela nafasnya "Terserah lah." Setelah itu ia langsung masuk ke kamar dan meninggalkan dua pria berwajah hampir serupa itu.

"Son."

Al mengangkat kepalanya untuk menatap Nathan.

"I think we should talk about this..." Ucap Nathan pelan "kenapa sih kamu ga pernah mau cerita sama papa soal masalah kamu?"

Al diam saja dan menunduk lagi.

"Semenjak kejadian lima tahun lalu, kamu makin jauh dari papa sama mama. Kita bahkan ga pernah tau kamu makan apa aja setiap hari... Kamu tidur jam berapa... Ketemu siapa aja... We never know... Because you never tell us." Ucap Nathan dengan sendu "Kamu marah sama papa mama?"

I'm Your Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang