STAB

1.1K 162 298
                                    

#12.25

"Selamat siang, pak. Persiapan meeting sudah selesai." Ucap sekertaris Revan setelah mengetuk pintu ruangannya beberapa kali.

Revan mengangguk "Oke."

Setelahnya lelaki berusia 50 tahunan itu segera berjalan keluar dari gedung kantornya. Gedung ini diketahui orang luar sebagai gedung firma hukum, tetapi untuk orang-orang yang bekerja di dalamnya, mereka tau ini bukan sembarang firma hukum biasa.

Revan masuk ke mobil dan setelahnya sang supir langsung membawanya pergi ke tempat mereka bertemu dengan perwakilan salah satu anak perusahaan Faresta.

Revan membolak-balikkan dokumen di tangannya, mencoba mencari keganjilan atau kesalahan kecil yang mungkin saja dibuat oleh perusahaan itu.

Tetapi nihil.

Perusahaan ini bersih.

"Oh iya, nama orang yang jadi perwakilan mereka siapa?" Tanya Revan dengan alis terangkat.

"Nona Sharon Beatrix, pak."

"Masih muda?"

"Iya, pak. Setau saya ia seusia dengan anak bapak."

Revan memiringkan kepalanya, agak curiga "Kenapa semuda itu yang jadi perwakilan?"

"Mungkin karena perusahannya juga masih baru, pak. Jadi dicari fresh graduate yang berkualitas"

"Hmm... Bisa jadi..." Revan mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mereka sampai di salah satu restoran yang netral. Bukan milik Manggala, juga bukan milik Faresta. Setau Revan ini hanya restoran kecil milik salah satu anggota DPR yang Revan lupa siapa namanya. Toh ga penting juga.

Saat ia sampai di sana, ia langsung ditunjukkan jalan ke ruangan VIP. Di dalamnya sudah ada Sharon dan satu orang di sebelahnya.

Revan tebak, pasti dia sekertarisnya.

"Selamat siang Pak Revan." Sapa Sharon dengan senyuman.

"Selamat siang." Jawab Revan sebelum duduk terlebih dahulu "Silahkan duduk"

Semua orang langsung duduk setelahnya.

"Oke, karena waktu saya ga banyak, kamu bisa langsung jelaskan ke saya soal perusahaan kamu. Apa bedanya sama perusahaan lain yang sejenis? Kamu tau kan... Saya ga suka buang-buang uang untuk perusahaan yang ga jelas?" Tanya Revan dengan alis terangkat.

"Ya, pak. Saya tau betul. Saya akan jelaskan kembali kelebihan perusahaan kami." Ucap Sharon sambil tersenyum.

Selama hampir satu jam Sharon menjelaskan ditambah Revan juga menanyakan banyak hal yang sebenarnya hanya untuk mengetes karena ia tentu saja akan membantu perusahaan Faresta apapun yang terjadi.

"Kurang lebih itu yang bisa saya sampaikan, pak." Ujar Sharon dengan senyum tipis.

Revan meminum teh nya sampai habis, kemudian ia menghela nafas "Gimana ya... Perusahaan kamu ini masih beresiko. Ga bisa dibilang menjanjikan juga..."

"Saya akui perusahaan kami memang bukanlah perusahaan yang mempunyai fondasi cukup kuat, tetapi saya yakin jika pak Revan berkenan mengakusisi perusahaan saya, fondasi yang kami miliki tidak akan tergoyahkan, pak." Ucap Sharon yang berusaha meyakinkan Revan.

"... Saya ke toilet dulu." Pamit Revan sebelum keluar dari ruangan tersebut.

Ia masuk ke toilet dan tak lama kemudian ia kembali ke ruangan VIP. Tetapi di sana hanya tersisa Sharon seorang diri.

"Loh? Sekertaris saya mana?" Tanya Revan.

"Sepertinya sekertaris bapak alergi kacang, sekertaris saya sedang mengantarnya ke rumah sakit." Ucap Sharon.

I'm Your Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang