19. Serupa tapi tak sama

1.6K 60 0
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote+komen

Jam sudah menunjukkan pukul 13:30 Dan ya kini El Dengan Silvi sedang berkutat di dapur dengan pakaian khas chef.

Ah sungguh El sangat malas sebetulnya namun, Tak apa demi sahabat ia rela melakukan meskipun agak terpaksa.

"El, Siniin dong coklat cair nya" pinta Silvi.

Dengan badan yang mager, El rela menggerakkan tubuhnya.

"Lama banget si" gerutu El.

"Heh Lo ya, namanya juga bikin kue, Ini itu harus enak tau"

El hanya mendengus sebal, Memang Silvi ini jika sudah membuat kue, pasti akan selalu fokus dan tak ingin di ganggu.

Dan ya Silvi ini memang jagonya.

"Bikin kue sebanyak gini mau Lo apaain ongeb" Kesal El.

"Mau buat kejutan lah buat ortu gue" Kata Silvi. "Sekaligus kalo ada sisa, mau gue jual. Gimana oke gak" lanjut Silvi sembari membayangkan hasilnya.

El tersenyum getir. "Oke, terserah Lo aja" Sudah cape dengan pola pikir Silvi.

"Udah sini, Gue bantu Mikser Rin deh" Ucap El.

Namun Silvi segera menolak. "No" ucap Silvi. "Lo diem aja, Lo bantuin gue nya yang ringan aja" lanjut Silvi.

El mengerinyit heran. "Tumben banget Lo"

"Gue tau" Dengus Silvi

"Tau apa?" Tanya El tak mengerti.

"Lo lagi sakit kan?" Tanya Silvi.

El menggeleng ragu. "Jangan bohong deh El, Gue tau"

El mengalihkan pandangannya. "Luka Lo kenapa Di tutupin kayak gitu? Hah?"

"Luka apaan si" kesal El.

Silvi menyudahi pekerjaan nya. "Nih, Tangan Lo kenapa, Meskipun Lo tutupi pake Hoodie Segede gini ya, gue tau kalo Lo lagi luka" Ucap Silvi dengan menunjuk lengan El.

"Mana? Gue liat" Kata Silvi memaksa.

"Gak" tolak El cepat.

"Ahh malesin Lo. Sini" Silvi membuka paksa Hoodie yang di pakai oleh El.

Silvi tersenyum getir kala melihat perban yang melingkar di tangan El.

"Seharusnya Lo mati aja, Sakit iya mati kagak" Ucap Silvi dengan entengnya.

El menatap Datar Silvi. "Gue juga mau nya gitu ongeb" kesal El.

"Hah, gak profesional si Lo mah jadi manusia tuh"

El mengerinyit bingung. "Maksud Lo?" Tanya El tak mengerti.

"Yap, Seharusnya Lo terima aja apa yang sudah tuhan atur. Ini itu skenario tuhan, Dan asal Lo sabar buat ngejalanin nya, Mungkin suatu saat nanti buah kesabaran Lo itu akan terganti dengan semua yang Lo inginkan, Mungkin gak sekarang tapi nanti!"

Benar! Memang benar apa yang di katakan oleh Silvi.

"Lo bener" Lirih El "seharusnya gue gak boleh nyerah gitu aja"

Silvi menatap dalam El. "Mungkin gue terlalu cape buat ngejalanin semuanya Vi"

"Gue tau, dan gue ngerti, karena setiap orang punya beban dan penderitaan nya masing masing" ucap Silvi.

"Termasuk Kehidupan gue El" Lirih Silvi.

Saking sibuknya El dengan kehidupan nya sendiri, ia Sampai lupa. Jika Silvi yang semua orang kenal dengan ceria, ramah, anak manja. Mempunyai masalah tersendiri.

Terlalu lama meratapi nasib mereka sendiri, Sampai keduanya melupakan sesuatu.

"El, kok gue cium bau bau gak enak gitu ya" Ucap Silvi

"Astaga, Kue nya gosong Anjir" lanjut Silvi setelah menyadari nya.

Ya lama bercerita membuat keduanya melupakan kue nya.

......

"El makasi banget ya, Lo udah bantuin nyiapin semuanya" Ucap Silvi.

El tersenyum. "Iya, Sans aja"

"Eh. Tapi Lo beneran mau pulang? Gak nunggu nyokap sama bokap gue pulang dulu gitu" Tanya Silvi.

El menggelengkan kepalanya. "Gak usah, Gue mau pulang aja. Lagian gue ada perlu sedikit"

"Dih, gayanya kayak orang penting aja" Kesal Silvi.

"Huh, Dasar ya Lo" El menggelengkan kepalanya.

Silvi hanya cengengesan tidak jelas.

Tid tid

Suara klakson mobil mengalihkan perhatian El dan Silvi.

"Dia yang jemput Lo?" Tanya Silvi.

El mengangguk. "Hm"

"Siapa sih, bikin penasaran aja" gerutu Silvi, karena Seseorang di dalam mobil itu belum keluar juga.

El hanya memutar bola matanya memelas. Silvi ini selalu saja pengen tau.

Lelaki tampan dengan tubuh yang sangat tinggi, Badan yang sangat Wahhh Warbiasyahhhhhhhh.

"Ayo" Ajaknya kepada El.

El mengangguk. "Vi gue pulang dulu ya" pamit El. Namun tak Silvi hiraukan.

Saka menatap aneh Silvi, Lalu saka mencoba membuat Silvi sadar. Karena saka merasa malu sendiri jika di pandang seseorang dengan segitunya.

"Hallo" Ucap saka melambaikan tangannya di depan wajah Silvi.

"Ah, iya, A_aku Silvi! Sahabatnya El" Ucap Silvi.

Saka tertawa. "Ahaha, iya iya, gue saka. Temennya El" ucap sama.  "tapi mungkin sebentar lagi bakal jadi crush nya El" Bisiknya kemudian.

Plakk

"Weh, apaan sih Lo ah" kesal El.

"Ini lagi" Kesal El kepada Silvi. "Udah gue mau pulang, Bye" Pamit El dengan tidak sopan ya.

"SAKA AYOOO" Teriak El kala sudah berada di pintu mobil.

"Iya bentar. Gue pulang dulu ya, Babay cantik " Goda Saka.

Silvi di buat meleyot seketika. "Babay juga cogan".

.......

"Napa si Lo?" Tanya saka tak mengerti.

"Lo gak usah goda goda sahabat gue ya" kesal El. Dengan Bibir sedikit di majukan beberapa senti.

Saka tertawa receh. "Hahah siapa yang goda goda sahabat Lo".

"Ya, Tadi itu apa coba kalo bukan menggoda" Ucap El penuh penekanan.

Saka di buat geleng kepala. "Yaudah si, Emang dia cantik kan" Ucap Saka tidak ada salahnya.

Seketika El di buat mati kutu. "Lah Si Silvi kan emang cantik, aduh kenapa si otak gue" gerutu El dalam hati.

"Woy, El" panggil saka.

"Hah apa?" Jawab El ambigu.

Saka tersenyum miring. "Gue tau" ucapnya menganggukkan kepalanya sendiri tanda ia mengerti.

"Tau apa?" Tanya El sok cuek.

"Lo cemburu kan" tunjuk saka dengan alis yang di naik turunkan.

"Dih, Siapa yang cemburu ongeb" Kesal El.

"Yaudah si. Gue tau Lo pasti cemburu kan, Gue kan ganteng, baik, perhatian wajar aja si Lo cemburu"

Astaga siapapun rasanya El ingin menghilang saja dari sini. Saka ini memang selalu kepedean.


Terimakasih sudah membaca

Sel.28juni

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang