41. serupa tapi tak sama

1.3K 44 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗
.
.
.
.
.


Sesuai isi chating dengan Silvi, kini El tengah menunggu kedatangan sahabatnya itu.

Namun El merasa sangat bosan,.karena hampir satu jam lamanya ia berada di warung bakso Mang Dir.

"Neng?" Panggil Mang Dir.

El menoleh. "Mau nambah lagi bakso nya?" Tanya Mang Dir.

El menggeleng. "enggak ah mang Dir, El kan udah makan dua mangkuk bakso" ucap El dengan menyengir.

"Gak papa atuh"

Namun lagi lagi El menggeleng. "Lah, kalo El gemuk gimna? Karena kebanyakan makan bakso" Lirih El.

Namun mang Dir terkekeh. "Gak papa atuh neng. Ciri ciri bahagia hahaha" Mang Dir tertawa lepas. Begitu juga dengan El. Namun sayangnya tawa El palsu.

"Kalo gitu, mang Dir Kesan dulu ya neng" pamit mang Dir.

El mengangguk. "Oke Mang, silahkan" ucap El mempersilahkan.

Bahagia!. Kata kata mang dir barusan tergiang di kepalanya. Bahkan ia hampir lupa kapan terakhir kali ia bahagian.

"WOYYYY"

Astaga! Sialan. hampir saja rasanya jantung El copot, karena ulah sahabat sialannya itu.

"Monyet" kesal El.

Namun dengan wajah tanpa dosa nya, Silvi meneguk habis minuman di meja, dan itu milik El.

El yang melihatnya hanya memutar bola mata memelas.

"Abisnya Lo bengong Mulu El, gue udah panggil panggil, tetep gak nyaut" Gerutu Silvi.

Memang benar, hampir 4x Silvi memanggil El. Namun sayangnya sang  empu masih tidak menyahut. Alhasil Silvi berteriak kepada El.

"El. Lo Oke kan El?" Tanya silvi khawatir.

El mengangguk. "Gue oke"

"Huh" Silvi mengusap dadanya lega. "Gue kira Lo mati El" Celetuk Silvi dengan tidak keprisahabatannya.

"Tadinya iya, cuman. Gue kasian sama Lo" jawab El kesal.

Silvi mengangkat kedua alisnya. "Kasian?" Tanya Silvi. Sontak El mengangguk semangat.

"Gue kasian. Kan cuman gue yang mau berteman sama Lo"

Ah sial! Bukan hanya mulut Silvi yang tidak berprikesahabatan Ternyata mulut El juga sama.

Sangat mengesankan bukan!.

"Huaaaaaaa Hahahahahahah hiks" El mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti dengan sahabatnya itu.

"Lo nangis? Atau ketawa monyet?"

"Gue gak tauuu".

Ah rasanya memiliki sahabat seperti Silvi membuat El darah tinggi. Saking prustasi nya.

.......

"Lo yakin harga nya murah?" Tanya El.

Kini El beserta Silvi sedang memeriksa rumah kost yang katanya harga murah Namun sangat estetik.

"Sutt. Diem. Gue gak pernah salah" Ucap Silvi dengan sombongnya.

El hanya memutar bola mata memelas. Sialan memang!.

"Gimana neng, suka sama kost nya?" Tanya si ibu pemilik kos. Panggil saja Bu Radha.

El mengangguk. "bagus juga Bu, saya suka" jawab El. "Tapi, per_bulan nya berapa ya?" Tanya El.

"Murah kok, cuman 200 ribu perbulan.

"Hah"

Kenapa bisa semurah itu. Wah ternyata ia tidak salah memilih teman seperti Silvi. Pokoknya I love you Silvi huaaaaaaaa.

"Oke, saya mau Bu" ucap El langsung.

Silvi tersenyum puas. Begitu juga dengan si ibu pemilik kost.

"Oke, ini kunci nya, semoga betah ya neng"

El dan Silvi mengangguk. "Pasti Bu, dia mah dimana aja betah" Celetuk Silvi. El mencubit Pinggang Silvi kuat.

Sialan anak ini, tapi sabar El.

"Hahahah, yasudah kalo gitu saya permisi" pamit Bu Radha.

Silvi dan El mengangguk. "terimakasih Bu"

Setelah kepergian pemilik kost tersebut. El dan Silvi meloncat senang.

"Anjir, akhirnya gue Nemu juga nih kost murah" ucapnya.

Silvi terkekeh. "Iya lah, gue gituloh" ucapnya dengan menggibaskan rambut panjangnya.

"Hahaha iya iya iya, maksih deh ya, Lo memang sahabat terbaik gue"

Silvi mengangguk. "Oke, sama sama" ucapnya dengan sedikit sombong. Dan itu sangat menjijikkan.

"Udah, mending sekarang Lo rapiin dulu tempatnya, gue mau beli makanan" titah Silvi.

Sebetulnya El sangat malas, namun ia harus membuang rasa malasnya itu.

"Oke, siap"

Silvi terkekeh. Tumben sekali El mematuhi perintahnya.

.......

Kini Silvi berada di luar, setelah tadi ia pamit kepada El untuk membeli makanan. Namun nyatanya ada hal yang lebih penting selain membeli makanan.

"Bu?" Panggil Silvi. "Sini" anaknya.

Si ibu itu menurut. "Gimana? Bagus gak neng tempat nya?" Tanya Bu Radha. Ya si pemilik kost kostan.

Silvi mengacungkan jari jempol nya. "Mantap! Bagus banget Bu" puji Silvi.

"Ya berarti harga per bulan nya gede ya neng. Kan kualitas tergantung harga"

Silvi mengangguk mengerti. "Siap Bu, saya paham. Ini uang nya" ucap Silvi, dengan memberikan sebuah amplop coklat, yang isinya sangat tebal.

"Berapa ini neng?" Tanya Bu Radha.

"Ibu itung aja sendiri, lebihnya simpen aja buat ibu, buat jaga jaga. Kalo nanti listrik nya mati, kan kasian temen saya Bu"

Bu Radha mengangguk. "Tenang aja neng, pokoknya semua beres"

"Sip, Eh. Tapi jangan sampai temen saya tau ya Bu, kalau saya bantu bayar, soalnya temen saya selalu nolak Bu"

"Iya, saya paham neng" jawab Bu Radha.

"Oh iya Bu?" Silvi meneliti penjuru tempat dengan hati hati.

"Krishna nya mana Bu?" Tanya Silvi.

Bu Radha yang tak mengerti hanya menggeleng pelan. "Maksudnya?" Tanya Bu Radha.

Sedetik kemudian, Bu Radha pun mengerti. "Hoalah neng, maksud neng, Krishna yang ada di film film itu"

Silvi mengangguk, dengan tawa receh nya. "Hahahaha iya Bu"

"Eh bocah nih, iseng kali lah" ucap Bu Radha dengan menggelengkan kepalanya tak mengerti.

......

Typo tandai ✍️
Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang