55.serupa tapi tak sama

1K 37 9
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗





Dentingan suara sendok beradu dengan piring menemani keheningan sarapan pagi keluarga arya.

Meja makan yang besar namun sayangnya hanya tiga orang yang duduk di sana. Makanan yang sangat lezat dan banyak, membuat El merasa sangat nikmat.

Rasanya sudah lama sekali ia tak makan makanan seenak ini.

"El, mau nambah gak?." Tanya Rachel.

El mengangguk, lalu tersenyum. Sekilas tatapan nya tak sengaja bertemu dengan Arya, namun entah mengapa tatapan yang Arya berikan, seperti tidak menyukainya.

Rachel sudah bersiap untuk memberikan lauk pauk ke piring El, namun dengan cepat el menggeleng. "Eh. Gak usah Ra, gue udah kenyang." El menolaknya.

Rachel mengangguk, "mmm gitu, kalo gitu kamu cepetan gih berangkat." Titah Rachel.

"Arsen udah di depan." Bisik rachel, kemudian ia terkekeh.

Wajah El bersemu merah, rasanya ia Dejavu sendiri, Apakah El masih mencintainya, entahlah!.

"Apaan sih Lo." Elak El.

El mengambil nafas Nya dalam, kemudian ia beranjak dari duduknya, lalu menyalimi tangan Arya, Arya menerima nya dengan senyum hangat.

"Nih."

Arya memberikan satu buah kartu. Mata El membulat sempurna.

"Ini!"

"Iya, kamu ambil, Kamu beli apa aja yang kamu mau."

"Ayah serius?"

Arya mengangguk. "Ayah serius, tapi yang rajin belajar nya, itu buat masa depan kamu, bukan buat ayah. Ingat itu!"

El mengangguk semangat. "iya ayah, El akan semangat terus buat belajar." Ucap El antusias.

"Yasudah, kalo gitu. Berangkat gih." Titah Arya.

Rachel mengangguk. "Oke ayah"

Muachh

El mengecup pipi Arya sekilas, lalu berlari.

"El SAYANG AYAH." Teriak El.

Arya terkekeh, lalu setelah kepergian El, Rachel pun sama halnya. Ia pamit kepada Arya.

Setelah kepergian kedua putrinya, Arya terkekeh, ia mengusap pipinya yang tadi El cium. Kemudian Arya berdecih.

"Sialan! Beraninya anak itu." Geram Arya.

......

"Pagi." Suara berat itu menyambut El di halaman depan.

El merasa gugup juga cangung. Sudah lama sekali Arsen tidak menjemputnya.

"Ayok!" Ajak Arsen dengan memberikan helm miliknya dahulu.

El menganga tak percaya, pasalnya helm ini adalah helm yang sering El pakai dulu, ia kira helm itu sudah tidak ada.

El merasa senang karena Arsen membawa motor. Arsen ini memang selalu tau apa yang El mau.

"Loh Ar?" Rachel datang.

"Gak bawa mobil?" Tanya Rachel lagi.

Arsen menggeleng. "Gak"

Rachel mengangguk. "Oh gitu."

"Kamu mau ikut Arsen aja Ra, biar gue bawa motor sendiri." Tawar El. Sontak Arsen membulatkan matanya.

Rachel mengerti, lalu menggeleng pelan. "Gak usah, aku bisa di anter kok."

El mengangguk. Lalu dengan cepat Arsen membawanya mendekat ke arah motor, lalu memakaikan nya helm.

"Ish, pelan pelan dong." Protes El.

"Iya iya maaf, lucu banget sih." Arsen mencubit hidung mancung El.

Rachel terkekeh, meskipun hatinya merasa sakit. Entah mengapa, bahkan dahulu Arsen tidak pernah seperti itu kepada Rachel.

Brum brummmmmm

Arsen menancap gas begitu saja, hingga membuat El refleks memeluk Arsen. Di balik helm Arsen tersenyum penuh kemenangan.

"Ah sial, kenapa gue meluk Arsen sih." Batin El, menggerutu dirinya sendiri.

"GAK USAH DILEPAS KALI." Ucap Arsen. Dan langsung menarik kembali tangan El yang sudah lepas dari pinggangnya.

"APAAN SIH LOH AH." Kesal El. Tapi sayangnya cengkraman Arsen begitu kuat.

"Diem atau gue bawa ngebut." Ucap Arsen.

"HAH." Jawab El, pasalnya Arsen berbicara sangat pelan.

"ENGGAK, LO CANTIK." Ulang Arsen.

Blushhh

Apakah El tak salah dengar, sialan Arsen ini, untung saja Arsen tidak melihatnya, jika Arsen melihat wajah El kini, mungkin Arsen akan menertawakan dirinya, karena wajah El merah.

......

"Maafkan kami pak, kamu belum bisa mendapatkan pendonor yang cocok untuk bapak." Ucap salah satu dokter.

Arya mengangguk. "Tenang saja, saya sudah menyiapkan pendonor nya dokter."

Dokter tersebut menaikan satu alisnya. "Siapa?" Tanyanya.

"Dia Raquel."

BRAKKKK

"HAH, ITU ANAK KAMU ARYA, APA KAMU MAU TEGA AMBIL GINJAL DIA ARYA." Ucap dokter itu tidak menyangka.

Arya tersenyum getir.  "Saya tau satria, tapi hanya dia yang bisa menyembuhkan penyakit saya."

Satria menggeleng cepat, ia begitu tak menyangka dengan cara pikir Arya.

"Saya paman El, dan saya tidak mengijinkan nya Arya." Bantah satria.

"Menjadi seorang dokter itu harus konsisten satria, bukan karena kamu seorang paman dari anak saya, kamu bisa seenaknya melarang hal itu."

"Sebenci itukah kamu kepada anak malang itu." Ucap satria.

"Kamu tenang saja satria, saya akan menjadi ayah yang baik, asal dia juga bisa melakukan yang terbaik untuk saya." Ucap Arya, kemudian tanpa menunggu jawaban dari satria selanjutnya, Arya sudah pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Di dalam sana satria terus saja menggerutu Arya, kenapa ia bisa memiliki Adik ipar seperti Arya, namun ia juga tak bisa berbuat apa apa, karena kesuksesan nya kini, mempunyai campur tangan dari Arya.

......

Typo tandai ✍️

Terimakasih sudah membaca 🤗

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang