67. Serupa tapi tak sama

1.2K 32 0
                                    

Jangan lupa vote komen share
Selamat membaca 🤗




Saka meremas perut nya, Rasa sakit itu kembali menyerang, Wajah pucat hingga tubuh sedikit gemetar.

Ia mencoba meraba sakunya, Namun sayangnya yang ia cari tidak ada.

Perlahan saka mengingat kembali, Kapan terkahir kali ia meminum obat tersebut.

"Ruangan El." Batinnya.

El yang menyadarinya pun langsung menatap saka cemas.

"Lo kenapa?." Tanya El khawatir.

Dengan wajah pucat, dan rasa sakit, saka masih mencoba untuk tersenyum kepada El.

"Gue gak papa, Cuman Sakit perut aja." Saka terkekeh.

El mengangguk mengerti, "Tapi Lo pucet banget." Ucap El.

Saka kembali terkekeh. "Gue pucet, karena nahan berak," Saka sedikit tertawa, karena melihat muka datar El.

"His, jorok banget, Udah sana, Keluarin dulu hajat Lo itu." Titah El.

"Tapi, Lo?"

"Gak papa, Gue mau nunggu disini, lagian ada ayah juga disana." Ucap El, dengan menatap Arya di ujung kursi sana.

Saka menatap datar Arya. "Arya sialan!" Batin Saka.

"Gue bakal disini dulu, Sebelum Arsen Dateng!." Putus saka. Kemudian ia kembali duduk.

"Tapi___"

"Diem, Gue mau tiduran bentar." Ucap saka dengan cepat, memotong perkataan El.

"Hm oke."

"Bahu." Ucap saka.

El tak mengerti. "Aishhh, Gue pinjem bahu Lo bentaran." Pinta saka.

El segera mengangguk, mempersilahkan. "Aka." Panggil El.

"Hm." Gumam saka.

"Gue takut, orang yang gue sayang ninggalin gue."

"Hm." Gumam saka kembali.

"Termasuk Lo, Lo jangan ninggalin gue ya." Lirih El.

Saka mencoba membuka suara, meskipun ia sudah tidak tahan.

"Hm." Jawab saka. Perlahan matanya pun terpejam.

El tersenyum. "Gue harap Lo tepati janji Lo aka." Gumam El.

Kemudian pandangannya kembali menuju pintu UGD tersebut. Satu setengah jam lamanya, ia setia menunggu kabar dari dokter.

"Tuhan, Jangan ambil orang yang El sayang, El gak mau liat ayah kembali menderita, karena ditinggalkan oleh orang yang paling berharga di hidupnya. Jika bisa ditukar, Biarkan El Aja yang pergi, Rachel jangan." Batin El.

15 menit lamanya, Saka masih tertidur pulas, El mencoba membangunkan saka, namun nihil saka sama sekali tidak membuka mata, ataupun sekedar menjawab.

"Aka?." Panggil El. Hampir beberapa panggilan sudah El lontarkan. Namun sama sekali tidak ada pergerakan.

Perasaan El mulai cemas, entahlah. Entah saka tidur atau tidak sadar diri.

"Aka, Hey. Aka bangun." Pinta El.

Orang orang di sekitar El pun menghampiri. "Kenapa neng?." Tanyanya.

"Pak, bisa tolongin saya gak? Teman saya tidur tapi dari tadi gak bisa di bangunin." Ucap El dengan gemetar, ia takut sesuatu terjadi kepada saka.

"Wah, sepertinya dia tidak sadar neng, Sebaiknya kita panggil dokter saja."

El segera mengangguk, lalu kembali meminta tolong, untuk memanggilkan dokter.

"Aka, Kamu kenapa?" tanya El dengan isak nya.

Di ujung kursi sana, tak sedikitpun Arya bergerak, bukan kah ia melihat bagaimana keadaan saka, Dan juga Keadaan putrinya yang mengkhawatirkan saka.

Tidak punya hati memang!

.........

"Dia pasien saya." Ucap salah seorang dokter.

"Cepat bawa dia!" Titahnya kepada perawat.

Mendengar hal tersebut, Rasanya dunia El berhenti begitu saja, Apa maksud satria.

Bukankah dokter satria spesialis penyakit dalam, Dan Saka? Apa maksudnya!.

"Om!." Panggil El.

"Jangan sekarang El," pinta satria.

El hanya menatap nyalang, pintu tersebut yang sudah tertutup rapat. Di balik kaca, El melihat bagaimana selang selang terpasang di tubuh saka, selang oksigen yang membantu pernafasan saka, Dan kemudian selang infus yang melingkar di tangannya.

"Enggak!" Ucap El dengan tatapan kosongnya.

"Gak mungkin!" Tolak El.

Air matanya luruh seketika, Rasanya dunia El begitu hancur, Bagaimana ini bisa terjadi.

"Gak mungkin hiks, Saka gak akan ninggalin gue." El terisak. Rasanya pasokan udara begitu sesak.

Sungguh siapapun, Jika benar ia bermimpi, tolong bangunkan ia sekarang juga.

"Gue pasti mimpi." Dengan air mata yang tak hentinya mengalir, El terkekeh. "Hahah gue mimpi,"

"Sebentar lagi gue pasti bangun, dan semuanya akan baik baik aja." Ucap El mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"EL?" Panggil Arsen khawatir.

"Arsen." El tersenyum pedih.

"Ini." Tunjuk El kepada pintu ruangan di hadapannya itu dengan tertawa. "Gue lagi mimpi Ar, Saka masuk ICU, Dan ini adalah mimpi paling buruk Ar." Ucap El seolah semuanya baik baik saja.

"Ar." Arsen memeluk erat tubuh El.

"Bangunin aku ya Ar." Ucap El, kemudian kesadaran nya menghilang.

Arsen yang panik pun langsung membawa El menuju ruangannya. Entahlah? Semuanya menjadi kacau.

"Sialan! Lo harus tanggung jawab bangsat." Gumamnya, perkataan itu ia lontarkan untuk saka.

Meskipun begitu, Perasaan Arsen juga sama hal nya dengan El, ia juga hancur. Ia belum siap kehilangan musuh terbesarnya.

"Kalo Lo pergi, gue gak bakal maafin Lo!" Ancam Arsen.

........

Keadaan saka kembali normal, Dokter satria begitu jengkel, karena telat sedikit saja sesuatu yang tidak di inginkan akan terjadi.

Karin dan Adi pun sudah berada di rumah sakit, Mereka berdua begitu cemas, saat mendengar jika saka kembali masuk ICU.

"Sudahlah mi, Semuanya akan baik baik aja." Lerai Adi.

"Mami takut pih, Jika suatu saat saka pergi, mami gak sanggup." Lirih Karin,

"Saka gak akan ninggalin kita mi." Ucap Adi mencoba menguatkan.

Karin pun masih setia terisak, entahlah hanya keajaiban tuhan yang akan membantu Semuanya.

"Kita serahkan semuanya kepada tuhan mi, kita hanya manusi, yang berpasrah kepada sang pencipta."

Karin mengangguk, Sungguh ia berserah kepada tuhan.

.....

Typo tandai ✍️
Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang