62. Serupa tapi tak sama

1.2K 35 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗

Dokter satria menatap pasien nya itu dengan tatapan tajam. Karena pasien nya itu begitu sangat keras kepala.

"Tidak! Saya melarang kamu untuk melihat dia." Bantah Arya.

"Sekali ini saja, Jika waktu saya memang tinggal sedikit, saya mau memberikan ginjal saya yang masih sehat ini untuk ayahnya, supaya dia tidak memberikan ginjal miliknya."

"Sudah tidak waras kamu."

"Makannya, ketidakwarasan saya ini memang terdengar begitu gila." Jawab saka.

Dokter satria menghembuskan nafasnya kasar. Berbicara dengan saka membuat dirinya terus mengusap dada.

"Saya ingin, melihat dia, untuk kali ini saja." Pinta saka dengan memohon.

Satria menghirup udara, "Suster." Panggil dokter satria kepada Suster yang tengah menyiapkan makanan untuk saka.

"Tolong bantu saya bawa saka ke ruangan VIP No 123."

Suster tersebut mengangguk, lalu membatu sang dokter untuk membatu saka duduk di kursi roda.

"Jika orang tua kamu disini, mungkin mereka akan marah kepada saya."

"Tidak akan." Jawab saka santai.

Satria menggelengkan kepalanya, ia begitu Heran dengan sipat yang saka miliki, mungkin itu menurun dari sang mami.

Karena Karin dan satria dulunya adalah seorang sahabat, dan satria lah dokter pribadi saka. Semenjak saka di vonis penyakit ginjal. Dan satria tau persis perjuangan saka untuk bisa sembuh.

Tidak lama kemudian dokter satria dan saka sudah berada tepat di depan pintu dengan nomor yang tertera 123 tersebut.

Saka begitu tidak sabar dengan seseorang di dalam ruangan itu, Seorang gadis yang katanya hidupnya jauh dari kata bahagia.

Krek..

Dari ambang pintu, saka bisa melihat seorang gadis tengah berbaring, namun tubuhnya sedikit miring, hingga membuat saka tidak bisa melihat wajahnya.

"Mungkin dia sedang istirahat." Ucap dokter satria.

Saka mengangguk, karena tidak ingin menganggu, saka memutuskan untuk kembali ke ruangannya saja.

Satria kembali mendorong kursi roda yang ditumpangi oleh saka, sudah hampir menghadap pintu, tiba tiba...

"Om!" Panggilnya.

Tubuh saka bergetar hebat, ia tau persis suara itu.

"Om mau kemana? Itu siapa?." Tanya El dengan suara sedikit parau.

"Ah iya, ini ada yang mau bertemu sama kamu."

"Siapa?." Tanya El.

Namun saka masih terdiam. Ia bingung harus bagaimana, jujur kini ia ingin sekali marah kepada gadis itu, namun justru nanti pasti akan sebaliknya.

"Sak_"

"Bawa saya pergi!." Ucap saka, dengan memelankan suaranya.

"Kenapa?." Tanya satria.

"Cepat bawa saya pergi."

Merasa aneh, satria hanya mengangguk saja. "Sepertinya dia ingin sekali istirahat, jadi dia tidak bisa bertemu dengan kamu sekarang."

"Kenapa begitu, Padahal kan tinggal berbalik." Ucap El merasa heran.

Sebetulnya satria juga merasa heran. Namun ia sangat tau sikap keras kepala yang dimiliki oleh pasiennya ini.

"Yasudah, Tapi boleh gak, El minta tolong sebentar." Pinta El.

Satria mengangguk, "El mau minta tolong apa?." Ucap satria dengan penuh perhatian.

"El mau minum, soalnya tubuh El sedikit lemas, jadi susah ambilnya."

"Yasudah," satria mengambil segelas air, dan memberikannya kepada El.

Di ambang pintu sana, ingin sekali saka membatu si gadis malang itu, namun sayangnya tubuhnya sedikit begitu memperihatinkan.

Dengan perasaan yang begitu menyakitkan, saka sedikit mengeluarkan air matanya, ia begitu menyesal karena tidak bisa menjaga gadisnya itu.

"Maafin aku El, karena gak bisa jaga kamu."

"Gue memang gak berguna," batin saka.

Ingin sekali saka meraung, ia begitu kecewa kepada dirinya sendiri.

"Makasih om, maaf ganggu,"

"Tidak apa,"

"Hay, maaf ya kalau barusan gue pinjem dokter nya bentar." Ucap El dengan sedikit meninggi kan nada bicaranya, meskipun terdengar begitu lemas.

Saka tak menjawab, ia hanya mengangguk.

Kemudian dokter satria kembali mendorong kursi roda yang dinaiki oleh saka, hingga membuat keduanya keluar dari pintu dan kembali menutupnya.

Di dalam sana, El merasa heran, kenapa pasien tadi tidak jadi menemuinya, padahal tidak susah tinggal berbalik, mudah bukan.

Namun El tidak ingin mempermasalahkan itu, biarkan saja, mungkin dialah pasien yang pernah satria ceritakan kepadanya.

Mendengar cerita dari satria, membuat El merasa iba kepada lelaki itu, El begitu merasa kasihan. Karena hampir tiga tahun lamanya, pemuda itu mengidap penyakit yang begitu berat.

Saat El mencoba ingin bertemu dengan lelaki itu, pasti dokter satria menolak, karena alasan, pasiennya itu sangat tertutup.

Lalu hari ini, tanpa di minta satria membawa pasien nya itu kepadanya, namun sayangnya semuanya tidak berjalan baik.

"Mungkin lain kali, jika ada kesempatan." Gumam El.

"Semangat ya, aku tau kamu lelaki kuat dan hebat." Lanjutnya.

.......

Rachel masih terisak, ia memeluk tubuh Arsen begitu kuat.

"Sebenarnya apa yang terjadi?." Tanya Arsen, karena yang Arsen tau jika El masuk rumah sakit, karena traumanya kambuh, dan membuat El luka di bagian kepalanya. Itupun penjelasan dari Rachel.

"Aku kasian, kenapa El bisa ngalamin hal ini, kenapa bukan aku aja." Isak Rachel.

"Jangan bicara seperti itu, sebaiknya lo bantu kuatkan dia, bukan malah sebaliknya." Peringat Arsen.

Rachel mengangguk. "Kamu bener Ar, harusnya aku sebagai kakak bisa kuatin dia, dan lindungi dia."

"Maaf Ar, aku lalai." Lanjut Rachel dengan perasaan bersalah nya.

Arsen mengangguk. "Bukan salah lo, Dan untuk sekarang gue minta, tolong lo jaga gadis gue dengan baik, karena untuk kedepannya mungkin gue akan terlalu sibuk, karena gue harus bantu ayah buat urus perusahaan."

Rachel mengangguk, meskipun hatinya sedikit sakit karena mendengar Arsen begitu menghawatirkan adiknya tersebut.

Dan untuk masalah donor ginjal, Arsen tidak mengetahuinya sama sekali, Karena Rachel menyembunyikan nya.

.....

Typo tandai ✍️

Terimakasih sudah membaca 🙏




SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang