69 Serupa tapi tak sama

1.2K 41 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗

Wajah yang tenang, Dengan mata yang masih setia terpejam, Dan terpasang selang oksigen yang membatu pernapasan.

Arya menatap nanar sang putri, Apa yang baru saja terjadi, seperti mimpi baginya. Ia marah? Tentu saja, Tapi rasa malu dan bersalah itu semakin menyiksa Arya.

"Apakah benar semua itu?" Seperti orang bodoh, Arya bertanya kepada Rachel, yang masih belum sadarkan diri itu.

"Untuk apa kamu melakukan itu?"

"Bukankah kamu tau, Seberapa menderita saya, ketika ditinggalkan oleh orang yang paling saya cintai."

Arya terisak, ia mengepalkan tangannya kuat, Bayangan Saat istrinya menutup mata, sungguh menusuk hatinya.

Arya menutup matanya, Ia ingat persis kejadian pedih itu. Ia selalu bertanya, apakah semuanya sudah takdir?

Saat ia mencoba membuka mata kembali, ia tersadar, semuanya memang takdir tuhan, Namun direncanakan oleh anaknya sendiri.

"Saya telah menghukum orang yang tak bersalah." Tekan Arya, dengan mengeluarkan cairan beningnya itu.

Ia begitu malu, dan merasa bersalah. Bayangan bagaimana cara dia menyiksa sang anak, Menyakitkan hatinya, sekaligus mentalnya.

Sungguh! Arya merasa bersalah, karena telah menghukum orang yang salah.

"Maafkan ayah..." Lirih Arya.

.......

Di lain tempat, seseorang menangis tersedu sedu. Tubuhnya gemetar, rasa takut kian  menghampiri.

Dengan pandangan lemah. Saka tersenyum, "mih, Gak boleh nangis, Aka gak suka." Dengan suara lemah, saka kembali bersuara.

"Sayang...." Lirih Karin. Ia mengelus surai saka sayang.

"Mami sayang sama kamu." Karin memeluk tubuh lemah saka kuat, sungguh ia tak kuasa melihat anaknya seperti ini.

Baru saja ia merasa lega, karena kondisi saka sudah kembali dari masa kritis nya, Namun sayangnya. Seperti Di sambar petir, Kondisi saka kembali memburuk, dan bahkan lebih dari biasanya.

"Ma_mi ikhlaskan A_ka, ya.." Dengan suara putus putus saka meminta kepada Karin.

Karin mengambil nafas sesak, Ia begitu tak kuasa, melihat sang anak seperti ini.

"Pih..." Lirih Karin, mencoba memanggil Adi, supaya saka tidak bicara seperti itu lagi.

Sekuat apapun seorang ayah, ketika melihat anaknya seperti itu, Sama saja seperti membunuh dirinya sendiri.

"Sayang..." Adi menggenggam tangan saka erat. Genggaman tangan itu akan Adi rindukan di kemudian hari.

Dimana tangan saka yang gagah, Sekarang hanya rasa dingin, Kulit pucat pasi, dan ukuran tangan yang semakin mengecil.

"Ma_af." Ucap Adi penuh penyesalan. Ia masih menggenggam tangan saka.

"Maaf, karena papi gagal menjaga kamu nak..." Isak Adi.

Saka tersenyum, ia menggeleng lemah. "Pap_i...Ad_alah..pap_i....Ter_baik...buat A_ka." Suara saka semakin melemah, Hingga membuat suara nya hilang tak terdengar.

"Bahagia terus ya, mami sama papi. Saka sayang kalian..." Saka berucap namun tanpa suara.

Tutttttttttttttt..........











































"ENGGAK, SAYANG NYA MAMI GAK MUNGKIN PERGI KAN? HM?." Tanya Karin tak percaya.

"PIH, Lihat anak kamu tuh, Becanda nya kelewatan." Karin terkekeh Dengan terisak.

"Sayang bangun ya, mami akan lakuin apapun, asal kamu bangun."

Adi Terduduk lemas. Ia menatap nanar sang putra, kala melihat selang selang di tubuhnya, terpaksa harus dokter lepas.

Bukankah dulu Saka ingin melepas setiap selang selang yang terpasang di tubuhnya itu, Dan sekarang hal itu terjadi, Saka terlepas dari Benda itu, Bukan hanya itu saja, kini Saka Aditama Terlepas dari rasa sakitnya.

"14:13, Sabtu 3 Desember 2022." Satria menarik nafas dalam, ia tak kuasa mengatakannya. "Waktu kematiannya." Lanjut satria.

......

El berlari sepanjang koridor rumah sakit, Bak seperti mimpi, Ia mendengar kabar, bahwa saka kembali koma.

Di depan sana sudah Ada sahabat saka,  Dia Reno. Masih ingatkah dengan Reno?

"Aka Gimana?." Tanya El dengan nafas memburu.

"Dia Baik." Jawab Reno.

"Kalo gitu gue mau masuk.." lirih El.

"Lo diem disini," Larang Reno tegas.

"Diem," El tertawa getir. "Oh, gue harus diem hah, Sahabat gue butuh gue, dan gue harus diem aja hah." Ucap El.

"Sekarang Lo pikirin diri Lo sendiri, Gue tau Lo juga lagi sakit." Peringat Reno.

El menggeleng pelan. "Sakit gue gak sebanding dengan sahabat gue yang bodoh itu ren."

"Udah deh El, Yang Lo harus pikirin itu diri Lo sendiri." Cegah Reno, dengan menghalangi pintu.

"Lo bilang gue harus mikirin diri gue sendiri." Tunjuk El kepada reno. "SAKA ITU SAHABAT GUE."

"Gue tau tap..."

"GUE. MAU KETEMU SAKA, G_GUE MAU LIAT DIA." Teriak El dengan terus meronta. "G_gue cuman mau mastiin, ka_kalo dia baik baik aja." Lanjutnya dengan suara gemetar.

"Saka....Dia udah gak ada....."

Rey datang dari balik pintu sana. Dan Perkataan Rey barusan meruntuhkan segalanya, Rasanya semuanya berjalan begitu cepat, Tanpa jeda.

Baru saja kemarin ia mengetahui penyakit yang di derita oleh saka. Banyak pertanyaan yang belum tersampaikan untuk saka.

Bayang bayang tentang kepergian kembali memenuhi pikiran El. Tubuhnya sedikit goyah.

DREPP
















Hampir saja ia terjatuh, Namun Seseorang dengan sigap menahannya.

El membuka matanya lemah. "Ar, Sa_ka." Isak El.

Arsen mengangguk. "Semuanya hancur Ar." Lirih El. "rasanya dunia gue hancur. Bahkan gue gak tau setelah ini harus apa?"

"Kenapa bukan gue yang mati...." El memukul dada bidang Arsen. .

"Kenapa bukan gue yang mati, kenapa harus dia Ar," Isak El, nafasnya tersengal. "Kenapa harus saka....?"

"Ini memang sudah kehendak tuhan El. Mau sekuat apapun kita mencegahnya, jika sudah waktunya pasti akan terjadi, Kapanpun dan Dimanapun, jika tuhan sudah Berkehendak maka terjadilah." Ucap Arsen.

El terisak, Entahlah perkataan Arsen barusan, bagaikan angin lalu, yang hinggap sekejap lalu pergi.

......

Typo tandai✍️

Terimakasih sudah membaca 🙏















SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang