51. Serupa tapi tak sama

1.1K 37 1
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗



El berdecak sebal, karena sedari tadi Silvi terus saja mengoceh kepada dirinya. El begitu menyesal, karena memperoleh Silvi untuk ikut ke kontrakannya ini.

"Vi diem Lo, gak cape apa ngomong terus". Cetus El.

Namun Silvi menggeleng cepat. "No". Silvi mengangkat kedua tangannya, membuat huruf X.

"Gue gak akan cape, buat terus nasehatin Lo".

El menatap Silvi tajam. Enak saja, bukan nasehat yang di berikan oleh Silvi, melainkan ocehan.

"Anjir, dari tadi. Lo bilang nasehatin gue, Gila Lo".

"Why?. Apanya yang gila monyet".

"Tau ah pusing pala gue".

"Anda pusing, minum Bodrex x x x x x x".

Sialan! Siapapun tolong, bawa Silvi sekarang juga. Tapi tidak apa, bukankah El sahabat terbaik Silvi.

"Tau ah males!".

Silvi hanya acuh, kemudian Silvi memasuki kamar El, Silvi tersenyum getir.

"Menyedihkan banget hidup Lo El".

El hanya menatap malas Silvi, kemudian naik ke atas kasur, merebahkan tubuhnya.

Dengan mata terpejam. El membuka suara. "Lo gak mau tidur?".

"Mau lah". Silvi mengangguk bersemangat, kemudian dengan posisi tubuh yang pas, Silvi meloncat dan...
......


























BRAKKKKKK






















"MONYET SIALAN LOOOOOO"

........

Hampir satu jam lamanya, Silvi dan El menatap ranjang yang sudah tidak berbentuk lagi.

Silvi menetap getir ranjang tersebut dengan penuh penyesalan. Dan begitupun dengan El. El sesekali menatap tajam Silvi.

"Maaf El". Cicit Silvi.

El hanya menghembuskan nafasnya gusar. "Hm".

Mata Silvi mulai berkaca kaca. Ia begitu merasa bersalah. "El". Lirihnya.

El menatap Silvi. "Iya, gak papa. Emang tuh ranjang udah tua juga kan!".

"Hmm, tapi serius, gue minta maaf". Ulang Silvi, merasa tidak enak.

"Vi, udah! Gue udah maafin Lo".

Baru saja Silvi akan membuka suara kembali, El sudah pergi meninggalkan Silvi.
Dan Silvi pun mengikuti kemana arah El pergi.

Silvi menganga tak percaya, Tempat ini begitu indah sekali.

"El".

"Hm?".

"El, ini indah banget anjirr". Heboh Silvi, matanya sedikit terpana.

"Lo bener, indah dan damai". Ucap El.

Silvi mengangguk. "Iya, gue suka, apalagi banyak taburan bintang di langit, udara yang sejuk, taman yang indah. Gue suka banget El".

El terkekeh, "keindahan itu dapat kita ciptakan sendiri Vi, asal kita bisa menerima dan berdamai dengan keadaan".

Silvi mengangguk mengerti. "Jadi?". Silvi kembali bertanya.

El menatap langit malam dengan damai. "Gue mau pulang Vi".

Dengan cepat Silvi menoleh ke arah El. "Pulang?" Tanya Silvi.

El mengangguk. "Gue mau pulang, ke rumah ayah".

"Rumah ayah Lo? Lo yakin?" Tanya Silvi kembali memastikan.

El mengangguk. "Hm gue yakin".

"Entah apa kedepannya, yang jelas. Gue akan mencoba untuk menerima semuanya, gue pasrahkan semua hidup gue sama tuhan. Hidup ataupun mati, itu semua di tangan Tuhan".

Entah mengapa ucapan El barusan membuat Silvi tak tenang.

"Lo yakin El". Tanya Silvi lagi.

"Gue yakin, Se_yakin yakinnya". Ucap El meyakinkan Silvi.

Silvi hanya mengangguk ragu. "apapun keputusan Lo, gue dukung, tapi kalo Lo cape, Lo bisa pulang ke rumah gue El".

El tersenyum. "Tenang aja, Gue tau kalo suatu saat gue cape, gue bilang kok sama Lo, Lo kan sahabat gue".

Silvi terharu, untuk kali pertama El bisa terbuka kepadanya. "Aaaaaa Gue seneng banget deh, jadi pengen nangissss".

El berdecak. "Lo mah emang cengeng. Dikit dikit nangis".

Silvi mengerucutkan bibirnya. "Gak papa kali, hati gue itu gampang tersentuh ". Ucap Silvi tak terima.

El hanya mengangguk pasrah. "Iya deh iyaaa, serah Lo aja".

Kemudian Silvi dan El kembali terdiam, menikmati angin malam dengan sejuta bintang.

.......

"Ini apa ayah?" Tanya Rachel dengan isakan kecil nya.

"Darimana kamu dapatkan itu sayang?". Ucap Arya dengan halus.

Rachel mengusap air matanya. Kertas yang ia pegang, menggantung di tangannya yang gemetar.

"Kembalikan itu".

"Ayah sakit, hiks hiks".

Arya mengangguk, ia memeluk tubuh putrinya erat. "Iya, ayah sakit, maafin ayah".

"Ayah kenapa gak bilang sama Ara hiks hiks".

Arya menggeleng. "Ayah juga baru tau sayang".

"Ginjal?. Ayah itu bukan penyakit biasa hiks hiks".

Arya mengangguk. "Ayah tau, tapi kamu tenang saja, ayah pasti akan sembuh".

"Pokonya ayah gak boleh ninggalin Ara hiks, Ara gak mau kehilangan ayah hiks hiks".

Arya mengangguk, ia begitu terharu kepada putrinya itu, ia menyadari jika dahulu ia begitu kasar kepada putrinya ini.

"Maaf, maafin ayah sayang, ayah janji. Ayah gak akan ninggalin kamu". Ucap Arya dengan memeluk tubuh Rachel erat.

"Ayah janji yah".

Arya tersenyum. "Ayah janji".

Kemudian ia teringat sesuatu. "Oh iya, bukannya kamu ajak El pulang?".

Rachel tersenyum. "Iya ayah, besok El mau pulang ".

"Syukurlah ". Kemudian Arya mengelus Surai Rachel sayang.

"Terimakasih anak ayah" Gumamnya. Tanpa di sadari oleh rachel. Arya tersenyum miring.


.......

Typo tandai ✍️

Mau bilang apa sama, El?
Atau Rachel?
Silvi?
Arya juga boleh?
Atau enggak, sama aku juga boleh.

Terimakasih sudah membaca 🤗


SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang