33

1.3K 52 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗
.
.
.
.
.




Kini ke dua remaja itu tengah menikmati semilir angin yang berhembus pelan.

Perasaan El pun sudah membaik Dari sebelumnya.

"Aka" panggil El. Saka melirik El yang kini masih setia menyenderkan kepalanya di bahu saka.

"Kenapa?" Tanya saka.

"Kamu yakin gak mau pergi sekolah?" Tanya El.

Saka menggeleng pelan. "Males!" Jawab saka.

El menegakan kepalanya, ie menatap saka dengan tatapan menyelidik.

"Males?"

Saka mengangguk. "Males karena gue gak satu sekolah sama Lo" jawab saka.

El memutar bola mata memelas. "Mulai deh Lo" kesal El.

"Lo sendiri kenapa gak sekolah?" Tanya saka.

"Hari ini bokap gue ke sekolah" jawab El lesu.

"Terus?"

"Lo inget gak gue pernah cerita soal Lita?" Tanya El.

Saka mengangguk. "Iya, gue inget"

"Nah. Sampai sekarang gue belum bisa ketemu sama Lita. Udah tiga hari, gue cari Lita. Tapi hasilnya nihil"

"El. Kalo Lo gak salah. Lo gak boleh takut apalagi ngehindar"

El menghembuskan nafasnya kasar. "Gue tau, tapi gue gak sanggup menerima amukan dari Bokap lagi, Hari ini Fisik dan fikiran gue lagi gak aman"

Saka mengangguk paham. Kemudian ia mengelus kepala El halus. "Mmm yaudah, gue paham. Pokoknya gue bakal bantu Lo buat nyari Lita, Dan buktiin ke ayah Lo, kalo Lo itu gak salah"

El tersenyum. "Makasih ya, Lo itu paling is the best pokoknya" ucap El dengan mata berkaca Kaca.

"Dih, itu mata kenapa, ke mau benjir aja" kekeh saka.

Plakk

"Awshh" ringis saka. Pasalnya tabokan El ini sangat lah kuat.

"Nyebelin si Lo, gue terharu tau" ucap El dengan mengerucutkan bibirnya.

"Iya iya, Lo mah mau nangis juga tetep cantik kok" ucap saka dengan nada sangat terpaksa.

"Iiihhhh gak mau ah, Ngeselin Lo" kesal El.

Saka hanya terkekeh geli, Lucu juga jika sikap El seperti ini. Dan anehnya lagi sikapnya itu gampang sekali berubah.

......

El berdecak sebal, karena saka membawanya ke rumah Karin. Bukan! Bukan ia tak mau berkunjung ke rumah Karin, melainkan ia takut Karin nantinya akan khawatir, karena keadaan El yang sangat kacau ini.

"Gue takut"

Saka menaikan alisnya. "Takut?" Tanya saka.

El mengangguk, dengan wajah polosnya, ah sangat menggemaskan.

"Gue takut, nanti mami marah sama gue" lirih El.

"Ngapain marah?" Tanya saka lagi.

" Ya kan liat nih wajah gue luka, mata gue bengkak. Bisa bisa nanti mami ngoceh nyah 5jam ah males gue " keluh El.

"Gue pulang aja ya. Ya . Ya" pinta El dengan memohon.

Namun bukan nya mengijinkan El pulang, justru Saka menjahili El.

"MAH! EL GAK MAU MAIN NIH" Teriak saka di luar pintu.

Sedangkan El membulatkan matanya sempurna, sialan!.

"Sutttt.. Sialan Lo, dasar mulut comberan" maki El.

Ckrek

Pintu besar itu terbuka lebar, disana terlihat Karin dengan membawa sebuah anak bebek di gendongannya.

Sontak El dan saka membulatkan matanya sempurna.

"Mami" pekik saka.

Karin menyengir lebar. "Wahh anak mami udah pulang" ucap Karin, Dengan memeluk tubuh El kuat.

Saka yang melihatnya pun mendengus sebal. "Salah orang mi" kesal saka.

Setelah menyelesaikan acara peluk memeluk itu, Karin mendelik ke arah saka.

"Diam kamu anak pungut!" Kesal Karin, kemudian wajahnya kembali berseri. Kala melihat El.

"Sayang, mami kangen banget sama kamu, loh ini wajah kamu kenapa?" Tanya Karin khawatir, Karin memeriksa wajah El dengan teliti.

"Bentar, Abang! Kamu pegang bebek ini dulu ya" perintah Karin.

Namun saka menaikan tangannya, ia menolak.

"No"

Karin melotot tajam, dan itu sangat menyeramkan. "I_iya, iya" kesal saka. "Yang anak kandung mami itu saka atau El sih" Gerutu Saka. Namun Karin mengacuhkannya.

"Ayo sayang masuk. Mami obatin lukanya" ajak Karin.

El mengangguk patuh. Jujur jika bersama Karin, El selalu merasa senang.

"Oke selesai" ucap Karin, dengan melihat hasil karyanya.

Ya! 15menit Karin bisa mengobati luka El dengan teliti.

"Kenapa bisa luka begini?" Tanya Karin, nadanya pun sudah mulai kembali serius.

El menelan slivanya susah payah. "A_anu. Euh, tadi El jatuh dari motor" jawab El jujur.

Karin mengerutkan keningnya, "oke, mulai besok kamu gak boleh naik motor lagi" Larang Karin.

Sontak El mengerutkan keningnya. "Loh! Kenapa mi?" Tanya El tak mengerti.

"Pokoknya gak boleh. Dan mulai besok biar kamu berangkat sama saka. Barengan"

"Gak bisa mi, kan sekolah aku sama aka beda" keluh El. Mencoba mencari alasan yang pas.

Karin tersenyum. "Mami udah pindahin abang ke sekolah kamu"

"HAH"

Karin mengusap telinganya, akibat teriakan El barusan, membuat telinganya berdengung.

"El, gak usah teriak teriak, sakit nih telinga mami" tegur Karin.

Namun El hanya menyengir. "Maaf mi, eh tapi serius, mami pindahin saka ke sekolah nya El?" Tanya El memastikan kembali.

Karin mengangguk mantap. "Iya, soalnya biar kamu bisa di jagain sama aka"

"El kan udah gede mi" rengek El

"Udah diem. Mending kamu mandi gih, Nanti mami siapin baju oke"

El hanya mengangguk pasrah. "Iya"

Karin memperhatikan El yang kini mulai menaiki tangga, Ia akan mandi. Dan asal kalian tau, El itu memiliki kamar khusus di rumah saka.

Bukan tanpa sebab Karin melakukan itu, itu semua adalah kasih sayang yang Karin berikan kepada El nyata. Karena El sudah karin anggap seperti anaknya sendiri.


......

Typo tandai ✍️

Terimakasih sudah membaca 🙏


SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang