56. serupa tapi tak sama

1K 35 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗









Hari sudah berganti, namun perasaan El begitu gelisah, entah apa yang akan terjadi.

Satu hari yang lalu, Rachel pergi untuk ikut olimpiade tingkat nasional. Dan Rachel tidak sendirian, Arsen juga bagian dari peserta olimpiade.

Sejak Rachel pergi, rasanya ia merasa kesepian. Bahkan Arya pun sudah jarang pulang.

"Sepi banget." Gumamnya, ia melihat ke seluruh penjuru rumah.

Saka! Entah mengapa tiba tiba ia teringat saka, bahkan ia sudah hampir tiga hari tidak berbicara dengan saka.

El mengambil ponselnya, ia mencoba menghubungi saka.

Satu panggilan...

Dua panggilan...

Bahkan tiga panggilan, namun saka tidak mengangkat telpon nya.

Perasaannya menjadi aneh, ia begitu menghawatirkan saka. Tidak putus asa, El mencoba menghubungi Karin.

Satu detik .....

Dua detik .....

"Hallo"

"Hallo mi, mami apa kabar? Saka ada gak mi? El coba hubungi saka kok gak bisa ya." Ucap El, dengan nada khawatir nya.

Di sebrang sana Karin terkekeh. "saka baik, dia lagi tidur, maklum jalan jalan kami sangat mengesankan, sampai sampai saka kecapean."

"Yah, gitu ya mi. Sayang banget mami gak aja El."

"Eh iya sayang, maaf ya. Tapi liburan selanjutnya pasti mami ajak kamu."

"Serius mi?"

"Iya sayang."

"Mi, sebenarnya perasaan El gak enak, semenjak saka pamit sama El, waktu itu entah perasaan El atau gimna, El ngerasa kalo saka itu lagi sakit. Wajahnya pucat mi."

"Ah itu, memang, wajah saka selalu pucat. Tapi dia baik baik aja sayang. Kamu jangan khawatir."

"Mmm gitu ya mi. Syukurlah."

"Iya sayang, ah mami tutup dulu ya telepon, papi katanya laper, mau makan."

"Ah iya mi. Maaf ganggu waktunya."

"Tidak sama sekali, justru mami seneng, kamu telpon."

"Ah iya mi, kalo gitu El tutup ya mi, salam buat saka, salam juga buat papi. Babay mi."

Telpon terputus, namun perasaan El masih saja gelisah, mendengar nada bicara Karin yang sepertinya sedang gelisah juga membuat El merasa yakin, bahwa ada sesuatu yang mereka sembunyikan.

Namun El mencoba menepis pikiran buruknya itu.

Suara gerbang terbuka, El tersenyum bahagia, pasti itu ayahnya.

"Ayah." Girangnya, kemudian ia segera membuka pintu utama.

Terlihat sosok lelaki paruh baya yang mendekati El.

"Ayah."

Arya tersenyum hangat. "ah iya sayang."

"Sini, biar El bawa tas nya." Tawar El. Arya mengangguk, lalu memberikan nya.

El dan Arya kembali memasuki rumah, keduanya sedikit berbincang hal hal kecil. Dan itu membuat El begitu bahagia.

"Kamu sudah makan?." Tanya Arya.

Namun El menggeleng lemah. "Belum."

"Kenapa?." Tanya Arya.

"Gak enak kalo makan sendiri mah."

Arya mengangguk mengerti. "Yasudah, kalo gitu kita makan bareng." Ajak Arya. Sebetulnya sikap Arya masih terlihat sangat kaku, tapi tidak apa, segitu juga El sudah merasa sangat bahagia.

"Wahh El mau banget ayah."

Arya terkekeh, kemudian keduanya segera duduk di kursi makan, keduanya makan dengan khidmat. Hingga tak terasa keduanya sudah selesai acara makan malam nya itu.

"Raquel?." Panggil Arya.

Merasa di panggil, El menoleh, tatapan nya seolah bertanya.

"Ada yang mau ayah bicarakan!."

El mengangguk. "Ada apa?." Tanya El.

"Ayah sakit." Lirih Arya.

"Sakit?."

Arya mengangguk. "Iya, ayah sakit."

"Sakit apa?." Tanya El dengan nada khawatir nya.

Arya menunduk, "ayah, sakit ginjal."

Deg..

Air mata El luruh seketika, kenapa? Kenapa saat Arya sudah menjadi ayah sepenuhnya untuk El, malah Arya diberikan penyakit se parah itu. El begitu takut, jika nanti Arya akan meninggalkannya.

"Dan ayah membutuhkan pendonor nak, Ayah sudah mencari. Namun, tidak pernah ada yang cocok."

El terdiam, pikiran pikiran negatif bersembayang di dalam kepalanya.

"Ambil ginjal El aja ayah." Tanpa sadar El menawarkan ginjal nya kepada Arya.

Namun, Arya menolaknya. "Tidak!." Ayah tidak akan mengambil ginjal anak ayah sendiri. Biarkan ayah mati saja, asal ayah bisa membuat anak ayah bahagia, di sisa akhir hayat hidup ayah."

El menggeleng, ia memeluk Arya. "Enggak. Ayah gak boleh pergi hiks, cuman ayah yang El punya." El menangis dalam dekapan Arya, Arya mengelus Surai El.

"Tapi mana mungkin ayah mengambil ginjal putri ayah sendiri, ayah tidak mau sayang."

"Ayah." Lirih El dengan menatap Arya dalam dan teduh.

El menggeleng. "Kebahagian El ada sama ayah, Dan El gak mau. Kalau kebahagian El harus berakhir dengan rasa penyesalan."

"Biarkan El memberikan satu ginjal ini untuk ayah." Lanjut El.

Arya tak kuasa, ia meneteskan air matanya, kemudian mencium kening putrinya lama.

"Terimakasih, terimakasih sayang, kamu putri ayah yang paling baik, ayah menyesal, karena ayah pernah memperlakukan kamu dengan tidak adil. Maafkan ayah nak."

El mengangguk. "Jangan pernah ungkit masa itu ayah, El sudah memaafkan ayah dan melupakan hal yang lalu."

Arya menangis, ia memeluk tubuh El begitu erat, dan mengelus Surai El sayang.

"Karen menurut El. Definisi bahagia yang sesungguhnya adalah, Bisa di sayangi kembali oleh orang yang kita sayang. Dan kebahagiaan El itu ada sama ayah. Maka El akan lakukan apapun untuk ayah." Batin El.




.....

Mau bilang apa sama El?

Terimakasih sudah membaca 🤗

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang