70. Serupa tapi tak sama

554 18 1
                                    

Duka untuk Saka Aditama
.......

Jangan lupa vote komen share
Selamat membaca 😌

Semua orang terduduk lemah, Termasuk El dan Arsen. El tak berani masuk ke dalam ruangan, Sudah hampir 15 menit lamanya ia duduk dengan pandangan kosongnya.

Ckrekk

Pintu terbuka lebar, Dokter Beserta perawat keluar dengan mendorong sebuah brangkar.

El membulatkan matanya sempurna, sungguh pemandangan yang sangat El benci.Di atas brangkar itu seseorang yang terbaring diselimuti oleh kain putih.

"STOP!" Teriak El.

Semuanya berhenti, Dengan tubuh yang lema, El mendekati brangkar tersebut. Ia membuka kain yang menutupi seluruh tubuh saka.

El menatap wajah pucat saka, Ia mengelus pelan wajah tampan tersebut.

"Lo tidur nya pulas banget ka, Sampai Lo gak bisa di bangunin." Lirih El, dengan air mata yang terus menetes.

"Ke_maren sore, Lo ma_sih disini sama gue, Lo masih denger g_gue cerita, Dan lo_masih ketawa sa_ma g_gue." Isak El dengan suara putus putus.

"Tapi ke_napa Lo ninggalin g_gue ka, Apa Lo marah sama g_gue." Ucap El dengan meremas kain putih itu.

Dokter satria menatap perawatnya, mengintruksikan agar segera membawa saka ke ruang jenazah untuk segera di bersihkan.

"Enggak!" El menggeleng kuat, ia memegang brangkar tersebut.

"Jangan bawa saka," Tolak El, dengan mencoba menarik nya.

Arsen dan Adi pun segera memegang El, mencoba untuk menenangkan nya.

"GUE BENCI SAMA LO, LO BOHONG SAMA GUE AKA." Teriak El. Dengan langsung kembali terisak. Tubuhnya yang rapuh, hanya bisa bersimpuh Dengan perasaan yang terus mengaduh.

Karin yang melihat El pun segera memeluknya erat, Ia pun sama hal nya dengan El, hancur! Bahkan ia lebih hancur. Tetapi ia harus mencoba ikhlas, karena jika ia terus bersedih maka ia sama saja menyakiti putranya tersebut.

"Sayang.." lirih Karin, dengan memeluk El.

"Mi, kenapa saka pergi.." Isak El. "Kenapa saka jahat, saka ninggalin El mi." Lirih El.

......

Karang bunga ucapan bela sungkawa memenuhi halaman rumah Aditama. Banyaknya ucapan datang dari beberapa rekan kerja Adi dan juga beberapa kerabat lainnya.

Jenazah Masih belum sampai di rumah, namun para pelayat sudah berdatangan. Orang baik akan selalu terbalas.

"Amal apa yang udah Lo perbuat, Sampai banyak orang yang datang, buat liat Lo." Batin Arsen.

Ya, Arsen, Rey dan Reno. Mereka segera bergegas menuju kediaman Aditama. Mereka membantu saudara Adi di rumah, agar semuanya aman.

Sedangkan El, Karin, beserta Adi masih berada di rumah sakit.

"Lo pacar El?." Tanya Reno.

Arsen hanya melirik sekejap. "Atau Lo pacar saudaranya." Tanya Rey. Penasaran.

"Diem Bangsat!" Ucap Reno dingin, Biasalah Rey ini selalu ceplas ceplos jika bicara.

"Jangan bahas itu, Waktunya gak tepat." Ucap Arsen.

"Oh oke." Jawab Reno mengerti.

"Eh bentar, Gue cuman mau bilang, kata saka Lo dulu sahabat nya dia kan? Gue sering denger tentang Lo dari saka." Ucap Rey.

"Dan katanya Lo sahabat terbaik dia, sebelum ada kita." Lanjut Rey.

Reno memutar bola mata memelas, "Diem Rey." Peringat reno.

"Hm sorry." Ucap Rey lemah.

Reno menepuk pundak Arsen. Ia tau betul jika Arsen sama hancurnya dengan dia. Meskipun Reno tau jika kini saka dan Arsen tidak akur. Tapi masih ada rasa persahabatan di antara keduanya.

Arsen tersenyum pedih, saat melihat Reno dan Rey yang sudah menjauh darinya. Melihat mereka berdua, rasanya seperti melihat dirinya dan saka.

"Maafin gue Sak, gue gak bisa jadi temen yang baik buat Lo, sampai Lo tiada pun gue masih ngerasa gak pantes untuk sebut Lo sahabat gue." Gumam Arsen

Suara mobil ambulan datang, Arsen segera menepis air matanya itu, ia tidak boleh lemah, ia harus bisa menguatkan keluarga saka beserta orang terdekat saka. Termasuk Raquel.

Jenazah saka di bawa ke dalam rumah, Suara tangis terdengar begitu nyaring. Bukan hanya keluarga, melainkan beberapa pelayat yang hadir.

"Sabar ya Bu." Ucap salah seorang wanita kepada Karin.

Karin mengangguk. "Terimakasih Bu."

Dan masih banyak lagi, semua orang mengucap bela sungkawa secara langsung kepada Karin beserta Adi.

Di lain tempat, tepatnya di sebuah taman belakang. El terduduk lemas. Rasanya ia masih bermimpi, namun terasa sangat nyata. Entahlah semuanya terasa Rumit.

Ia kembali menatap sebuah bunga mawar, dan itu adalah bunga terakhir yang dirinya bersama saka tanam, beberapa bulan lalu.

"Jangan berduka terlalu lama El." Arsen datang dengan membawa tissue.

"Gak bisa, gue gak bisa." Lirih El.

"Kamu pasti bisa." Ucap Arsen meyakinkan El.

El menatap nanar Arsen. "Lo gak tau Ar, gimana rasanya di tinggal sama orang yang bener bener tulus dan peduli sama Lo, bahkan di saat terakhirnya dia masih tetep mikir gue."

"Gue pernah kehilangan seseorang yang paling berharga di hidup gue, dan sekarang itu terjadi lagi Ar," El terisak.

"Rasanya dunia gue hancur Ar, Dan gue kembali dipaksa untuk kembali menyusun serpihan yang gak bisa tersusun kembali." Air mata itu semakin mengalir dengan deras, Mungkin hanya di depan Arsen, El bisa melakukan ini.

Arsen kembali memeluk tubuh El yang rapuh, "bukan hanya kamu aja yang kehilangan, Aku juga El." Ucap saka, dengan mengeluarkan air matanya.

"Aku ngerasa, kalau aku sahabat paling bodoh, karena gak selalu ada buat saka." Lanjutnya. Ia begitu menyesal.

"Dan kita sama sama kehilangan sosok lelaki hebat dan berharga, yaitu Saka Aditama." Ucap Arsen dengan suara gemetar. 

Sekuat mungkin ia menahan sesak di dada, ia tak boleh lemah, ia harus menjadi penguat.

......

Typo tandai

Khusus malam ini, double update ya para readers ku💚

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang