Selamat melanjutkan jangan lupa sedia tissue gayssss.
Waktu terus berlalu, Dan pemakaman sudah dilaksanakan. Dan semua orang sudah pulang, terkecuali Raquel.
El menatap nanar gundukan tanah yang masih basah tersebut. Ia tersenyum pedih.
"Aka." Lirih El. Ia mengelus nisan Yang bertulisan. SAKA ADITAMA BIN ADITAMA.
"Lo tega banget sama gue." El terkekeh.
"Lo pergi, tapi gak ajak gue." Lanjut dengan mengusap kasar air matanya yang kembali keluar.
"Lo bilang, Lo gak bakal ninggalin gue, tapi ini apa ka?." Tanya El. Namun sayangnya, Pertanyaan El barusan hanya angin.
"Padahal hari ini, gue pengen cerita banyak sama Lo." El mulai terisak.
Hening!
El terdiam, ia terus saja memperhatikan foto saka di depan nisan tersebut, El tersenyum.
"Dulu gue paling suka sama foto ini aka, tapi sekarang gue berubah pikiran." El terkekeh.
"Gue gak suka, karena foto ini ada di sini,"
Hujan turun, dengan rintikan yang tepat, sungguh semesta mengetahui bagaimana hancurnya El.
"Lo liat ka, Bahkan semesta pun satu, Bagaimana hancurnya gue saat ini." Isak El.
"Kalo Lo pergi, Lalu siapa yang akan peluk gue, disaat petir datang ka?." Lirih El. Sungguh hujan begitu membantu nya, karena air hujan, bisa menutupi air matanya yang tidak berhenti sedikitpun.
"Kaaa...."
Nafas El memburu, Tubuhnya gemetar, perasaan marah kepada dirinya sendiri, Air mata yang terus keluar.
Ia meremas tanah tersebut, Rasanya ingin sekali El kembali membawa saka dari dalam tanah tersebut.
"SAKAAAA...." Teriak El tak tertahan. Dengan hujan yang semakin deras, El memukul gundukan tanah tersebut dengan penuh penyesalan.
"LO BOHONG SAMA GUE KA, LO GAK TEPATI JANJI LO, LO ORANG PALING JAHAT KA." Teriak El.
"El." Arsen datang dengan panik. "El kendaliin diri kamu." Arsen mencoba menenangkan.
"GAK BISA, SAKA UDAH BOHONG SAMA GUE AR." Isak El dengan meninggikan suaranya.
"Dia pembohong Ar." Lanjut El dengan menatap nanar foto saka.
"Dia bilang gak akan ninggalin gue, tapi semuanya Bohong Ar." El menunjuk gundukan tanah tersebut.
"Dia pembohong besar Ar."
Arsen memeluk tubuh El. "Suttttt..." Arsen mengusap lembut air mata El.
"Bukan hanya kamu aja, kita tertipu oleh saka, tapi kita harus ingat, saka melakukan itu, untuk kebaikan kita semua."
"Kebaikan." Arsen mengangguk, Namun El terkekeh.
"Bukan kebaikan yang dia lakukan Ar, tapi penyiksaan."
"Suatu saat kamu akan paham El." Ucap Arsen. "Sekarang kita pulang ya." Ajak Arsen.
Namun El menggeleng. "Kalau gue pulang, kasian saka." Tolak El.
"Justru sebaliknya, Saka gak suka liat kamu kayak gini El,"
Perkataan saka ada benarnya, tapi sama sekali El tidak mau beranjak dari tempatnya tersebut.
"Ayo El." Ajak Arsen lagi. Mau tak mau El segera mengangguk.
El beranjak dari duduknya, rasanya begitu berat meninggalkan tempat ini.
"Maafin gue ka, karena gue gak bisa Ngendaliin emosi gue, untuk kedepannya gue akan lebih kuat lagi ka, gue janji. Gue akan jaga mami sama papi dan calon Ade Lo." Batin El.
Selangkah demi selangkah El meninggalkan TPU tersebut, ia sadar, bahwa apa yang terjadi barusan adalah kesalahan besar.
El mengambil nafas berat, ia sudah berada di ujung jalan, Ia harus kuat dan bisa melewatinya.
.....
Lelaki dengan penuh wibawa itu memasuki pekarangan rumah seseorang, Banyak papan bunga yang terpampang di halaman rumah tersebut.
Arya menarik nafas dalam, Sepertinya perlakuan nya kemarin, begitu keterlaluan.
"Arya?" Ucap seseorang.
Reno dan Rey yang melihat nya pun langsung menghampiri Arya di ambang pintu sana.
Namun dengan sigap, Adi mencegah nya. "Biarkan dia masuk."
Rey dan Reno pun mengangguk. "Baik om."
Arya masuk dengan perasaan gugupnya. Ia tak tau harus apa dan mulai dari mana. Niatnya kesini murni karena ingin turut berduka.
"Adi, saya..."
"Silahkan duduk." Titah Adi, Sedikit menyambut nya.
"Ah, terimakasih." Ucap Arya.
"Ada apa?" Tanya Adi to the points.
"Saya ikut berduka, atas meninggalnya putra kamu Adi."
"Terimakasih." Ucap Adi.
"Dan saya mau minta maaf.."
"Waktu itu....."
"Sudah lah, kita lupakan saja Arya, semuanya sudah berlalu." Potong Adi.
"Tap.."
"Lebih baik kamu perbaiki hubunganmu dengan anakmu." Peringat Adi.
"Dia anak yang baik Arya, Jangan sampai kamu menyesali di kemudian hari, Karena kehilangan itu adalah hal yang paling menyakitkan."
"Dan saya baru saja mengalami nya." Lanjut Adi dengan lirih.
Arya termenung sejenak, semenjak mengetahui kebenaran yang sebenarnya, ia tidak lagi keras hati.
"Kamu benar Adi, aku akan memperbaiki semuanya, Sebelum semuanya terlambat." Ucap Arya begitu yakin.
"Putrimu ada di atas." Tunjuk Adi. Mempersilahkan.
Arya tersenyum hangat. "Terimakasih, terimakasih Adi." Ucap Arya dengan memeluk tubuh Adi kuat.
"Sama sama." Jawab Adi.
Arya berjalan dengan cepat, ingin segera bertemu dan minta maaf kepada putri bungsunya itu.
Adi menatap punggung Arya yang semakin menjauh.
"Pih.." lirih Karin kepada Adi.
Adi tersenyum. "Kita sudah menyelesaikan tugas dari saka mi, Mungkin disana saka akan bahagia, sekarang tinggal tugas kita untuk bisa mengikhlaskan kepergian saka." Ucap Adi dengan memeluk Karin.
Karin mengangguk. "Mami sayang banget sama Abang, Dan mami akan lakuin apapun itu asal Abang bahagia, meskipun tidak di dunia tapi di atas sana. Kamu akan bahagia sayang." Lirih Karin.
Seorang remaja kuat, Ceria, kuat dan penuh kasih sayang, Itulah Saka Aditama. Kehadiran nya di dunia ini begitu berarti. Meskipun kini sudah berada jauh, namun kehadirannya akan selalu terkenang sampai kapanpun.
Selamat jalan orang baik.....!
"Papi sama mami ikhlaskan kamu nak." Batin Adi.
......
Typo tandai ✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca💚 Serupa Tapi Tak Sama? Cerita tentang Saudari kembar, Dia Adalah RAQUEL QUEEN ZAA & RACHEL QUEEN ZAA. Ternyata meskipun mereka terlahir kembar, Banyak sekali perbedaan Sikap di keduanya. Jangan jadi silence riders plisss...