24. Serupa tapi tak sama

1.4K 53 0
                                    

Happy reading
.
.

...

"Lo serius?"

El mengangguk mantap. "Gue serius"

Silvi menepuk pundak El kuat. "gila gitu dong, Lo harus kembangin lagi bakat Lo itu" Heboh Silvi.

El hanya mengangkat bahunya tak acuh. "Gue tau"

"Bentar bentar, Terus Lo bakal satu band lagi dong sama Arsen?" Tanya Silvi.

Oh tidak! Ia hampir lupa. "Gila gue lupa Vi" ucap El dengan menepuk jidatnya kuat.

"Eits, gak boleh panik dong, Ini adalah kesempatan Lo buat Deket lagi sama Arsen kan?"

El menatap sinis Silvi. "Ogah banget gue, Gak ya gue gak mau Dan gue gak Sudi" ucap El penuh penekanan.

"Iya deh, si paling udah move on" ledek Silvi.

"Gue emang udah move on ya" kesal El.

"Iya deh iya, percaya gue mah sama Lo, sumpah"

El hanya memutar bola mata memelas. "Eh tapi tunggu" ucap Silvi.

"Kenapa?" Tanya El.

"Tadi gue liat, kembaran Lo Dateng sendiri, tumben"

El mengerinyit kan dahinya. "Masa iya?, Perasaan tadi dia bareng Arsen" jawab El.

"Serius El, tadi gue liat dia sendiri" kekeuh Silvi.

"Oh, mungkin tadi Arsen ada urusan, jadi dia gak bisa masuk dulu" ucap El kembali berfikir.

"Enggak. Kok feeling gue enak gak enak ya"

Tak

"Udah diem deh, gak usah ngurusin hidup orang, urusin dulu noh, nilai Lo ya berantakan itu" kesal El.

"Awshhh sakit ongeb" kesal Silvi dengan mengelus jidatnya.

.......

Wanita Kisaran ber umur 41 tahun itu mendekati kelas yang di huni oleh sebagian anak anak nakal.

Tok tok tok

"Bisa saya bicara dengan Raquel?" Tanyanya.

Silvi dan El saling pandang. "Maaf ada apa ya Bu" bukan El yang menjawab melainkan Silvi.

"Sebaiknya kita bicara di ruangan saya" katanya.

El mengangguk. "Ayo" ajak Silvi.

El menghembuskan nafasnya gusar. "gue bisa sendiri, mending Lo kerjain noh tugas " titah El.

Silvi hanya mendengus sebal, kan niat nya ia ingin kabur dari tugasnya itu.

El keluar dengan tubuh yang amat mager. Tapi mau bagaimana lagi.

Sesudah sampai di ruangan Bu Amor. Ya kalian pasti masih ingat siapa Bu Amor itu.

"Duduk" perintah nya.

"Ada apa Bu?" Tanya El dingin.

"Sudah hampir 2 Minggu ini saya tidak hukum kamu Raquel,saya sudah lega karena gak setiap hari kamu di hukum, tapi! Baru baru ini ada kasus tentang kamu. Dan apakah kamu tau kesalahan kamu itu apa?"

El menggeleng. "Apa?" Jawab El polos.

"Astagfirullah Pusing saya" keluh Bu Amor.

Merasa tak melakukan kesalahan akhir akhir ini, El di buat bingung sendiri.

"Lita?" Ucap Bu Amor.

"Lita" ulang El. Bu Amor mengangguk.

"Iya sudah hampir satu Minggu dia tidak sekolah, dan itu penyebab nya kamu Raquel" geram Bu Amor.

El semakin di buat bingung, kenapa? Ada apa? Bukannya Lita berteman baik dengan dirinya.

"Apa kesalahan saya sampai Lita tidak mau masuk sekolah" tanya El.

Bu Amor hanya terus menghembuskan nafasnya gusar, "astagfirullah El, sebaiknya kamu jangan ngeles lagi, jujur saja" pinta Bu Amor. Karena ia tidak ingin menjelaskan apa kesalahan dari El.

"Bu, saya tidak melakukan kejahatan yah, dan asal ibu Tau saya dan Lita itu berteman" bela El.

"Sudah raquel, lebih baik kamu mengaku saja"

"Enggak Bu" ucap El kekeuh.

"SAYA PUSING JIKA HARUS BERHADAPAN SAMA KAMU RAQUEL"

Bummmmm Kemarahan Bu Amor pecah seketika.

"JANGAN BENTAK SAYA DONG BU" Ucap El tak kalah lantang.

Bu Amor mengatur nafasnya yang sudah tak beraturan itu. "Ini"

Sebuah amplop kecil, "ini adalah surat yang Lita simpan di bawah menjanya, dan surat ini bercerita tentang kelakuan kamu Raquel" geram Bu Amor.

El mengambil surat itu, ia membaca dengan teliti.

Setelah hampir 5menit membaca, El dibuat bingung sendiri.

"Bu, saya tidak pernah membuli Lita, Dia itu teman saya Bu" ucap El mencoba menjelaskan.

"Sudah El, sebaiknya besok kamu jelaskan lagi di depan kepala sekolah dan orang tua kamu" putus Bu Amor.

"Tapi bu_"

"Ini, Berikan surat ini kepada orang tua kamu, tolong orang tua kamu harus hadir" ucap Bu Amor.

El hanya pasrah, ia mengambil amplop coklat itu dari tangan Bu Amor. Dan keluar ruangan dengan perasaan bertanya nya.

Sejak kapan ia membuli lita?

Dan yang paling penting, siapa yang sudah melakukan ini kepada El.

El mengepalkan tangannya kuat. Ia sungguh marah, Dan bertanya siapa dalang di balik Semunya ini.

......

"Lo tadi kenapa sih?" Tanya Silvi dengan sesekali malahap bakso di hadapan.

Namun yang di tanya hanya diam saja. "WOY"

"Eh astaga, Kaget ongeb" kesal El dengan mengelus dadanya.

"Ya abisnya sih Lo gue tanya juga" gerutu Silvi.

"Nih"

Sebuah kertas mendarat di hadapan Silvi. Silvi mengerut kan jidatnya heran.

"Apa?"

"Gak usah banyak cingcong, baca aja" kesal El, dengan sesekali meminum minuman kalengnya.

"Lita?"

El mengangguk. "Lita yang bikin surat ini" ulang Silvi.

El menggeleng. "gue gak tau pasti, tapi yang jelas Lita udah gak sekolah satu Minggu".

"Dan apa Lo ingat waktu terakhir kita ketemu sama Lita" tanya El.

Silvi mencoba mengingat. "Oh iya, Rabu lalu kan" tebak Silvi.

El mengangguk. "Iya"

"Eum_ E_emang Lo bully dia?" Tanya Silvi sedikit takut juga.

"Gila Lo, ngapain gue bully dia, Buang waktu tau gak" kesal El. Masalahnya pertanyaan Silvi ini membuat dirinya naik darah.

"Ya sorry, gue cuman nanya doang kali"

"Gue kena skors 3 hari" ucap El dengan ketus.

Silvi membulatkan bola matanya sempurna. "Kok gitu, Kan belum ada pernyataan pasti" kaget Silvi tak terima.

"Belum pasti si, tapi besok gue disuruh bawa bokap gue" keluh El.

"Gila ya tuh bu amor. Main nuduh aja, pokoknya kita harus punya bukti, kalo Lo bukan pelakunya" tegas Silvi.

El mengangguk. "Gue setuju, apa Lo tau rumah Lita dimna?" Tanya El.

Silvi menggeleng. "Gue gak tau" keluh Silvi.

Selepas itu El beserta Silvi saling terdiam dengan pikirannya masing masing.

.......

Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang