74. Serupa tapi tak sama

2K 38 2
                                    

Selamat membaca

Jangan lupa vote komen share

Arsen menatap nanar sebuah mainan robot kecil di hadapan itu. Ia tersenyum getir kala mengingat masa itu.

Robot berwarna hijau dengan memakai kostum luar angkasa. adalah barang terakhir yang pernah ia dan saka rebutkan.

"Gue ikhlaskan robot kesayangan gue ini buat Lo."

"Miris banget hidup Lo, Kenapa Lo pergi secepat itu ka, bukannya Lo mau liat gue copot gigi karena udah tua." Arsen terkekeh getir. Bak seperti orang gila, dia berbicara dengan sebuah mainan.

"Waktu itu.. kenapa Lo gak bilang sama gue. kalo Lo udah tau, Jika Rachel pelaku yang sebenarnya sak, kenapa Lo diam. Disaat gue bener bener pengen akhiri penderitaan El." Kecewa Arsen.

Flash back.

Di malam hari, disaat orang tua saka tengah tertidur, Arsen menyelinap masuk.

Awalnya ia hanya ingin menjenguk saka, Entahlah. Mungkin karena egonya, Arsen tak ingin jika saka melihat nya dan melihatnya mengkhawatirkannya.

"Gue liat Lo." Ucap saka pelan.

Arsen membulatkan matanya, sialan!

"Jangan GeEr, gue kesini mau bunuh Lo!" Ucap Arsen dengan menurunkan nada bicaranya, takut menganggu orang tua saka yang tengah tertidur pulas.

"Gue bakal berterima kasih, kalo Lo bunuh gue." Jawab saka sangat menjengkelkan.

Tanpa disuruh atau meminta ijin, Arsen duduk tepat di kursi samping saka.

Hening menyelimuti keduanya. Mereka berkecamuk dengan pikiran nya masing masing.

"Gue titip El." Saka membuka suara terlebih dahulu.

"Cih, kayak nitip barang!" Jawab Arsen dengan nada tak suka.

Saka tersenyum hangat. Meskipun sebagian lampu sudah mati, namun Arsen dapat melihat senyuman saka.

"Gue gak suka liat Lo senyum kayak gitu." Kesal Arsen. "Itu membuat jiwa psikopat gue meronta." Lanjut Arsen.

Saka terkekeh. "Bisa aja Lo."

Kembali, keduanya sama sama terdiam. Hanya terdengar suara jam dinding.

"Sak, gue tau siapa pelaku yang sudah buat El celaka." Arsen kembali bersuara.

Saka mengangguk lemah. "Siapa?" Tanya saka.

"Rachel." Arsen mengepalkan tangannya. "Rachel Queen Zaa. Saudara kembar El."

Lagi lagi saka terkekeh. "Gue tau!" Jawab saka tanpa beban sedikit pun.

"Sialan!"

"Suttt. diem bangsat."

Arsen segera menutup mulutnya yang tak bisa terkendali.

"Maksud Lo apa?." Tanya Arsen.

"Gue tau, Pada saat Rachel jenguk El, waktu itu gue denger dia nangis di toilet, dan dia menyesal karena telah membuat kekacauan." Jawab saka.

"Tapi waktu itu, gue belum bisa apa apa, karena gak ada bukti kuat."

Arsen mengangguk mengerti, "Lo tenang aja sak, gue udah punya bukti kuat. Agar om Arya percaya."

Saka mengangguk. Sekuat tenaga ia mengangkat tangannya. Ia menepuk Takan Arsen.

"Gue percaya sama Lo."

"Maafin gue Ar, Kalo akhir akhir ini gue sedikit emosional, dan nyebelin buat Lo."

"Gue titip orang tua gue, Dan gue mau Lo jadi saka buat mereka dan calon adik gue." Saka terkekeh, membayangkan jika Arsen menjadi dirinya.

"Dan gue mohon, pastikan El kembali dengan dunianya, Dunia dia sudah hancur, bahkan cara tersenyum pun, dia hampir lupa."

"Terimakasih Ar," lanjut saka.

Entahlah perkataan saka barusan, begitu menusuk hatinya, entah kenapa tiba tiba saka berkata seperti itu.

"Lo nangis?" Saka terkekeh.

"Iya, gue nangis!" Jawab Arsen. Sialan dengan namanya gengsi. Untuk saat ini biarlah harga dirinya turun di depan saka.

"Gue nangis, karena gue takut Lo mati duluan sak? Gue gak punya temen munafik lagi kaya Lo. Kalo Lo mati."

"Lo temen bangsat yang gue punya."

Saka terkekeh. "meskipun gue bangsat, gue temen satu satunya Lo kan?" Goda saka.

"Enak aja, gue punya banyak temen, tapi..."

"Gak ada yang sekeren Lo sak." Keluh Arsen.

Keduanya remaja itu terkekeh geli, Entahlah rasanya mereka sudah kembali seperti dulu. Dua sahabat yang saling merindukan.

Flash back off

Arsen tersadar dari lamunannya, buliran bening itu keluar begitu saja.

Ia ingat betul, kapan terakhir kali ia berbicara dengan saka, dan tertawa bersama.

"Lo keren sak, sampai gue takut kalah saing sama Lo." Arsen terkekeh getir.

Kemudian dirinya melangkah ke arah balkon, terlihat jelas di depan sana, jendela kamar El terbuka lebar, Bunga mawar yang kembali mekar di balkon kamar El.

"Kamu harus kembali lagi El, kamu buat dunia kamu kembali berwarna. Meskipun semuanya butuh waktu, tapi aku akan bantu."

"Semua orang merindukan senyumanmu kembali,"

"Lekas membaik orang baik..."

Rintik hujan mulai turun membasahi bumi, Tidak ada tanda tanda hujan besar, hanya hujan gerimis dengan sedikit mentari.

Tidak dingin namun sedikit hangat, Hujan hari ini begitu menenangkan. Dan mungkin hari ini, akan ada pelangi. Meskipun itu hanya perkiraan Arsen saja.

"Apapun itu alasannya, aku akan bantu kamu, supaya bisa kembali menyukai pelangi El." Gumam Arsen.

Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang