72. Serupa tapi tak sama

1.3K 39 0
                                    

Jangan lupa Kasih vote dan komen ya temen"

Seorang gadis, yang sedang meringkuk di atas kasur king size milik seseorang yang telah tiada. Disana El memeluk sebuah buku, Namun sama sekali El belum membacanya, jangankan membaca membukanya juga enggan.

Tok tok tok

Pintu terbuka, namun sama sekali El tak berbalik untuk melihatnya, posisinya masih sama.

"Sayang!" Panggilnya.

El terdiam, ia hafal betul suara itu, namun ia hiraukan, Mana mungkin seseorang itu datang kepadanya.

"Maaf..." Lirihnya.

Tubuh El membeku, ingin rasanya ia berbalik, dan memeluk tubuh itu erat, namun ia begitu takut.

"Maaf, karena ayah..."

"Ayah..." Lirih El.

Dreppp

Arya memeluk tubuh El erat, sebelumnya ia pernah memeluk El seperti ini, namun rasanya berbeda.

"Maaf, karena ayah..."

El menatap lekat wajah Arya, sorot mata itu tidak lagi penuh kebencian, hanya terlihat seperti sebuah penyesalan yang mendalam.

"El, udah maafin ayah.." potong El cepat.

"Tapi..."

"El maafin ayah, Asal ayah juga maafin Rachel." Mohon El.

Arya menarik nafas nya berat, Sungguh ia begitu merasa malu kepada El, meskipun Dirinya beserta Rachel telah membuatnya menderita, tetapi El tidak menyimpan dendam sedikitpun.

"Ayah jangan nyalahin Rachel, ataupun diri ayah sendiri, semuanya sudah berlalu ayah."

Arya mengangguk. Ia begitu beruntung mempunyai putri sebaik ini.

"Kita pulang ya.." ajak Arya.

Namun El menatap nanar sang ayah, "tap.. mami sama papi..."

"Kamu pulang dulu saja sayang, mami sama papi gak pa_pa." Karin datang.

"Tapi mi.."

"Sudah, kamu selesaikan semuanya,"

"Mi.." El memeluk Karin, melihat Karin rasanya El tak tega, ia begitu tau, jika kini Karin begitu rapuh, dan membutuhkan seseorang.

Karin mengangguk. "Kasian ayah kamu, ini kan yang kamu mau, Dijemput sama ayah dengan penuh cinta." Karin tersenyum.

El mengangguk, ia kembali memeluk Karin. "Terimakasih mi."

Dengan air mata yang menetes, Karin menyelipkan anak rambut El, "Bahagia terus sayang.."

El mengangguk, dengan air mata yang mengalir, Sungguh Meskipun ini adalah waktu yang El inginkan, tapi kenapa harus sekarang, Di waktu yang salah.

.......

Di dalam mobil, hanya ada keheningan. Rasa canggung yang Arya rasa, Namun berbeda dengan El. Melihat jalan yang ramai dengan rintik hujan yang mulai menghilang. Mungkin sebentar lagi pelangi akan datang.

"Aka, Sepertinya hal yang paling gue benci akan hadir." Batin El.

Ia ingat betul,3 bulam berlalu, dimana setelah kejadian kecelakaan yang di alami oleh El beserta bundanya.

Saka dan El berada di taman dekat danau, Hujan yang telah berhenti menguyur bumi beberapa jam yang lalu, meninggalkan bekas.

Cuaca yang kembali hangat, membuat kedua remaja tersebut semakin menikmatinya.

"Aka, liat deh ada pelangi." Ucap El dengan tersenyum hangat.

Kemudian wajahnya kembali murung. "kenapa murung?." Tanya saka.

"Aku gak suka pelangi ka." Lirih El.

"Kenapa?." Tanya saka.

"Pelangi itu kan indah." Lanjut saka.

"Iya, aku tau, pelangi itu indah, tapi keindahan itu gak bertahan lama ka." Ucap El.

"Pelangi hanya datang diwaktu yang gak tentu, dia datang membawa kebahagiaan untuk siapapun yang melihatnya.Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama, pelangi tersebut akan kembali menghilang. Dan itu namanya hukum alam"

"Sama halnya seperti kehidupan, Manusia itu hanya singgah untuk sementara, Mau tidak mau, siap tidak siap semuanya akan mendapatkan bagian nya masing-masing."

"Termasuk kematian." Lanjut El dengan lirihnya, Hanya kepada saka, ia bisa meluapkan semuanya.

"Jangan seperti pelangi ya ka, yang hadir hanya sekejap, Meskipun indah tapi akhirnya akan membekas."

El kembali sadar dari lamunannya, bayangan beberapa tahun lalu bersama saka kembali.

Andai saja waktu dapat di ulang, mungkin ia akan kembali menghabiskan waktunya bersama saka di danau sana.

"Kamu kenapa nak?" Tanya Arya.

El tersenyum. "El cuman inget waktu dulu aja yah, sama saka."

Arya mengangguk mengerti. Ia tak tau harus bicara apa lagi, sepertinya ia banyak kehabisan kata kata.

"Keadaan Rachel Bagaimana?." Tanya El.

"Baik, Kondisi nya sudah mulai pulih." Jawab Arya.

"Syukurlah." El mengusap dadanya ia mengucapkan syukur.

"El, apa kamu tidak marah?" Tanya Arya.

"Marah untuk apa?"

"Karena Ayah dan kakak kamu."

El tersenyum. "Untuk apa El marah, semuanya sudah terjadi ayah, masa lalu biarlah berlalu, yang harus kita fokuskan adalah masa sekarang dan masa yang akan mendatang." Ucap El terdengar begitu bijak.

Mungkin bagi Arya perkataan El barusan begitu bijaksana, Namun berbeda dengan El sendiri.

Masa depan? Sungguh apakah El benar benar memikirkan masa depan, bukankah ia tidak tau harus melakukan apa selanjutnya.!

Bukannya setelah ini El tidak tau harus apa dan bagaimana, meskipun semuanya sudah kembali, tapi tetap saja, bukan seperti ini yang El inginkan.

Dan hari ini, entahlah! Perasaan El begitu campur aduk, ia tak tau harus bahagia atau sebaliknya. Sungguh rasanya semuanya menjadi bertaut.

......

Typo tandai ✍️

Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang