46. Serupa tapi tak sama

1.3K 43 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗
.
.
.
.



Pagi hari dengan cuaca yang sedikit berkabut, membuat sang empu merasa malas untuk sekedar beraktivitas.

Enughhhhhh

"Males banget" Gumam gadis itu, dengan mengecek ponsel nya. Disana tertera jam yang sudah menunjukkan pukul 05:30. Itu artinya ia harus segera bangun.

"Udah siang lagi" gerutu nya.

Dengan sangat terpaksa, ia harus bangun, dan melakukan segala aktivitas pagi nya.

Semenjak dirinya pergi dari rumah, ia berusaha untuk bisa mandiri. Memang saat di rumah pun El selalu sendiri, tapi dalam tanda kutip, sendiri dalam artian tidak ada keluarga yang selalu ada untuknya.

Namun sesaat ia memikirkan perkataan saka kemarin sore.

"Apa gue harus kembali ke sekolah" gumamnya.

Namun dengan cepat El menggelengkan kepalanya. "Gak! Lo gak usah jadi benalu buat ayah sama Rachel". Ucapnya kepada diri sendiri.

"Apapun yang terjadi kedepannya, gue pasti bisa lewatin semuanya" Ucapnya mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan El.

El menghembuskan nafasnya jengah. Masih pagi ia sudah kedatangan tamu.

Cklek

El membulatkan matanya sempurna. Namun dengan cepat El akan kembali menutup pintu tersebut.

Namun secepat kilat, seseorang itu menahan pintunya supaya tidak kembali tertutup.

"El"

El memalingkan wajahnya. Ia tak berbicara maupun menggubris.

"El" panggilnya lagi.

"Mau apa Lo?" Tanya El to the points.

Drepp

Seseorang itu memeluk tubuh El kuat, Terdengar helaan nafas lega.

"Kamu baik baik aja kan hm?"

"Kamu udah makan?"

"Ayo kita beli makan" ajaknya.

El hanya menatap lelaki tersebut jengah.

"Mending Lo pergi!" Usir El.

Namun lelaki tersebut menggelengkan kepalanya. "Aku gak mau"

"Arrr" kesal El.

Namun Arsen hanya menatap El dengan tatapan yang sulit di artikan.

Tanpa permisi Arsen masuk ke dalam rumah kecil yang hanya berisi satu kamar tersebut.

"Ar" panggil El. "Mending Lo pulang" titah El.

"Aku gak mau!"

El mengusap wajahnya gusar. "Serah! Serah Lo." Ucap El kesal. Kemudian El duduk di kursi dengan jengah.

Arsen hanya tersenyum. Kemudian ia mengikuti El duduk di kursi yang sudah lumayan tua tersebut.

Sebelum duduk, Arsen mencoba kursi itu, takut jika kursinya bisa roboh.

"Duduk aja, kursi nya gak seburuk yang Lo bayangin" Cetus El.

Arsen hanya mengangguk ragu. Dirasa sudah aman, El dan Arsen hanya terdiam. Arsen yang sedari tadi menatap El dengan tatapan sayu, Mungkin entah apa yang berada di pikiran Arsen sekarang.

"Aku kangen sama kamu El"

Deg

"Hampir 3 minggu lamanya aku selalu nyari kamu".

El terdiam, tatapan nya mengarah kepada ponsel yang sedari tadi ia pengang.

"Aku udah batalin perjodohan antara aku sama Rachel, Dan Rachel pun setuju, Bahkan sekarang bunda udah balik lagi seperti dulu".

El masih terdiam.

"Bunda nunggu kamu El, dia mau minta maaf sama kamu"

Deg

El mengangkat kepalanya, ia menatap Arsen dengan tatapan bertanya.

"Dia nyesel, karena udah jahat sama kamu" lanjut Arsen.

"Bahkan. sekarang bunda berharap, kalau kamu mau Nerima aku El".

"Ar" lirih El.

Arsen mendekat ke arah El, ia memeluk El dengan erat, Terdengar isakan kecil yang El keluarkan.

"Kamu pulang ya El" pinta Arsen.

Namun El menggeleng pelan. "Gue gak bisa".

"Kenapa hm?" Tanya Arsen.

"Gue gak mau ngerepotin ayah".

Arsen hanya mengangguk, ia sangat tau keadaan El saat ini.

Di luar sana, seseorang yang sedang mengintip El dan Arsen yang sedang berpelukan itu, hanya bisa memegang dadanya kuat. 

"Apa aku bisa lepasin kamu!" Gumamnya dengan tersenyum getir.

.....

Saka tersenyum getir, ketika melihat Arsen berada di rumah El.

Baru saja tadi pagi ia bersemangat, untuk ikut sarapan di rumah El. Namun nyatanya saat ia sudah sampai di depan rumah El. Sudah ada tamu saja.

Memang sialan.

Yang menjadi pertanyaan buat saka adalah. Darimana Arsen tau rumah El?. Entahlah, saka pun tidak tau.

Bahkan bukan hanya Arsen saja, Rachel juga berada di halaman rumah El. Namun yang jadi pertanyaan nyah adalah, kenapa Rachel tidak ikut masuk ke dalam rumah?.

Saka mendekati Rachel, yang sepertinya tengah menangis tersebut.

"Rachel?" Panggil saka.

Dengan cepat, Rachel mengusap air matanya. "Ah iya sak"

"Lo tau dari mana El tinggal disini?" Tanya saka.

"Kemarin, aku sama ar ngikutin kamu"

Saka manautkan satu alisnya. "Kalian ngikutin gue?" Tunjuk nya kepada dirinya sendiri.

Rachel mengangguk. "Iya".

"Saat itu kamu jatuh dari motor, saat kita mau nolongin Lo, tiba tiba El datang, Namun saat itu kami gak mau ganggu kalian, makanya kemaren kita gak nyamperin kalian".

"Tapi aku seneng banget, karena sekarang aku tau keberadaan El dimana".

"Okee" jawab saka.

"Terus?" Tanya saka.

"Apa?" Jawab Rachel.

"Kenapa Lo gak ikut masuk?"

Ah sial!

"Oh iya, Aku belum siap buat ketemu sama El, Aku masih ngerasa bersalah banget". Jawab Rachel.

Saka hanya terkekeh geli. "Lo yakin?" Tanya saka.

Rachel mengangguk. "Iya". Jawab Rachel gelisah.

"Oke"

Saka pergi tanpa berpamitan kepada Rachel. "Kamu mau kemana sak?" Tanya Rachel.

"Pulang" jawab saka.

Rachel hanya mengangguk kan kepalanya, ada rasa lega di dalam hatinya. Saka itu misterius, dimana pun, kapanpun, dan saat apapun, Dia selalu ada.

Sebetulnya ia berbohong kepada saka. Waktu itu bukan Arsen dan dirinya yang mengikuti saka. Melainkan, Rachel yang mengikuti Arsen. Dan Arsen yang mengikuti saka.

Dan hari ini pun, Rachel kembali mengikuti Arsen.

.......

Typo tandai ✍️
Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang