52. serupa tapi tak sama

1K 35 0
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🤗




Pagi hari, sinar matahari menyambut pagi gadis itu dengan cerah. El menghirup udara segar, kemudian ia menatap seluruh penjuru tempat dengan tatapan seolah tak ingin meninggalkan tempat ini.

"Kok rasanya berat banget ya, mau ninggalin tempat ini". Lirihnya.

Hampir satu bulan, El berada di tempat ini, bahkan bunga mawar yang ia tanam di belakang rumah sudah memiliki bunga yang mekar.

"Sayang banget kalo gue tinggalin nih bunga". Ucapnya, dengan menyiram tanaman tersebut.

Kemudian ide cemerlang hinggap di otaknya, "gue bawa aja ya, lumayan nambahin bunga yang ada di balkon kamar gue".

Tidak salah bukan, jika ia membawa tanaman ini.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas siram menyiram El. Meskipun malas, ia sesegera mungkin membuka pintu depan.

Cklekk

"Lo?".

Seseorang itu tersenyum lebar. "Iya ini gue".

Tanpa permisi seseorang itu masuk dengan tidak sopannya.

"Cie yang udah mulai masuk sekolah". Ucap saka dengan tersenyum getir.

"Kemaren gue ajak, Lo gak mau. Bahkan nolak gue mentah mentah, eh giliran Arsen yang ngajak Lo mau mau aja". Kekeh Arsen.

"Bukan gitu aka".

"Gak usah ngeles,"

"Tau ah." El memanyunkan bibirnya. Sialan memang saka ini, pagi pagi sudah membuat mood El rusak.

"Hahaha iya iya, Gue ikut seneng kok, kalo Lo mau sekolah lagi".

El menatap saka. "Hm, gue juga terpaksa sak, karena waktu itu. Arsen ngancem gue".

Saka mengerutkan alisnya. "Maksud Lo".

"Itu, eh. Saka ngancem kalo gue gak sekolah, kelas gue gak bakal aman".

Saka mengangguk mengerti. "Oh".

Kemudian saka dan El terdiam, El pun merasa aneh dengan sikap saka hari ini. Sepertinya saka marah padanya.

"Mmm kamu jadi kan pindah ke sekolah gue?."

Saka menggeleng. "Enggak, males gue mah, soalnya Arsen sama Rachel juga udah baik kan sama Lo, jadi gue gak perlu jaga Lo lagi."

"Lo janji sama gue, kalo Lo bakal bahagia terus ya El".

"Apaan sih Lo". El jadi bingung sendiri.

"Besok gue, mami sama papi mau ke Singapura, biasalah jalan jalan". Ucap saka terdengar nada sombong.

El memutar bola mata memelas, "berapa hari?". Tanya El.

"Mmm kalo gak satu hari ya satu Minggu, kalo gak satu Minggu ya satu bulan, kalo gak satu bulan ya satu Tah..."

"Ish" decak El. "Lo mau liburan apa mau pindahan anjir, lama banget".

Saka terkekeh. "hahah, becanda gue, gak bakal lama kok".

El mengangguk. "Janji ya gak lama, soalnya kalo lama lama, nanti gue kangen sama mami".

Saka tersenyum penuh curigai. "Lo yakin kangen sama mami?". Goda saka. "Bukannya Lo kangen nya sama gue ya". Saka mengedipkan matanya sebelah. Dan sialnya itu sangat anaggsnsusywklahwhs.

"Apaan sih Lo, gak jelas. Buat apa gue kangen sama Lo. Lo kalo mau pergi mah pergi aja, gak pulang juga gak papa". Ketus El.

"Yakin Lo? Kalo gue gak kembali Lo gak bakal kangen sama gue".

"Enggak lah. Ngapain!".

"Yaudah kalo itu mau Lo"

El memalingkan wajahnya, sangat menjengkelkan melihat wajah tampan saka itu.

"Kalo gue pergi, Lo harus bahagia terus ya El".

"Hm"

"Jangan lupa makan yang banyak, biar gemuk".

"Hm"

"Jangan bolos sekolah."

"Hm."

"Harus jadi anak pinter, biar bokap Lo bangga sama Lo".

"Hm"

"Lo harus bisa lupain gue".

El terdiam, apa maksud saka. "Maksud Lo?".

Saka tersenyum, namun senyuman saka itu terlihat palsu.

"Lo harus bisa lupain gue," saka menarik nafas dalam. "kalo gitu gue pamit dulu ya." Pamit saka, dengan sesekali mengacak rambut El.

Perkataan saka itu, entah mengapa membuat hati El merasa sakit. Entah apa yang akan terjadi, yang jelas perasaan El tidak enak.

El masih terdiam, dengan saka yang juga ikut terdiam. 10 menit lamanya terdiam, saka beranjak dari duduknya. Dan itu tidak luput dari perhatian El.

"Mau kemana?" Tanya El.

"Pulang." Jawab saka "Mau ikut?" Tanya saka.

El menggeleng. "Enggk!"

"Yaudah, kalo gitu gue pulang ya."

El mengangguk, saka sudah berjalan hingga keluar dari dalam rumah. Entah mengapa perasaan El sungguh tidak terima saat saka meninggalkan rumah nya, rasanya El ingin bilang. Jangan pergi! Tapi tidak mungkin.

Pintu tertutup rapat, namun El masih setia berada di belakang pintu, berharap saka kembali.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu, membuat El tersenyum lebar.

Cklekk

Drepppp

Saka memeluk tubuh El kuat, ia mengelus Surai El halus.

"Aka." Heran El.

"Diem! Gue lagi pengen peluk Lo!." El hanya mengangguk. Membiarkan saka memeluknya. Entah perasaan El ataupun bagaimana, kenapa rasanya tubuh saka ini sedikit kurus.

"Udah!" Kata El, setelah saka melepaskan pelukannya.

"Udah." Saka tersenyum manis, namun sayangnya dengan wajah saka yang terlihat pucat, membuat senyuman itu sedikit menyakitkan.

"Lo pucet banget." Lirih El.

"Hehe, biasalah gue gak pake skin care hahahah". Saka tertawa lepas.

Namun sayangnya, tidak ada yang lucu sama sekali.

"Sebenarnya Lo kenapa?" Tanya El, dengan nada serius.

"Gak papa, gue pulang dulu ya" pamit saka lagi. "Besok."

"Besok?" Tanya El

"Besok gue pergi, kalo nanti kita gak ketemu dulu, gue telpon Lo, atau Lo yang telpon gue".

El mengangguk. "Okee".

"Gue pergi ya"

Lagi lagi El mengangguk. Saka melambaikan tangannya, dengan senyuman yang tidak memudar sedikitpun, El membalas lambaian tangan saka. Hingga semakin lama, saka sudah pergi.


.......

Typo tandai ✍️

Terimakasih sudah membaca 🙏

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang