34. Serupa tapi tak sama

670 26 1
                                    

Jangan lupa vote komen share

Selamat membaca 🙏

.
.
.
.
.
.

Kini keluarga itu tengah menikmati makan malam nya, Namun keberadaan gadis itu membuat suasana makin ramai.

"Nah gini dong, Kalau kamu setiap hari kesini. Nanti papi bakal ngasih hadiah buat kamu"

Mata El berbinar. "Wahh. Hadiah apa tuh pih?" Tanya El tak sabaran.

"Pokoknya rahasia" ucap Adi dengan kembali memakan makanan nya.

Karin mengangguk. "Tapi kan syarat nya kamu harus ke rumah mami sesering mungkin"

El hanya mengangguk ragu. Mana mungkin ia pergi ke rumah Karin setiap hari. Apalagi sekarang Arya berada dirumah. Bisa bisa setiap hari juga ia kena amukan Arya.

"Yahh. Kalo setiap hari mah, El gak bisa mi" keluh El.

Karin memasang wajah kecewa nya, Namun El berusaha membuat Karin mengerti.

"Tapi tenang aja mi. El bakal usahain buat kesini setiap hari"

Sontak mata Karin berbinar. Sungguh ia begitu bahagia. Entah kenapa akhir akhir ini Karin selalu ingin dekat dengan El, berbeda. Jika ia dekat dekat dengan saka, Saka pasti akan selalu ternistakan.

Sialan memang bumil ini!

"Udah deh" kesal saka.

El hanya memutar bola mata memela. "Iri ya" goda El.

"Ngapain iri" jawab saka cuek. Namun tunggu, El baru menyadari jika makan saka sangat sedikit. Dan wajahnya terlihat pucat.

"Aka?" Panggil El.

Saka menoleh, Sama halnya dengan kedua orang tua saka.

"Kamu kok pucet gitu?" Tanya El khawatir.

Saka mengalihkan pandangannya, ia menatap adi yang berada di depannya.

"Masa" jawab saka dengan sedikit ambigu.

"Ah, sudah biasa El. Semenjak dia berada di Malaysia kulit nya semakin putih, dan ya wajahnya pun akan terlihat pucat" kekeh Adi.

Saka mengangguk. "hehe iya, Gue tau pasti Lo mau kan punya kulit seputih gue" bangga saka, dengan memamerkan ketampanan.

El hanya mendengus sebal. Di samping El, atau lebih tepatnya keberadaan Karin. Karin menatap saka dengan cemas.

"Tidak, Abang udah sembuh" Lirih Karin dalam hati.

......

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tepat setalah makan malam tadi, saka telah mengantarkan El ke rumahnya.

Kini saka tengah menikmati angin malam yang berhembus hingga membuat badannya terasa sangat dingin. Namun saka menyukai itu.

Di atas balkon kamarnya itu, saka melihat langit yang begitu indah. Bintang bintang bertaburan, bulan yang memancarkan sinarnya.

"Apa gue harus terus hidup dalam kebohongan"

"Gue sakit" lirih saka.

"Gue terlalu ngerepotin banyak orang"

"Gue...." perlahan air mata itu keluar tanpa permisi. Namun saka tak menolaknya. Mungkin sesekali ia juga harus menangis. Ya menangisi dirinya sendiri.

Cekrek

Pintu kamar saka terbuka, perlahan wanita itu mendekati saka yang berada di balkon.

"Abang"

Saka menoleh, dengan air mata yang masih setia keluar. "Mi"

Karin memeluk tubuh rekuh saka kuat. "Abang gak boleh nangis, nanti Ade nya juga ikut nangis" lirih Karin.

"Mi. Sakit, Abang mau nyerah, tapi...."

"Sttt.. Abang gak boleh ngomong gitu, Abang harus kuat, Kan harus ada yang Abang jagain nantinya"

"Tapi Aka cape mi, Harus sakit seperti ini"

"Mami tau, Tapi kamu harus kuat"

"Mi, kalau suatu saat aka nyerah. Mami harus jaga El ya, mami sayangi El seperti mami sayang sama aka, El itu sering di sakitin sama om Arya"

Karin mengangguk, "sudah, kamu jangan bicara seperti itu. Bukannya kamu mau ngelindungi El Dan calon adik kamu hm?"

Saka mengangguk. "Aka mau mi, tapi apa aka bisa" jawab saka dengan menatap kembali bintang di atas sana.

"Bisa kamu pasti bisa" ucap Karin meyakinkan saka.

"Mungkin!"

Karin menatap tubuh saka yang semakin kurus itu, wajahnya sangat pucat, Karin sangat iba melihat anak lelakinya itu.

Cukup terdiam beberapa lama, akhirnya saka kembali  bersuara.

"Mi, Apa boleh aka mencintai El" tanya saka.

Karin tersenyum hangat. "tentu"

"Tapi aka gak bisa jagain El mi" keluh saka.

"Abang bisa!"

Saka menggelengkan kepalanya pelan. "Tapi gak selalu" jawab saka.

"Aka selalu terlambat buat tolongin el, disaat El di sakitin. Aka selalu gak ada"

"Aka" lirih Karin.

"Mi. Apa El juga cinta sama aka?"

Pertanyaan itu, Karin pun tidak tau.

"Sudah, sebaiknya kamu tidur, ini sudah malam. Bukannya besok kamu pindah sekolah" ajak Karin.

Saka mengangguk. "Makasih ya mi, karena udah mau nurutin kemauan aka"

Karin tersenyum. "Apapun pasti mami lakuin buat kamu"

Saka tersenyum, kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur King size miliknya, kemudian Karin menyelimuti saka dengan sayang.

Saka tersenyum. "Terimakasih mi"

Karin mengangguk, kemudian Karin mematikan lampu kamar saka, lalu pergi keluar.

Seperti mempunyai dua kepribadian, itulah saka. Jika di luar ia akan terlihat bringas, namun jika dihadapan wanita yang ia cintai ia akan bersikap lembut dan penyanyang.

.........

Terimakasih sudah membaca 🤗

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang