Darl+ing

245 50 6
                                    

"Selesai.. Cantiknya.. " Ucap Soora sesaat setelah selesai merapikan rambut Faith.

Faith tak mengatakan apapun, ia hanya menatap ke arah jendela. Tentu saja tak ada yang ia lihat. Semuanya hanya gelap saja.

Soora membekap mulutnya saat melihat air mata Faith yang terjatuh lagi, ia menahan diri untuk tidak terisak apalagi menangis di depan Faith. Keponakannya itu benci dipandang lemah apalagi dikasihani. Menangis di hadapan Faith hanya akan memperburuk suasana hatinya sementara psikolog yang menangani kondisi kejiwaan Faith menyarankan agar semua anggota keluarga memprioritaskan kenyamanan Faith.

Melihat kakaknya menangis, Hyukjae menghampiri Soora, menepuk pundak wanita itu lalu memberi isyarat agar Soora keluar dari kamar Faith. Soora mengangguk kemudian segera meninggalkan kamar Faith dengan kedua tangan yang masih membekap mulutnya. Setelah Soora menutup pintu kamar Faith, Hyukjae mendekati posisi Faith yang duduk di depan meja rias lalu mengambil tempat duduk di hadapan Faith.

"Daddy...." panggil Faith.

"Yes, princess...." jawab Hyukjae. Dia meraih kedua tangan Faith, menangkupnya dengan tangannya sendiri.

"Daddy menyuruhku ke Missouri bukan karena Daddy marah padaku kan ?"

Hati Hyukjae mencelos.

"Tidak Faith.... Bagaimana mungkin Daddy marah padamu ?" jawab Hyukjae setenang mungkin.

Faith mengedikkan kedua bahunya. "Karena ini semua adalah salahku. Aku sudah banyak merepotkan Daddy serta Samchondeul yang lain. Seandainya saja waktu itu aku mendengarkan Daddy dan tidak memaksakan keinginanku sendiri, hal ini pasti tidak akan terjadi. Aku.... Tidak akan kehilangan penglihatanku selamanya...."

Hyukjae menarik napas dalam-dalam. Ini bukan pertama kalinya Faith menyalahkan dirinya semenjak kejadian kecelakaan yang membuat dia harus hidup di dalam kegelapan. Tidak hanya itu, beberapa kali Faith mengatakan kepada psikolog yang menanganinya bahwa dia merasa menyesal. Dia menyesali keputusan ibunya untuk pulang ke Korea Selatan yang senuanya diawali oleh tingkah Faith yang menjadi antis grup ayahnya sendiri.


Jika mereka tidak datang ke Korea Selatan, mungkin dia tak perlu bertemu Ayahnya atau Taemin hingga berpikir ingin menjadi idol lalu mengalami kecelakaan ini. Jika mereka tidak datang ke Korea mungkin ibunya masih ada di sini. Bahkan jika ibunya dulu tak ada di korea, ibunya tak perlu bertemu ayahnya sehingga tak ada yang terluka, ibunya tidak menderita, ayahnya juga tak menderita dan tentu ia tak perlu ada untuk melewati kehidupan yang seperti ini.

Hyukjae mengulurkan satu tangannya dan bergerak membelai lembut pipi putrinya.

"Daddy tidak akan pernah marah padamu. Kau itu putriku, Faith. Meskipun kau melakukan kesalahan, Daddy akan berada di barisan paling depan untuk membelamu."

"Setelah semua ini selesai, Daddy akan datang menjemputku kan ? Daddy tidak akan meninggalkanku sendirian kan ?"

"Nde.. " jawab Hyukjae cepat dengan suara tangis yang hampir pecah. Hyukjae menggigit bibirnya dengan keras untuk mencegahnya menangis.

"Dad ??" panggil Faith lagi karena dia tidak mendengar jawaban Hyukjae tadi.

Hyukjae menarik napas panjang. Mengusap air mata yang keluar dari kelopak matanya tanpa permisi.

"Setelah semua urusan disini selesai, Daddy akan menyusulmu ke Missouri. Daddy berjanji...."

"Dengan Melody ?"

"Dengan semuanya. Kami semua akan datang menyusulmu ke Missouri."

Hyukjae mendekatkan wajahnya dengan wajah Faith yang terlihat semakin mirip dengan wajah mendiang ibunya. Hyukjae menangkup wajah Faith kemudian menyatukan kedua dahi mereka.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang