Always

238 52 6
                                    

Hyukjae membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar lalu membantingnya kembali dengan kencang. Dia benar-benar sedang gusar dan marah saat ini. Proses persidangan Faith menguras seluruh tenaganya. Dan hari ini, Hyukjae harus menahan diri duduk di kursi pengunjung sidang, mendengarkan argumen pembelaan yang disampaikan oleh Pengacara Sana dan Siena yang menurut Hyukjae terdengar konyol dan tidak masuk akal.


Tidak ada bukti langsung yang menunjuk bahwa Sana dan Siena merencanakan kecelakaan yang menimpa Faith ?


HAAAHHH !!!!


Seandainya saja tadi Jungsoo dan Siwon tidak menahan Hyukjae, dia pasti sudah menerjang pengacara yang disewa oleh Keluarga Park itu kemudian menghajarnya habis-habisan. Bisa-bisanya dia bilang bahwa bukti rekaman yang diperoleh Ashley tidak kredibel untuk diajukan dalam persidangan.


Hyukjae membuka asal jas yang dia kenakan kemudian menghempaskannya ke atas sofa. Dia berjalan menuju ke arah lemari pendingin yang ada di sudut ruangannya sambil menarik simpul dasi yang seharian ini serasa mencekik lehernya. Mungkin satu atau dua gelas wine bisa meredakan kekesalan Hyukjae.


Tapi, baru saja tangan Hyukjae terulur untuk membuka pintu lemari pendingin, pintu ruangan Hyukjae diketuk dari luar. Tidak lama kemudian, sekretaris Hyukjae menyembulkan kepalanya.


"Sillyehamnida, Isanim.... Ada ibu Anda datang berkunjung..." ucap sekretaris Hyukjae memberitahu.


Hyukjae mengerutkan dahinya. "Ibuku ?" ulang Hyukjae.


Sekretaris Hyukjae yang sudah berumur itu mengangguk mengiyakan.


Hyukjae menarik napas panjang. Batal sudah niatnya untuk menikmati satu atau dua gelas wine dingin. Dia berdoa dalam hati, semoga saja kedatangan ibunya tidak memperburuk suasana hatinya yang sudah berantakan hari ini.


"Baiklah. Suruh Ibuku masuk. Dan kosongkan jadwalku sampai Ibuku pulang nanti, mengerti ?"


"Baik Isanim..." jawab Sekretaris Hyukjae. Dia membiarkan pintu ruangan Hyukjae terbuka. Tidak lama kemudian, Nyonya Lee masuk diikuti oleh sekretaris Hyukjae. Di tangan sekretarisnya, Hyukjae bisa melihat dua buah paper bag masing-masing di tangan kiri dan kanan. Hyukjae menyambut kedatangan Ibunya. Nyonya Lee pun langsung menggandeng lengan Hyukjae lalu mengusapnya dengan lembut.


"Eomma
bawa apa ?" tanya Hyukjae. Dia mengedikkan dagunya ke arah paper bag yang saat ini sedang diletakkan di atas meja tamu oleh sekretaris Hyukjae.


"Makan siang buatmu. Kamu belum makan kan ? Soora bilang kamu langsung ke kantor begitu sidangnya selesai." jawab Nyonya Lee.


Ibu Hyukjae lantas mengalihkan perhatiannya pada sekretaris Hyukjae. "Biarkan saja di situ. Nanti saya yang akan mengaturnya." ucap Nyonya Lee.


Sekretaris Hyukjae membungkuk sopan. "Baik Nyonya. Kalau begitu, saya permisi..." pamit sekretaris Hyukjae.


"Gomawo...." Nyonya Lee sedikit berteriak mengungkapkan rasa terima kasih karena sekretaris Hyukjae sudah membantunya membawakan paper bag yang dia siapkan dari rumah untuk putra tersayangnya.


Hyukjae menggiring Nyonya Lee untuk duduk di salah satu sofa tamu. Tangan wanita tua itu langsung cekatan mengeluarkan beberapa kotak makanan dari dalam paper bag dan menatanya di atas meja.


"Eomma memasak ini semua sendiri ?" tanya Hyukjae takjub saat melihat tangan ibunya tidak berhenti mengeluarkan kotak-kotak makanan dari dalam paper bag.


"Tentu saja. Memangnya siapa yang kamu harapkan membuatkan ini untukmu ? Soora ? Mana mungkin... Makanya, kalau Eomma suruh cari ibu baru buat Faith dan Melody, kamu itu menurut sedikit. Susah sekali dikasih tahu..."


MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang