Jay, Teman Pertama Hyuka

131 33 0
                                    

Jay melirik hyuka yang masih menatap batu mutiara yang ia berikan. Jay orangnya yang pekaan tidak bisa menahan diri untuk tak peduli.
"Hyuka, bagaimana kalo lu ikut ama gua? Maaf ya, kita bicaranya santai aja. Kayaknya lu seusia ama gua ya, kan?" Tanya Jay agak ragu.

Suara Jay membuyarkan lamunan hyuka.
"Hmm..? Ouh... Iya, mungkin. 4 bulan lagi umur ku 16 tahun."

Jay mengangguk. "Ok, berarti kita seumuran. Gua baru bulan ini 16 tahun. Kita bicara jangan formal banget ya. Lu gua aja. Nggak papa" Jawab Jay dengan santai.

Hyuka menatap Jay tak percaya. " Tapi aku nggak pernah bicaranya pake gua ama lu. Nanti abang dan kakak marah." Jawab hyuka polos.

Jay menoleh ke hyuka seketika. "Lu punya saudara?" Tanya Jay.

Hyuka seketika menunduk. "Iya, gua punya saudara laki-laki 4 orang diatas gua. Bang Jerome, Bang savero, Kak bumi dan Kak tristan. Mereka semua sangat baik dan sayang banget sama gua" Jawab hyuka seraya menampilkan senyum yg paling tulusnya.

Jay tersenyum kecut. "Enaknya lu ya. Lu punya saudara empat lagi"

Hyuka menoleh lagi ke jay. "Emang Jay nggak punya saudara?" Tanya hyuka hati hati.

Jay membalas tatapan hyuka. "Nggak ada. Gua anak tunggal" Jawab Jay enteng.
Lalu Jay melihat moana yg masih diam di tempat. "Moa?? Lu sampai disini aja nemenin hyuka. Biar gua yg ngajarin hyuka." Kata Jay sambil menatap tajam moana.

Moana segera mendekati Jay. "Tidak bisa. Aku tidak akan meninggalkan hyuka. Bagaimana kalau terjadi apa apa? Dan aku tidak mungkin meniggalkan tugas ku" Bantah moana.

Jay menghela nafas kasar. "Baiklah, kamu boleh mengikuti kami asal dari jauh" Kata Jay.

Moana tetap menunduk saja. Ia tidak mungkin membantah lagi.

Jay lalu merangkul hyuka. "Hyuka, lu ikut sama gua aja. Dari pada lu sendiri lebih baik berdua. Okey?!!" Ajak Jay sedikit dengan nada pemaksaan.

Hyuka terseyum lalu mengangguk. "Baiklah"

"Ayo kita pulang ke rumahku" Ajak Jay penuh semangat.

🌴🌴🌴

Sedangkan masih di Puncak. Putra putra Rafandra masih dengan tampang kusut nya. Jerome berulang kali menanyai polisi dimana keberadaan adeknya. Namun polisi hanya memberikan harapan palsu.
Savero dan bumi juga ikut mengitari komplek villa yg mereka tempati hingga siang hari.
Tristan masih mencari petunjuk ke dalam buku yg ia temukan. Perasaan nya mengatakan kalo buku itu ada hubungannya atas kehilangan adek mereka.

Savero tiba di villa dengan tergesa-gesa.
"Bagaimana, bang? Apa kata polisi, apa ada kemajuan?" Tanya savero tak sabaran.

Jerome menggeleng lemah. "Tidak ada. Mereka masih mencari." Jawab Jerome pelan.

Savero menjambak rambutnya sendiri. Ia marah tapi ia tidak tahu marah ke siapa. Dan akhirnya ia hanya duduk saja.

Bumi juga ikut stres. Bahkan kantung matanya mirip dengan panda. "Bang, ini udah lebih dari 24jam. Sebentar lagi akan malam. Bagaimana kalau adek kambuh bang? Atau terjadi sesuatu yg buruk kepada adek?" Ucap bumi yg terdengar seperti meracau sendiri.

Savero beranjak dari duduknya. "Bang, kita kerahkan intelijen dari manapun bang. Apapun yg terjadi kita harus menemukan hyuka secepatnya" Kata soobin tegas.

Jerome menghela nafas. "Baiklah, akan ku hubungi intelijen dari agensi manapun. Tenang saja semuanya pasti akan baik baik saja" Jawab Jerome mencoba menyakinkan adek adeknya.
Jerome lalu keluar ruangan keluarga dan masuk ke kamarnya. Ia menelepon semua agensi yg ia tahu bahkan sampai yg ia tidak tahu.

Tristan mendekati savero dan bumi. Lalu memberikan satu botol air putih ke mereka masing-masing.
"Abang, kakak, ini minum dulu" Ucap Tristan.

Savero mengambilnya lalu meminum air tersebut sampai setengah. Sedangkan bumi hanya memandangi saja.

Tristan duduk di samping savero. "Bang lu percaya magic nggak, bang? "

Savero menoleh ke Tristan. "Maksud lu apa? Coba jelaskan?" Tanya savero balik.

Bumi hanya memerhatikan mereka dengan seksama.

Tristan awalnya bingung menjelaskan bagaimana. "Hmm.... Hal hal yg terjadi di luar nalar manusia. Entahlah, gua sangat yakin buku ini ada hubungannya dengan hilangnya adek, bang. Tapi gua masih belum menemukan alasan tersebut"

Savero menimang nimang apa dikatakan Tristan barusan. "Hmm.. Baiklah. Gua nggak peduli lagi mau itu mustahil atau tidaknya selagi itu bisa menemukan hyuka, mari kita coba." Jawab savero dengan yakin.

"Jika itu benar, pasti ada sesuatu yg bisa membuka magic itu sendiri bukan? " Tanya bumi penasaran.

"Iya, dan itu yg sampai sekarang belum gua pecahkan." Jawab Tristan menunduk.

Savero menepuk pelan bahu Tristan. "Tidak apa apa. Mari kita pecahkan bersama sama. Okey?!" Kata savero menenangkan Tristan yg tampak frustasi.

"Iya, lu ada gua. Kalo ada apa apa lu bisa mengandalkan gua. Ngerti kan lu Tristan? Jangan di pendem sendiri" Ucap bumi seraya tersenyum tulus ke adeknya yg beda setahun darinya.

Tristan menatap savero dan bumi bergantian. Lalu membalas senyuman mereka.

Jerome mendengar pembicaraan adek adeknya terdiam di sudut ruangan. Ia telah mencoba segala cara namun sama sekali tidak membuahkan hasil.
"Apa yg harus gua lakuin lagi? Kemana perginya adek gua? Hyuka, dimana lu dek? Bukannya kita telah berjanji akan berlima selama lamanya bahkan maut tak bisa pisahkan kita. Tapi sekarang lu pergi meninggalkan saudara saudara lu tanpa jejak. Gua emang sudah gagal jadi abang tertua lu. Bahkan gua gagal menjaga amanah dari orang tua kita. Semua salah gua" Gumamnya lirih.
Jerome terduduk diruangan tersebut, ia menangis dalam diam.

Rasa bersalah yg begitu kuat telah menumpuk di hati mereka. Savero yg masih berusaha untuk menanyai semua orang bahkan ia memanggil nama hyuka di tengah keramaian. Bumi dan Tristan yg sudah kacau mencari petunjuk atau apapun yg bisa menemukan adek bungsu mereka.
Semuanya menjadi suram dan gelap.
Seperti hari ini hujan mulai turun dengan derasnya.

🌴🌴🌴

Bersambung...

"Seandainya tidak ada badai, pelangi tidak akan muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seandainya tidak ada badai, pelangi tidak akan muncul. Untuk itu, belajarlah dari badai yang menimpamu."

Jangan lupa tinggalkan jejak ya👍
Untuk yg telah mengikuti sampai saat ini... Thanks you n love you ☺💙💜🐧

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang