Waktu yg berharga

122 20 1
                                    

Keesokan paginya, kondisi hyuka tidak ada perkembangan nya. Masih lemah dan ia juga masih susah bernafas. Tak ada satupun dari abang dan kakak hyuka yg tertidur. Mereka hanya memperhatikan dan menjaga hyuka semalaman.

Savero tak henti hentinya mengelus hyuka supaya adeknya itu nyaman tidurnya dan bumi yg menghangatkan tubuh hyuka dengan kekuatan healer nya. Perlahan, hyuka membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling dan juga keempat saudaranya.

"Adek..." Panggil Jerome.

"Iya, bang.." Saut hyuka lemah dengan senyuman nya.

Tristan segera mengambil air putih dengan sedotan. "Adek haus nggak?" Tanya Tristan.

Hyuka mengangguk. Savero segera mendudukan hyuka dan ia tetap merangkuk hyuka. Savero membantu hyuka untuk minum dan hyuka meminumnya walau sedikit. "Terimakasih.." Ucap hyuka pelan.

Setelah minum, hyuka berusaha untuk menegakkan badannya sendiri. Hyuka merasa badannya agak lebih membaik. Nafasnya sudah kembali normal dan detak jantungnya pun sudah seperti biasanya. Namun tenaganya belum pulih sepenuhnya. "Abang jeje.." Panggil hyuka.

Jerome segera duduk dihadapan hyuka.
Ia membawa tangan hyuka ke wajahnya. "Iya, adek abang sayang.."

"Hmm.. Adek mau ke pantai abang... Boleh?" Ucap hyuka sembari tersenyum.

Sontak savero, bumi dan Tristan menoleh ke hyuka. Tersirat kecemasan dan kekhawatiran di wajah mereka.

Jerome yg masih menciumi punggung tangan hyuka tersenyum penuh arti. "Kapan adek mau perginya?"

"Sekarang, bang.." Jawab hyuka mantap.

Savero dan bumi langsung menggeleng.
"Adek, jangan sekarang ya.. Tunggu, adek udah sembuh baru kita ke sana okey.." Ucap bumi dengan cemas

"Iya, adek.. Kalo adek udah sembuh.. Abang janji kemanapun adek mau pergi akan abang temani, hmm.." Saut savero juga.

Hyuka menoleh ke savero yg sedang merangkul nya. "Enggak, abang.. Sekarang aja, hmm... Kalo tunggu adek sehat dulu, kapan? Adek nggak yakin bang.."

Savero merasakan dada nya sakit mendengar ucapan hyuka yg mengatakan kalau dirinya tak bertahan lama lagi. Savero memeluk hyuka dalam. Savero menangis dibahu hyuka. "Jangan tinggalin abang, dek.."

Hyuka tertawa kecil mendengar isakan savero. "Abang semakin lama semakin cengeng aja.. Kak bumi juga.. Kenapa menangis? Hyuka masih ada disini.."

Bumi segera menghapus air matanya. "Iya, adek... Maaf.." Ucap bumi.

Jerome mengangguk. "Baiklah, ayo kita ke pantai.."

Hyuka tersenyum senang. "Terimakasih abang jeje.." Ucap hyuka. Lalu hyuka melihat savero yg memeluknya. "Bang vero.." Panggil hyuka.

"Iya.." Jawab savero yg masih menangis.

Hyuka menghela nafas lelah. Ia mengelus surai hitam savero penuh kasih sayang. "Abang udahan ya.. Hyuka masih ada disini, hmm.. Abang masih bisa merasakan detak jantung hyuka kan?" Ucap hyuka sembari membawa tangan kanan savero ke dadanya.

Savero tersentak merasakan detak jantung hyuka yg berdetak lebih lambat dari normal. Savero mengangkat kepalanya dan menatap hyuka yg tersenyum kearahnya. Savero mengangguk pelan. "Baiklah, kita kepantai.."

Hyuka tersenyum senang hingga matanya almond nya hilang. Hyuka memeluk lagi savero. "Terimakasih, bang.." Ucap hyuka senang. Hyuka tiba-tiba merasakan tenaganya pulih kembali dan ia bersemangat lagi ketika membayangkan lautan biru yg menghampar luas serta angin sepoi sepoi yg menyejukkan. "Hyuka tahu tempatnya.. Sebenarnya dari awal hyuka sudah berniat mengajak abang dan kakak kesana tapi ternyata banyak kendala.. Jadi kali ini harus kesampaian ya.." Sambung hyuka ceria.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang