Petualangan

112 20 7
                                    

Semenjak di pulau moorae, Jerome tak pernah sekalipun tak stress dan mungkin hampir gila memikirkan semua kemungkinan yg akan di alami adek adeknya.
"Apa yg harus kita lakukan?" Kata Jerome frustasi.

Savero pun ikut frustasi. Ia bingung namun ia tak menemukan jawaban apapun yg sama sama menguntungkan. "Bang ?! Kita harus pisah untuk sementara waktu.. Gua dan hyuka.. Abang sama bumi dan tristan ya.."

Jerome langsung melotot tak Terima. "Nggak ada.. Kita nggak akan berpisah lagi.. Cukup satu kali, vero.. Gua nggak mau lagi.."

"Iya, bang vero.. Bukankah kita harus tetap bersama seperti yg abang bilang selama ini" Sanggah tristan yg sedang memandang sendu wajah savero.

Savero menarik keras rambutnya. "Terus bagaimana lagi? Hanya itu pilihan terbaik nya.. Gua yakin abang bisa menjaga bumi dan tristan.."

Jerome menarik krah savero. "Terus gimana dengan lu dan hyuka, hah? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kalian berdua, apa yg harus gua katakan nanti kepada orang tua kita?" Bentak Jerome. Ia benar benar lepas emosi.

Savero menatap Jerome dengan tenang. "Bang, lu bisa mempercayain hyuka sama gua.. Lu tau kan gua penembak jitu.. Gua nggak bakal kenapa kenapa.. Jadi percayalah ama gua.." Balas savero sembari melepaskan tangan Jerome di kerah bajunya.

Bumi langsung menarik Jerome.
"Bang, bener apa yg dibilang bang vero mungkin itu pilihan terbaiknya.."

Hyuka pun juga mendekati savero.
"Abang Jerome.. Hyuka nggak papa bila harus sama bang vero.. Hyuka bisa jaga diri sendiri.. Dan hyuka juga tahu gimana kondisi hyuka sendiri.."

"Hyuka, lu jangan gila deh.." Kata tristan dengan raut marahnya.

"Kak, gua ama jay udah beberapa kali mengalaminya. Dan sekarang ada bang vero, jadi semua pasti baik baik aja." Saut hyuka dengan suaranya yg pelan menenangkan.

Jerome menghela nafas dalam. "Hmm.. Baiklah, jika terjadi sesuatu kalian harus menghubungi abang ya.."

"Iya, bang.. Lu harus hati hati ya bang..
Kalian juga bumi, tristan.. Tetaplah bersama.." Kata savero sembari menatap kedua adeknya.

"Ekhemm... Apa keputusan nya sudah bulat?" Tanya jay hati-hati.

Jerome menatap datar jay. "Baiklah.. Savero, hyuka dan jay.. Abang, bumi dan tristan.. Semuanya harus pulang dengan selamat ya.. Jangan sampai ada yg terluka.." Instruksi Jerome. Ia menoleh ke savero lalu tersenyum tipis. "Hati hati ya savero.. Gua titip dua bocil ke elu.."

"Iya bang, gua titip juga dua beban ini ke elu ya bang" Balas savero dengan senyum tertahan.

Bumi meninju bahu savero. "Enak aja lu ya bilang gua beban.. Akan gua buktiin ke lu kalo gua juga bisa.. Dan juga jangan lupakan tristan, pemilik sabuk hitam taekwondo dan profesional boxer.." Saut bumi dengan bangga. Ia sedang merangkul tristan yg sedang berwajah datar.

"Yelah.. Yelah tuh.." Jawab savero tak peduli. Ia lalu merangkul jay dan hyuka.
"Moana zie, dimana lu!!!" Teriak savero.

Para peri itu datang dan berterbangan lagi mengitari mereka.

Moana zie berterbangan mengelilingi savero dan Jerome. Ia punya bakat membuat orang kesal. "Bagaimana?? Bagaimana hasilnya?" Tanyanya dengan nada ceria.

Jerome mengepalkan tinjunya. Darah nya udah sampai ke ubun ubun namun dengan sekuat tenaga ia mencoba untuk tenang. Jerome menghela nafas dalam.
"Bumi dan tristan ikut gua.. Savero akan bersama jay dan hyuka."

Moana takjub."wow.. Pilihan yg sangat pas. Okey, kalian sudah siap kan? Moana ly dan Moana yu kalian akan membimbing tim Jerome ya.. Sedangkan zie akan membimbing tim savero... Okey, sip" Jelasnya dengan ceria.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang