Secercah harapan

133 34 2
                                    

Hari semakin senja. Bunyi suara binatang malam bersahutan. Jay merasa resah dan ia bingung juga bagaimana membangunkan hyuka yg masih terlelap di bahunya. "Gimana nih, bentar lagi mau malam dan nih bocah masih enak banget tidurnya. Kayak tanpa beban aja.
Bahu gua pegal-pegal" Ucapnya lirih.

Jay menatap sebentar wajah hyuka yg bernafas teratur di bahunya. Lalu jay menghela nafas pelan. Ia menepuk pelan paha hyuka. "Hyuka... Hyuka.. Bangun yuk?"

Hyuka antara sadar dan tak sadar. Ia hanya mengerang kecil. "Hmm.... "

Jay lagi lagi menghela nafasnya. "Oi.. Hyuka bangun lagi. Hari udah mulai gelap. Nanti di sambung lagi dirumah tidurnya ya" Bujuk Jay sambil menepuk paha hyuka di sampingnya.

Hyuka mengerjap kan matanya. Ia melihat keseliling. Dan memang benar matahari hampir tenggelam dan ia baru bangun dari tidurnya. "Jay..!!!" Panggilnya lirih.

"Iya, ada apa?" Sahut Jay.

"Berapa jam gua ketiduran?" Tanya hyuka sambil menegakkan kepalanya dari bahu Jay.

"Kurang lebih 4-5jam. Lu udah lumayan baikan?" Tanya Jay yg melihat wajah hyuka yg masih sedikit pucat.

Hyuka tersenyum. "Iya, sekarang tidak apa apa lagi. Maaf merepotkan lu ya" Ucap hyuka dengan menunduk.

Jay menghela nafas kasar. "Haah!! Jangan bilang gitu, gua nggak pernah merasa lu ngerepotin gua." Ucap Jay penuh penekanan. Ia meraih tangan hyuka dan membawanya berdiri.

Hyuka tersenyum. "Terimakasih banyak Jay. Terimakasih telah ada buat gua." Ucapnya tulus.

Jay juga tersenyum. Hatinya menghangat. "Iya sama sama hyuka. Gua juga berterima kasih sama lu telah mau berteman sama gua yg pemarah dan emosian ini"

Hyuka tertawa kecil. "Hehehe.. Lu nggak pemarah kok cuman sensian aja kayak cewek" Ledek hyuka dengan senyum nyebelin nya.

Jay melotot tidak Terima. "Oi.. Sembarangan lu ya"

Hyuka tetap saja tertawa meliat wajah Jay yg kesal. "Hahaha.. Dilihat lihat lu lucu juga ya... Haha.. Uhuk.. Uhuk.. " Ucap hyuka dan terbatuk di akhir.

Jay langsung mendekati hyuka. "Eh lu jangan ketawa dulu deh"

Hyuka berhenti dari ketawanya lalu mengangguk. Ia tersenyum simpul. "Habis lu lucu sih" Katanya tanpa bersalah.

"Iya ya.. Serah lu aja deh. Hyuka lu sakit parah ya?" Tanya Jay tiba tiba.

Hyuka yang mendengar pertanyaan Jay terhenyak. "Hehehe.. Enggak kok. Gua kalo lagi syok kadang kadang memang seperti itu. Tapi biasanya enggak." Elak hyuka masih dengan senyumannya.

Jay menatap dalam wajah hyuka. Dan hyuka membalas tatapan jay dengan senyuman simpul nya.

Jay yang tidak mudah percaya namun ia mencoba mengalah saja untuk sementara waktu. "Hmm.. Oke lah kalo gitu.. Tapi kalo lu ada apa apa harus beritahu gua ya" Katanya tersenyum tipis.

Hyuka mengangguk. "Iya, tenang aja."
Ia masih saja tersenyum walau di hatinya ia merasa kasihan pada dirinya.
"Gua pengen jujur tapi gua nggak mau lu natap gua kasihan. Gua nggak mau di kasihani lagi. Gua hanya pengen berteman dan bermain seperti orang-orang. Ayo, hyuka!! Lu harus kuat dan jangan nyusahin orang lagi." Tekad hyuka dalam hati dan menyakinkan dirinya sendiri.

Hari semakin malam. Jay dan hyuka bergegas pulang ke rumah pohon Jay yg tak jauh lagi dari tempatnya sekarang.

🌴🌴🌴

Cahaya matahari senja menyengat wajah putih Jerome. Ia tersadar dari pingsan nya. Jerome seketika panik melihat ke sekeliling nya. Betapa syoknya dia karena dia sekarang berada di hutan belantara.
Jerome teringat akan adek adek nya. Ia lalu melihat ke samping nya dan ditangannya masih bergelayutan tristan. Serta tak jauh darinya, savero dan bumi yang berpelukan. Melihat adek adeknya baik baik saja, Jerome menghela nafas lega. "Syukurlah, semuanya baik baik saja" Lirih nya dalam hati.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang