Sendiri

87 19 1
                                    

Hyuka memerhatikan ekspresi abang abangnya yg lagi kusut. Hyuka tertawa kecil. "Percayalah.. Tidak akan terjadi apa apa" Kata hyuka lagi dengan senyuman terpatri di wajahnya.

Jerome melepaskan genggaman tangan hyuka di tangannya, ia mendekat ke arah hyuka dan memeluknya. "Maafin abang ya dek.. Abang tidak bisa menjaga adek.." Ucap Jerome sembari memeluk erat hyuka.

"Tidak apa apa bang.. Ini bukan salah siapa siapa.. Mungkin ini yang namanya takdir.." Jawab hyuka dengan matanya yg sudah berkaca kaca.

Savero yg melihat air mata hyuka yg tergenang merasa sedih bercampur marah karena ia tahu adeknya itu selalu takut ditinggal sendirian. "Bang, ayo kita cari cara dulu ya? Gua nggak bisa ninggalin hyuka sendirian tanpa pengawasan kita.." Ucap savero dengan nada bergetar.

Jerome melepaskan pelukannya. Ia menghela nafas kasar. "Hmm.. Gimana kalo kita tanya dulu sama moana zie..? Mudah mudahan aja dia punya solusi.." Ucap Jerome lagi.

"Abang.. Hyuka nggak apa apa bang.." Tegas hyuka lagi. Ia tidak ingin abangnya jadi kalut dan stress sendiri memikirkan nya.

"Tidak bisa.. Abang udah janji kan ama hyuka kalo abang nggak bakal ninggalin hyuka sendirian.." Ucap savero dengan penuh keyakinan.

Hyuka menghirup nafas dan menghembuskan nafasnya kembali. "Iya deh.. Terserah abang aja.. Apapun hasilnya abang harus Terima ya.." Saut hyuka sembari menarik lembut pipi mochi savero.

Seketika savero jadi tertawa. Hyuka malah jadi ke asyikan. Ia menarik kedua pipi mochi savero dengan kedua tangannya. "Bener bener elastis dan lembut..." Puji hyuka yg tak henti hentinya mengelus elus pipi savero.

Jerome yg tadinya berekspersi sedih sekarang berubah jadi tersenyum. "Si bontot ini, nggak bisa serius sebentar aja.."

Hyuka masih tertawa kecil. "Hehehe.. Jangan terlalu serius abang.. Lihatlah wajah abang udah kelihatan tua.."

Jerome menggelitik paha hyuka. "Gara gara siapa ini? Gara gara adek loh.. Adek harus tanggung jawab" Ucap Jerome yg masih menggelitik hyuka.

Hyuka tertawa kencang. "Hhahaha.. Nggak bisa dong.."

Savero memerhatikan interaksi abang sulungnya dengan adek bungsunya. Ia tersenyum senang. Namun juga sedih bersamaan.

Jerome yg melihat wajah hyuka yg telah memerah memberhentikan gelitikannya.
Ia mendudukkan hyuka kembali.
"Yaudah deh.. Sekarang udah jam sembilan malam.. Adek tidur lagi ya.. Jangan begadang.."

"Oh ya adek mau ditemenin sama abang nggak?" Tawar savero.

"Enggak apa apa bang.. Adek tidur sendiri aja.. Nanti kalo nggak mau tidur baru deh adek pindah.." Jawab hyuka sembari tersenyum cerah.

Savero mengangguk angguk. Ia beranjak dari kasur hyuka begitu juga dengan Jerome yg juga ikut berdiri. Sebelum pergi Jerome mengusap rambut hyuka. Dan savero memeluknya sebentar.

"Good night bang jeje.. Bang vero.. " Ucap hyuka sebelum abangnya menutup kamarnya.

Jerome tersenyum sebagai balasannya.

"Good night, adek bontot abang" Balas savero dengan senyumannya.

Savero membuka kamarnya yg bersebelahan dengan kamar hyuka. "Bang, gua masuk dulu.."

"Vero, abang tidur sini aja ya?"

Savero tersenyum simpul. "Iya, boleh.."

Mereka memasuki kamar savero. Savero seketika rebahan di kasurnya dan Jerome juga merebahkan diri di samping savero. Mereka melihat langit langit kamar. Jerome menghela nafas berat.
"Sudah dua bulan aja kita disini.. Dan kita melalui banyak hal sulit..."

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang