Perasaan yg menguap

112 20 4
                                    

Hansel melihat kepergian raffandra bersaudara yg menghilang di balik portal. Hansel yg sedari tadi memasang wajah senyum kembali berwajah datar. Ia berjalan menjauh dari hutan tadi, langkahnya semakin lama semakin berat.

"Sandy, abang merindukan mu.. Kenapa kamu melakukan nya tanpa seizin abang sandy... Kenapa? Kenapa?" Ucapnya sembari menangis. Hansel meninju pohon besar untuk menghilangkan rasa marahnya.

"Seharusnya aku tidak mempertemukan nya dengan si sialan itu.. Ini semua salahku.. Tidak, ini semua salah sialan itu.." Gumam Hansel lirih. Ia menatap tajam pisau kecil di tangannya.

"Aku benar benar membencinya.." Ujar Hansel penuh kebencian.

🌴🌴🌴

Para bujang raffandra telah sampai di kediaman nya. Mereka berjalan malas malasan ke dalam kediaman mereka. Capek, lelah dan penat mereka rasakan dalam diam, tak ada yg bersuara. Kecuali bumi yang sedari tadi ngedumel nggak jelas.

Hyuka menyadari hal itu, ia berjalan ke dapur. Lalu mengambil lima botol air putih dan membagikan satu persatu ke abang dan kakaknya yg duduk di ruang tamu.

"Abang sama kakak pasti capek capek ya.." Ucap hyuka perihatin.

Jerome mendongak menatap hyuka yg sedang berdiri di hadapan mereka. "Adek, sini duduk di dekat abang"
Jerome menggeser duduknya.

Hyuka sekarang diapit oleh Jerome dan savero. Entah kenapa perasaan hyuka jadi tak enak, ditambah bumi dan Tristan melihat wajah hyuka sebegitu rupa.
"Ada apa bang?" Tanya hyuka dengan senyuman manisnya.

"Tidak apa apa" Jawab Jerome pelan. Ia merebahkan kepalanya di bahu hyuka.
Jerome memicing kan matanya. Ia pura pura tidur di bahu hyuka.

Hyuka hanya diam saja. Ia hanya bisa tersenyum. Sesekali hyuka menepuk pelan paha Jerome.

"Hyuka?" Panggil bumi dengan nada yg serius.

"Iya, kak bumi. Ada apa?" Tanya hyuka dengan suaranya yg pelan.

"Tidak bisakah kamu tidak berbicara sedikit sedikit tentang kematian.. Jangan bicara seperti itu, hmm... Semenjak berteman dengan jay, kamu seperti kehilangan semangat hidup.. Ada apa dengan mu?" Jelas bumi yg masih menatap mata hyuka.

Savero ikut menoleh ke hyuka, ia memandangi wajah hyuka dari samping. Savero menatap sendu wajah hyuka.

Hyuka menelan salivanya. Ia bingung harus menjawab apa. Lagi lagi hyuka menggesek gesekan kukunya ke jempolnya. "Itu... Bukannya... Hmm.." Kata hyuka gelagapan, ia berpikir keras apa yg akan ia katakan. Ujung ujung nya ia hanya bisa meminta maaf. "Maaf kak.." Ucap hyuka sembari menundukkan kepala.

Bumi menghembuskan nafasnya kasar.
Ia tak tahu lagi harus mengatakan apa. Sekarang ia mengerti apa yg dirasakan savero. "Jika kamu benar peduli dan sayang kepada abang dan kakak mu, kamu tak seharusnya bicara seperti itu? Mengerti?" Kata bumi dengan tegas.

"Jika hyuka tidak ada di dunia ini, apa kakak akan berhenti sayang ke hyuka?" Tanya hyuka.

"Apa maksudmu?" Sekarang Tristan yg bersuara.

"Tidak ada.. Hyuka hanya penasaran saja." Jawabnya enteng. Hyuka berhenti dari kebiasaan gesekan kuku ke jempolnya. "Kerasukan apa aku ini" Katanya sendiri.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang