Aku hanya ingin hidup

169 19 3
                                    

Malam pun datang, Jerome sibuk mempersiapkan makan malam. Savero dan bumi mempersiapkan piring dan minuman. Tristan yg sedang membaca buku di sofa yg berseberangan dengan hyuka yg bermain game. Walaupun mereka sibuk menyibukkan diri, namun mata mereka tak lepas dari hyuka.

Hyuka yg sibuk bermain game merasakan tangannya kebas. Ia memainkan jarinya. Hyuka merasakan tubuhnya sedang tidak baik baik saja, ia meletakkan game nya. Ia berusaha bernafas senormal mungkin agar abang dan kakaknya tidak khawatir.

"Adek..!!" Panggil bumi yg melihat hyuka termenung.

Hyuka segera menoleh ke bumi lalu tersenyum. "Iya, kak..."

Bumi mendekati hyuka yg duduk di kursi. Ia menarik kursi disamping hyuka. Lalu mengambil kedua tangan hyuka. Bumi memfokuskan dirinya lalu keluarlah cahaya biru ditangannya yg menyinari tangan hyuka juga. "Berapa kali kakak bilang ke kamu hah.. Kalo lagi sakit itu ngomong, jangan diam saja.."

Hyuka tertegun dan tersenyum sedih. "Hyuka baik baik aja kak.." Ucap kai lemah.

Bumi menatap hyuka, dan tak berasa air matanya jatuh. "Apanya yg baik baik saja dek? Kamu saja susah nafas sekarang kan.. Tangan kamu sudah sedingin es ini dan kamu masih bilang baik baik aja hah.." Ucap bumi dengan tangis nya. Bumi juga menyingkap lengan hoodie hyuka dan terlihat jelas lengannya itu biru biru.

Jerome, savero dan Tristan syok melihat kondisi tubuh hyuka yg memburuk. Sebelumnya lebam biru di tubuh hyuka sama sekali tidak ada dan sekarang lebam biru itu sudah ada di tangan hyuka. Savero juga ikut mendekati hyuka. Ia berjongkok dan juga menyibakkan celana training hyuka. Dan benar saja, betis Kai juga membiru dan membengkak.

Savero dan bumi menatap kecewa ke hyuka. "Sejak kapan ini, dek?" Tanya savero tegas.

Hyuka mengigit bibirnya. "Dari kemarin bang vero tapi kemaren cuman satu satu doang.. Hyuka juga nggak tahu kenapa bisa jadi sebanyak ini.." Ucap hyuka lirih.

Savero meremas poninya kasar. Lagi lagi ia merasa marah tapi ia tidak tahu kesiapa ia marah. Savero melihat ke Jerome yg termenung. "Bang jeje.. Bagaimana ini?" Tanya savero cemas.

"Besok kita checkup ke rumah sakit ya dek.." Ucap Jerome sembari melihat hyuka.

Hyuka mengangguk lemah.

"Adek, kakak mau nanya sesuatu ke kamu? Kemarin kamu ketemu sama Jay, kalian ngomongin apa? Nggak mungkin adek kambuh lagi tanpa ada penyebab kan? Terus tadi adek bohong sama abang dan kakak, kan? Adek ketemu ama Jay tadi siang kan?" Tanya Tristan serius.

Hyuka terkejut mengetahui Tristan mengetahui apa yg disembunyikan nya. "Kak Tristan.. Kakak terlalu berlebihan deh.. Tubuh hyuka aja yg terlalu lemah kak.. Sakitnya hyuka tidak ada sangkut pautnya dengan Jay, kak.."

"Jangan berbohong lagi, Griffin hyuka raffandra.." Ucap Tristan dengan suaranya agak tinggi.

Hyuka menghela nafas lelah. Ia melepaskan tangannya dari tangan bumi yg membuat bumi kaget. Ia menghadap lurus ke Tristan yg berdiri di seberangnya. "Emang kalo aku jujur pun tidak mengubah apapun kan kak.. Yg terjadi tetap terjadi juga, meskipun aku cerita itu tidak mengubah apapun.. Tolong jangan paksa hyuka kak.."

Tristan mengepalkan tinjunya saking geramnya dirinya. Ia menggemeretukkan giginya. Bumi pun langsung berdiri dan menatap marah hyuka. "Mulai saat ini.. Kamu nggak boleh menemui jay lagi.. Mengerti?" Ucap bumi penuh penekanan.

Hyuka hanya diam saja tanpa menjawab lagi. Ia merapikan kembali lengan yg terbuka tadi dan celana training nya.

Suasana hening tanpa ada suara sampai hidangan mereka habis. Savero dan bumi merapikan piring piring kotor. Sedangkan Jerome masih melihat adek bungsunya yg lanjut bermain gamesnya.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang