Jerome menyentuh pipi hyuka dan meletakkan jarinya ke hidung hyuka. Dan ia sama sekali tak merasakan udara sedikit pun.
"Bagaimana? Bagaimana bang, hyuka masih ada kan?" Tanya savero penuh harap.
Jerome hanya diam membisu.
Savero menangis sejadi jadinya. Ia memanggil nama hyuka. Bahkan savero mengguncang guncang tubuh hyuka. "Hyuka ya... Hyuka ya... Adek abang sayang... Bangun dek.. Bangun.." Teriak savero mengiba siapapun yg mendengar nya.
Jerome hanya bisa menatap savero sendu. Ia menangis dalam diam. Lalu tiba-tiba Jerome teringat obat yg diberikan oleh yeji. Jerome merafalkan mantra dan muncullah ramuan merah di tangannya. "Savero, minum kan ini ke adek... Semoga ini berhasil" Ucap Jerome sembari menyodorkan ramuan merah ke savero.
Bumi yg sedang menangis lalu mendekat ke savero. Begitu juga tristan yg hanya menunduk. Namun tangannya tak lepas dari tangan hyuka. Ia masih sangat berharap hyuka bergerak walau sedikit.
Savero menerima ramuan itu dengan kilat. Ia menegakkan kepala hyuka, lalu menuangkan perlahan lahan ke mulut hyuka sampai habis. Savero menatap wajah hyuka tanpa berkedip, begitu juga dengan yg lain berharap ada keajaiban yg terjadi.
Tristan seketika syok. Ia merasakan genggaman hyuka di tangannya. "Abang... Kakak.. Hyuka menggenngam tangan gua barusan"
"Beneran dek?" Tanya bumi juga kaget.
"Hyuka ya.. Hyuka..." Panggil Jerome dan savero serentak.
Savero menatap lama wajah hyuka. Dan terlihat perlahan lahan hyuka membuka matanya kembali. "Abang... Kakak.." Panggil nya lirih.
Savero langsung memeluk hyuka. "Tuhan... Terimakasih, engkau telah menyelamatkan adikku.."
"Abang.." Panggil hyuka sangat pelan.
"Savero!!" Panggil Jerome ke savero supaya menghentikan pelukannya.
Savero melepaskan pelukannya namun tubuh hyuka masih di rangkulannya.
"Iya sayang.."Hyuka tersenyum tipis. "Abang Jerome.. Bang savero.. Kak bumi ama kak tristan.. Nggak kenapa kenapa kan?" Tanya hyuka dengan air matanya yg tergenang.
"Kami baik baik aja dek.. Jangan khawatir kan abang sama kakak lagi.." Jawab jerome.
Hyuka bernafas lega. "Syukurlah.."
Bumi mendongakkan wajahnya supaya melihat hyuka lebih jelas. "Adek.. Apa yg adek rasakan sekarang? Apa ada yg sakit? Masih pusing?" Tanya bumi beruntun.
Hyuka menggeleng pelan. "Adek kedinginan kak.."
Bumi dan tristan menggenggam tangan hyuka menyalurkan rasa hangat ke tangan hyuka. Sedangkan savero menatap wajah hyuka dengan senyuman sendu. "Dingin ya sayang.."
Jerome bergegas menghidupkan api. Ia memilih lagi kayu kayu yg telah berpencar dan menghidupkan nya di dekat adek adeknya berkumpul.
"Bumi, ambil tikar tadi" Perintah Jerome.
Bumi langsung berlari dan mengambil tikar tadi lalu ia bentangkan kembali.
"Bang vero, rebahkan hyuka disini."Savero memindahkan tubuh hyuka perlahan lahan. Tristan mengambil bantal tipis di ranselnya dan meletakkannya di bawah kepala hyuka.
"Adek...!!" Panggil savero yg duduk di samping hyuka.
Hyuka masih membuka matanya. Ia menoleh ke savero yg masih saja menatap nya. Hyuka ingin menjawab namun ia tak bertenaga sama sekali. Jadi hanya membalas tatapan savero.
Tristan membuka jaketnya dan menyelimuti hyuka. Ia juga mengelus lembut rambut hyuka yg basah karena keringat. "Cepat sembuh ya.."
Hyuka mengangguk lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Fantasy⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...