"Adek, jangan dimasukin ke hati yg abang Jerome bilang tadi ya" Ucap bumi sembari membawa hyuka duduk di atas kasur.
Hyuka tersenyum. "Enggak bakal kok kak.. Mungkin adeknya yg salah.. Adek egois ya" Saut hyuka sedih.
Tristan jongkok di hadapan hyuka yg duduk di atas kasur. Ia menatap wajah hyuka yg menunduk. "Enggak kok, wajar aja hyuka ingin bersama dengan teman hyuka namun abang Jerome juga harus memastikan kalo hyuka dan kita semua bisa pulang dengan selamat.. Jadi hyuka harus ngerti ya gimana posisi nya bang Jerome."
Bumi yg sedang berdiri ikut mendudukan dirinya di samping hyuka. " Hyuka, mungkin ini terkesan egois tapi yg dibilang Tristan emang bener.. Prioritas abang dan kakak adalah hyuka bisa kembali dan sehat sampai rumah kita.."
Hyuka hanya membalas dengan anggukan. Ia tak tahu apa yg harus ia katakan. "Kenapa? Kenapa, semuanya begitu rumit? Padahal hyuka hanya ingin berteman dengan Jay." Katanya dalam hati. Hyuka tak sanggup mengatakannya di hadapan bumi dan Tristan yg menatapnya dengan sendu.
Bumi yg melihat hyuka melamun.
"Adek!!" Panggil nya agak kencang.Hyuka melihat bumi dan Tristan. "Kak, hyuka lelah.. Hyuka ingin tidur ya.."
Bumi dan Tristan tersenyum.
Tristan memegang tangan hyuka yg tampak terkelupas sedikit. "Iya, adek tidurlah.. Biar kakak dan kak bumi yg jaga adek."Hyuka hanya diam tanpa menyahut. Ia lalu merebahkan dirinya di tengah-tengah kasur king size tersebut. Tak berapa lama, hyuka tenggelam dalam tidurnya.
Tristan masih menatap wajah hyuka yg sedang tidur. "Hyuka terimakasih telah bertahan." Katanya dalam hati.
Bumi pun merangkak ke samping hyuka yg menyelimuti hyuka dengan selimut. Lalu merapikan rambut hyuka yg mengenai mata almond nan indah itu. Bumi pun mengecup lembut kening hyuka. "Good night, my angel" Bisiknya di telinga hyuka.
"Driit..." Bunyi pintu terbuka.
Jerome dan savero berjalan mendekati kasur tempat hyuka tidur.
"Adek, udah tidur ya?" Tanya savero dengan suara yg hampir berbisik.Bumi pun mengangguk.
Tristan menatap intens Jerome. "Bang, gua mohon ama lu bang.. Se emosi emosi elu tolong jangan bentak adek gua.." Kata Tristan dengan nada datarnya.
Jerome hanya termangu mendengar perkataan Tristan.Mulutnya seakan terkunci tak sanggup lagi mengatakan apapun.
Setelah mengatakan hal yg ia ingin katakan, Tristan ikut tidur di samping hyuka. Ia dan bumi ikut tidur dengan posisi hyuka di tengah. Hingga tak lama kemudian mereka ikut pun terhanyut ke alam mimpi.
Savero hanya bisa memandangi adek adeknya dengan perasaan campur aduk. Lalu savero juga melirik Jerome yg banyak terlukis kan ekspresi di wajahnya. Savero menghela nafas dalam.
"Bang, sudahlah... Jangan di pikirkan lagi ya.." Ucap savero sembari menepuk bahu Jerjerome.Jerome pun tak kuat menahan air matanya. Ia bener bener lelah fisik dan mentalnya. Ia mendudukan dirinya di samping tristan. "Savero.. Jujur gua capek banget.." Ucapnya pelan.
Savero ikut mendudukan dirinya di samping Jerome. Ia menepuk Jerome.
"Bang.. Gua tau lu capek dan lelah.. Pasti berat banget jadi abang tertua.. Lu banyak tanggung jawab yg besar, namun bang gua siap bantu lu bang.. Lu bisa andalin gua, jangan lu bebani diri lu sendiri.." Kata savero sembari menepuk nepuk pelan punggung Jerome.
Jerome masih terisak di bahu savero. Savero membiarkan abangnya menangis sampai ia tenang."Bang kita tidur lagi, yuk.." Ajak savero.
Jerome mengangguk. "Abang tidur disini aja, disebelah bumi.. Vero, lu di samping Tristan ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Fantasy⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...