Werewolf

174 26 14
                                    

"Raaaaawwwwr...." Erangan dari monster werewolf itu.

Savero segera membawa kembali hyuka, ia menggendong hyuka dengan erat. "Hyuka, bertahanlah... Sebentar lagi kita keluar.." Kata savero pelan.

Hyuka mengangguk lemah.

"Bumi, ayo kita lari.." Teriak savero ke bumi yg masih terpana melihat werewolf itu.

Bumi kembali tersadar lalu menyusuli savero dan hyuka yg di gendong nya.
Jerome dan Tristan di belakang.

Tiba tiba monster itu telah tiba di belakang jerome. Ia hendak menyerang Jerome namun dengan sigap Jerome menghindar.

"Kalian larilah terlebih dahulu nanti abang nyusul.." Kata Jerome sembari menatap ke tiga adeknya.

"Tidak bang.. Kami akan menunggu di sini.." Kata bumi dan Tristan serempak.

Jerome segera membaca mantra, ditatap garangnya monster. Ditangan Jerome telah ada tombak listrik nya.

Monster itu melihat Jerome dengan penuh benci. "Dasar anak manusia... Kenapa kalian menggangguku? Pengen mati ya?" Kata monster itu dengan suara yg menakutkan.

Jerome tidak menurunkan kewaspadaan nya. "Kami tak bermaksud mengganggu anda. Kami hanya ingin berteduh. Jika kami tau kalau disini ada penghuni nya tentu kami tak akan singgah kesini. Jika anda melepaskan kami, kami akan keluar tanpa membuat keributan." Kata Jerome layaknya diplomatik.

Monster itu tiba tiba tertawa yg bikin bulu kuduk siapapun merinding.

"Anjir... Takut banget gua dengernya.." Bisik bumi ke Tristan yg disampingnya.

"Kak, lu diam aja kak.." Jawab Tristan serius.

"Serius amat jadi manusia" Oceh bumi. Bumi melihat ke belakang. Dilihat nya savero yg menatap tajam ke arah Monster itu. "Bang, lu baik baik aja kan?"

Savero mengalihkan perhatiannya ke bumi sebentar. "Iya, gua baik baik aja.. Tapi adek susah nafas"

Bumi memegang tangan hyuka berkalung di leher savero. "Adek.. Adek jangan pingsan.. Pertahankan kesadaran adek ya.."

Hyuka mengangkat kepalanya. Ia menatap wajah bumi dengan sendu. "Iya kak... Maaf.." Ucap hyuka. Mengangkat kepala aja, ia butuh tenaga besar. Hyuka kembali merebahkan kepalanya ke pundak savero.

Bumi dan Tristan akhir nya maju kedepan, mereka berniat membantu dengan kekuatan masing-masing.

Werewolf itu melayangkan cakarnya ke jerome. Jerome menghindar dengan gesit, ia juga berupaya menyerang werewolf itu namun werewolf itu lebih cepat dari Jerome. Melihat Jerome kewalahan, werewolf itu menambah kecepatan daya serangnya hingga Jerome terjatuh.

"Abang Jerome...!!!" Teriak bumi.
Bumi segera mengerahkan kekuatan nya, tangannya bersinar biru. Perlahan lahan batu batu di goa itu melayang lalu bumi mengarahkan batu batu itu ke arah werewolf dan berakhir lah werewolf itu tertimpa batu batu yg ukurannya besar besar.

Tristan segera berlari dan membawa Jerome menjauh dari werewolf itu. "Abang, nggak apa apa kan?" Tanya Tristan cemas.

Jerome mengangguk. "Werewolf itu tidak boleh diremehkan.. Dia benar benar cepat dan badannya seperti batu. Keras." Ucap Jerome yg masih ngos ngosan.

"Dasar sialan kalian... " Teriak werewolf itu menahan sakit. Sekarang badannya sudah dipenuhi darah.

Jerome segera melangkah lagi, namun dicegat oleh Tristan. "Bang, biar gua bantu ya?"

"Emang lu bisa?"

"Gua, yakin gua bisa bang" Jawab Tristan sungguh sungguh.

"Baiklah.."

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang