Matahari telah sembunyi dibalik persembunyiannya, suasana yg sunyi sekarang telah digantikan oleh bunyi binatang malam. Jerome memilih beristirahat di pohon yg lebat dan rindang. Mereka mencari kayu bakar dan memilih duduk berlingkar.
Jerome dengan telaten menghidupkan api dan menyusun kayu bakar supaya bisa menghangatkan serta menghalau nyamuk nyamuk hutan yg bergentayangan.
"Hari ini berjalan dengan lancar tanpa ada yg terluka.. Awal yg bagus.." Kata tristan sembari melepaskan ranselnya.
"Iya, syukurlah.. Semoga kedepannya juga berjalan lancar" Saut savero yg duduk di tengah tengah bumi dan tristan.
"Yang tadi itu kebetulan kita menghadapi monster kelas C, kita nggak bisa menebak monster seperti apa yg kita lawan besok" Ucap Jerome sembari melemparkan kayu bakar yg hampir habis.
Bumi dan hyuka yg duduk sibuk mengeluarkan roti kemasan. "Kalian nggak lapar nih?" Tanya bumi.
"Ya iyalah, lapar.. Udah malam gini" Jawab savero.
Bumi lalu mengopor satu persatu roti yg ada di tasnya. Setelah semua dapat satu satu. Mereka memakannya sembari menatap cahaya api yg berkilau.
Jerome melirik hyuka yg duduk paling ujung bersama bumi. "Hyuka, yang tadi itu keren sekali. Kapan hyuka belajar memanah? Kok abang nggak tahu" Tanya Jerome sembari memperhatikan si bontot yg fokus mengunyah roti nya.
Hyuka merasa terpanggil, mengangkat kepalanya. Ia tersenyum cengengesan. "Aaah... Itu.. Mungkin bakat dari lahir.." Jawab hyuka dengan pongahnya.
Jerome tidak tahan menahan ketawanya. Ia terkekeh geli. "Ouh... Gitu ya.. Bakat dari lahir..." Kata Jerome sembari mengangguk angguk.
Savero dan tristan tersenyum geli mendengar jawaban hyuka yg out of the box.
"Hyuka mah nggak perlu belajar apa lagi les.." Katanya sembari menyindir savero.
Savero berhenti mengunyah mendengar pernyataan berani hyuka. Savero hanya bisa menatap hyuka tanpa ekspresi nya.Mengetahui abang nya lagi menatap datar membuat hyuka takut juga. Ia lalu tertawa. "Hahaha... Bercanda bang... Bercanda..." Ucap hyuka sembari menggoyang goyangkan tangan savero yg duduk di samping bumi. Urutannya sebelah kiri hyuka👉bumi👉savero 👉tristan 👉Jerome.
Savero tak bisa mengatakan apapun, ia tersenyum kecut.
"Aaaa... Abang.. Maaf ya, bercanda doang.. Maaf.." Ucap hyuka sembari bersalaman dengan savero namun ia tetap tertawa.
Savero akhirnya tidak tahan melihat wajah hyuka yg memerah karena ketawanya sendiri. Akhirnya ia mengangguk. Padahal bumi sudah menahan tawanya.
"Adek... Lama lama adek tambah berani ya... Nggak apa apa.. Bagus tuh?" Ucap bumi tertawa. sembari bertepuk tangan.
Hyuka masih cengengesan.
Tristan menepuk nepuk pelan punggung savero. "Yang sabar bang..."
Savero tersenyum lalu mengangguk angguk. "Iya ya.. Nggak apa apa" Ucap savero sembari mengelus elus paha hyuka yg sedikit jauh darinya.
Jerome pun masih tergelitik dengan kelakar hyuka. "Adek gua tuh.." Ucap Jerome masih memanasi savero.
"Abang, lu mau di lempar ke api nih bang?" Ancam savero dengan wajah ngambek nya namun di mata mereka berempat terlihat imut.
Jerome tertawa puas. "Iya ya.. Maaf baby.."
Tristan mengeluarkan air putih lima botol dan membagikannya ke saudara saudaranya. "Persediaan air kita nggak banyak.. Harus hemat ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Фэнтези⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...