Malaikat yg Malang

99 17 5
                                    

Seharian Moana zie berterbangan mengelilingi pulau Moorae yg sangat luas hingga sayapnya serasa mau patah. Matanya menelisik kesemua arah sekiranya ia bisa menemukan hyuka. Angin serta hujan salju tak henti henti nya turun menambah sulitnya Moana zie mencari hyuka karena hambatan jarak pandang.

"Oh, Tuhan... Dimanakah bocah kecil itu?" Gumam Moana zie.

Moana zie berhenti dilangit tepian pantai. Matanya terhenti ke tumpukan salju yg menutupi sesuatu yg Moana zie kurang yakin namun entah kenapa ada tarikan yg membuat ia memutuskan untuk mendekati. Moana zie mengembangkan sayapnya menuju ke arah tumpukan salju. Tak butuh waktu lama Moana zie hampir mendekati tumpukan salju hingga matanya membulat melihat orang yg ia cari bersandar dibawah pohon dengan salju yg telah menutupi hampir keseluruhan tubuhnya.

Deg. Jantung Moana zie berasa mau berhenti melihat pemandangan di depannya.

"Hyuka...!!!" Teriak Moana zie cemas bercampur khawatir.

Moana zie segera membuang dan mengibaskan semua salju yg menutupi tubuh hyuka. "Hyuka... Hyuka... Kamu dengar suara aku!!" Teriak Moana zie sembari menyentuh pipi hyuka yg sangat dingin.

Namun tak ada jawaban.

Moana zie bertambah cemas ketika ia melihat seseorang yg telah membiru tertidur dipaha hyuka. Zie dengan memberanikan diri mendekatkan tangannya ke hidung seseorang yg tak bergerak sama sekali yg tak lain adalah Jay. Zie menutup mulutnya menyadari bahwa Jay sudah tak bernyawa. Ia tanpa sadar meneteskan air mata.

"Oh Tuhan... Apa yg terjadi pada mereka berdua?" Isak zie lagi.

Zie segera memindahkan tubuh Jay dari hyuka, setelah itu zie merafalkan mantra dan bersinarlah tubuh zie. Zie mempersingkat jaraknya dengan hyuka lalu ia peluk tubuh hyuka yg telah membeku. "Hyuka, bangunlah.. Buka matamu.. Aku mohon..." Isak zie.

Zie mempererat pelukannya hingga ia bisa merasakan kembali hembusan nafas dingin dari hyuka. Zie menghela nafas lega. Ia mengelus elus lembut rambut lurus hyuka yg telah menjadi putih itu. "Dari awal aku sudah tahu kamu siapa sebenarnya.. Namun aku memilih diam karena aku takut kamu akan terluka seperti ini.. Aku tahu, ini pasti berat bagimu kan? Tapi aku masih berharap kamu bisa bangkit kembali, hyuka.." Bisik Moana zie yg masih memeluk hyuka.

Setelah cukup lama, zie memberikan jarak padanya dengan hyuka. Ia tangkup pipi hyuka yg telah pucat hingga bibirnya pun berubah jadi putih juga. Zie menatap mata yg tertutup itu lalu ia memberanikan diri dan mengecup kening hyuka lembut. "Malaikat kecil yg malang.. Dunia ini begitu kejam untuk malaikat sesuci dan semurni kamu ini... " Ucap zie lagi.

Zie masih memperhatikan hyuka yg telah bernafas normal walau masih belum membuka matanya. Zie menidurkan hyuka lagi ditumpukan salju itu. Lalu zie menoleh ke jasad Jay yg membeku. Zie menyentuh pipi Jay penuh kasih sayang. "Beristirahat lah dengan tenang Jay... Tidak ada lagi yg mengecewakan kamu lagi.. Tidak ada lagi yg meninggalkan kamu lagi.. Terimakasih telah hidup didunia ini walau dunia ini tidak pernah adil padamu" Ucap zie pelan.

Zie mengucapkan mantra lalu secara ajaib terbuatlah lubang yg cukup dalam. Zie mengarahkan tangannya dan melayanglah tubuh Jay. Perlahan zie memasukkan tubuh Jay kedalam lubang itu dengan sebaik mungkin. Ia menatap kembali wajah jay untuk terakhir kalinya. Air matanya tak henti hentinya menetes. Hatinya seperti tercabik-cabik menyaksikan hal menyakitkan ini. "Semoga dikehidupan selanjutnya, kamu akan menemui kebahagiaan mu Jay... Aku menyayangimu.." Ucap zie dengan sedikit lantang.

Setelah menenangkan hatinya, zie mengucapkan mantra lagi hingga salju salju menutupi tubuh Jay sampai lubang itu tertutup semula hingga berbentuk gundukan salju. Zie membuka tusukan rambutnya dan tusukan rambut itu berubah jadi nissan berbentuk kristal lalu ia tancapkan di ujung kepala gundukan tanah tempat Jay beristirahat terakhir kalinya.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang