Jay dan Kenyataan Pahit

104 19 8
                                    

Hansel masih tertawa melihat wajah syock hyuka. "Selama ini kami semua sudah tahu kalo lu bukan adek mereka hyuka namun lu sama sekali nggak curiga...bodohnya, lu benar benar bodoh dan tolol hyuka.." Ucap Hansel sembari tertawa. Hansel berdiri dari duduknya.

Hyuka menangis dalam diamnya, jiwanya seperti kosong. Ia dihantam rasa sakit yg benar benar sakit. Air matanya berjatuhan mendengar semua kenyataan itu. Dari awal hyuka sebenarnya sudah curiga namun ia selalu menghiraukannya. Berharap semuanya hanya kebohongan dan ia selalu mempercayai apa kata abang dan kakaknya namun sekarang yg ia takutkan selama ini adalah kenyataan yg sangat sulit diterimanya. Kenyataan bahwa orang yg paling disayanginya bukanlah siapa siapa. Kenyataan bahwa dari awal ia hanya sendiri. Kenyataan bahwa keberadaannya tidak diharapkan bahkan oleh kedua orangtuanya yg telah mencampakkan nya.

"Hansel... Katakan pada gua.. Semuanya bohong kan... KATAKAN.." Teriak hyuka marah. Hyuka berdiri dari duduknya. Ia menarik krah mantel Hansel dan meninju nya.

Hansel yg sudah kehilangan kewarasannya berdiri lagi walau dunianya berputar putar karena beberapa kali ia mendapatkan bogeman dari Jay dan hyuka. "BANGSAT.... AKAN GUA BUNUH LU ANAK PUNGUT..." Teriak Hansel menggema. Hansel mengeluarkan pistol dibalik mantelnya dan mengarahkannya hyuka.

Melihat Hansel yg mengarahkan pistol kearah dirinya. Hyuka memicingkan matanya, ia merasakan kalau hidup sekarang tidak ada artinya dan ia merasa mati pun tidak lebih buruk dari pada apa yg ia rasakan sekarang.

"Dorrr...."

Hyuka menantikan rasa sakit yg akan menghantamnya namun beberapa detik telah berlalu dan ia tak merasakan apa apa. Hyuka membuka matanya kembali dan betapa terkejutnya dirinya melihat Jay yg telah bersimbah darah bahkan mantel jay yg semula berwarna abu abu telah berubah menjadi merah.

"Hyuka..." Panggil Jay lirih.

Hyuka segera menangkap tubuh Jay yg limbung hingga hyuka terduduk. Jay sudah tergeletak di lautan salju. "Jay... Jay..." Panggil hyuka sembari menangis. Hyuka segera merangkul tubuh jay supaya lebih dekat dengannya.

Hyuka menangis sejadi-jadinya, dada hyuka naik turun karena tangisnya. Hyuka melihat Hansel yg menatap mereka dengan wajah datarnya bahkan hyuka bisa melihat Hansel tersenyum tipis. "DASAR BAJINGAN GILA KAU.... HANSEL, MATILAH KAU SIALAN....." Teriak hyuka.

Seketika Hansel terduduk karena jantungnya berpacu kencang seperti hendak meledak. Hansel terbatuk hingga mengeluarkan darah dan beberapa saat ia terjatuh. Hansel masih saja tersenyum ditengah kesakitan lalu Perlahan-lahan ia kejang kejang dan setelah itu dia diam. Tak bergeming lagi.

"Hyuka.." Panggil jay yg melihat hyuka menangis.

Hyuka segera melihat wajah Jay yg telah pucat pasi bahkan mata jay telah kehilangan cahaya. "Jay,, gua mohon bertahanlah... Jangan tinggalin gua.. Gua mohon..." Ucap hyuka memohon mohon.

Jay tertawa kecil. "Hyuka.. Lu emang baik banget ya.. Padahal gua udah nyakitin lu tapi lu masih aja mau berteman ama gua.." Ucap Jay ditengah kesakitan.

Hyuka menggelengkan kepalanya. "Tidak apa apa jay... Tidak apa apa Jay asal lu baik baik aja.. Ayo kita kerumah sakit ya.." Ucap hyuka yg hendak menggendong jay namun Jay menahan tangan hyuka.

"Hyuka.. Maafin gua ya.. G-gua sangat beruntung berteman dengan lu." Ucap Jay dengan air matanya yg jatuh.

Hyuka segera mengangguk. "Tidak apa apa... Jangan minta maaf lagi.. Kita harus ke rumah sakit.. Lu harus tetap hidup jay.. Gua mohon.." Saut hyuka dengan sesegukan. Ia tidak kuat lagi melihat keadaan jay yg penuh dengan darah.

Jay dengan sekuat tenaganya yg tersisa mengangkat tangannya untuk menghapus air mata hyuka. "Terlambat.. Gua tahu gua nggak akan lama lagi.. Karena itulah,..."

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang