Ikatan Darah

136 27 2
                                    

Malam telah tiba, suasana di pulau moorae sangat berbeda sekali dengan tempat tinggalnya bujang raffandra. Tenang. Sunyi. Hanya bunyi jangkrik sesekali terdengar.

Moana memberikan rumah yg cukup besar untuk di tempati para bujang raffandra.
"Ini, rumah untuk kalian. Silahkan di tempati." Ucap moana dengan pelan. Ia masih dengan perasaan sedih karena habis dibentak bentak.

Jerome sebagai yg tertua akhirnya buka suara. "Baiklah, terimakasih. Kamu boleh meninggalkan kami." Ucap Jerome yg lebih terdengar sebagai perintah.

Moana beringsut mundur lalu terbang entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moana beringsut mundur lalu terbang entah kemana. Hingga hilang di gelapnya hutan.

"Disini bagus juga ya.. Udaranya sejuk dan nyaman" Itu bumi yg memandangi rumah baru mereka. Bumi melihat kelangit dan terpukau melihat ribuan bintang bertebaran di pekatnya langit malam.

"Iya... Seandainya kita berlima sekarang. Akan sangat menyenangkan. Seperti bintang, lengkap... " Saut tristan sembari menatap langit.

"Sudah.. Sudah.. Kita masuk dulu ya..
Istirahat yg cukup, besok pagi pagi kita akan cari adek.. Sampai ketemu... " Ajak Jerome ke bumi dan tristan yg berwajah sendu. Jerome segera merangkul ke dua adeknya.

Jerome melirik savero yg sedang melamun.
"Savero, kamu juga masuk"

Savero mengangguk pelan. Namun kaki nya tak juga melangkah. Ia masih memandangi langit malam.
"Adek.. Kamu dimana? Abang kangen banget tau.. Besok kalo abang menemukanmu.. Abang tak akan melepaskan mu barang sedetik pun.."
Tekad savero dalam hati.

Savero dengan langkah berat masuk ke rumah baru mereka. Savero melihat ke sekitar. Didalam nya lumayan mewah walau tak semewah kediaman mereka di Jakarta Pusat.

"Abang...?" Panggil savero.

Jerome yg sedang memasak yg dibantu tristan. "Ngapain, abang mu manggil manggil tuh?" Tanya Jerome ke tristan.

Tristan mengedikkan bahunya.
"Nggak tahu.."

"Bumi, lu keluar deh.. Dari pada jadi pajangan aja lu disini" Usir Jerome ke bumi yg lagi mainin bunga di meja makan.

Bumi menghela nafas. "Iya.. Iya.." Bumi melangkah gontai dan menghampiri savero yg duduk manis di sofa. Ia sedang asyik membaca buku entah dapat darimana.

"Eh.. Lu ngapain manggil manggil" Kata bumi sambil mencolek bahu savero.

Savero memutar matanya. "Lu yg datang?"

"Terus kenapa? Ngak senang" Jawab bumi cetus.

"Lu nggak capek apa? Ngajak berantem segala?"

Bumi menghela nafas lagi. "Iya capek.."

Savero menatap wajah bumi yg sedikit pucat. Ia menarik tangan bumi. Dan mendudukan nya di samping dirinya.
"Kalo capek, istirahat lah. Atau lu mau tidur?"

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang