Mungkin Besok atau Lusa

117 25 3
                                    

Jerome dan adik adiknya mengikuti arahan moana. Moana yg berterbangan mengelilingi mereka terlihat senang. Melihat wajah tampan dan mempesona adek kakak ini.
"Anu ne.. Kalian tampan tampan sekali.. Moana suka.. "

Tristan yg mendengarnya jengah. Sedangkan Bumi dan savero hanya tersenyum tipis.

Moana yg kekanak-kanakan tetap aja tidak terpengaruh melihat wajah datar Jerome. Ia tetap mengusik Jerome namun Jerome hanya memandang datar wajah Moana.

"Bang Jerome juga sangat gagah. Lihatlah bahunya lebar banget selebar samudera" Puji Moana tak henti hentinya.

Jerome yg bosan mendengar ocehan Moana akhirnya geram juga. "Dari pada kau mengoceh mulu, lebih baik tunjukkan kepadaku apa yg harus aku lakukan. Segera."

Moana cemberut. "Baiklah.. Sebentar lagi kita bakal nyampe juga kok"

Mereka memasuki hutan bagian dalam.
Suasana benar benar sangat mencekam dan udara dingin merasuki para bujang raffandra.

"Abang, tempat ini terlihat mencurigakan?" Tanya tristan ke savero.

Savero mengangguk tanda mengiyakan.
"Bumi ama tristan, jangan ampe ke pisah ya"

"Bang, serasa main game adventure nggak sih?" Tanya bumi dengan polosnya.

"Emang iya kayak game, geblek. Lu nggak nyimak ya penjelasan si peri kecil tadi" Ucap savero di buat emosi sama adek yg beda setahun darinya.

"Oouh... " Bumi hanya beroh ria saja.

Savero yg mendengar hanya menatap malas bumi. Ia lalu menyamakan langkahnya dengan abang tertuanya.
"Bang, kita harus hati hati. Perasaan gua nggak enak banget. Seperti sesuatu yg buruk akan terjadi"

Jerome mengangguk. "Iya, jangan ampe kepisah ya dek. Udah ingatin adek adek?."

"Udah bang" Jawab savero singkat.

"Srak... Srak... Srak... " Bunyi sesuatu dari balik semak semak belukar.

Tristan dan bumi langsung bergandengan. "Apa tuh, kak?" Tanya Tristan dengan suara bergetar.

Bumi menggeleng. "Gua juga nggak tahu. Tristan jangan pernah jauh dari gua ya"

Tristan menanggapi nya dengan anggukan dan mempererat genggaman tangannya ke lengan bumi.

"Wraw.... "

Muncullah seekor monster katak berkaki panjang. Kuku tangannya tajam dan air liur berjatuhan dari mulutnya menambah kesan mengerikan.

"Oh my god, apa itu?" Tanya savero entah kesiapa.

Jerome yg melihat adek adek nya panik. Jadi ikut cemas. Ia teringat dengan peri kecil yg sedari tadi tidak kelihatan.
"Moana, dimana kau?" Teriak Jerome.
Ia panik karena monster katak itu hampir sampai di depan mereka.

Savero segera menjadikan dirinya tameng badan untuk bumi dan Tristan. Sedangkan Jerome mengambil ranting kayu yg lumayan besar. Ia mengacungkan ranting itu ke monster yg akan mendekati mereka. Lalu entah dari mana Moana berterbangan kembali. Ia berada di antara para bujang raffandra dan seekor monster katak yg masih berteriak-teriak.

Moana mengucapkan mantra lalu muncullah di tangannya sebilah pedang.
"Hei, bang Jerome. Ambil ini!!" Ucap Moana melemparkannya ke Jerome.

Dan sekali lagi, Moana mengucapkan mantra yg berbeda dan muncullah sebuah busur serta panah ditangannya lalu melemparkan nya ke savero.
Savero langsung menangkap busur dan panah tersebut berbarengan.

Jerome menatap tajam moana. "Apa maksudnya ini?" Tanya Jerome dengan nada dingin.

Moana tersenyum manis di hadapan Jerome. "Selamat datang di permainan bertahan hidup.. Kalian harus membunuh monster monster ini untuk berlangsung hidup jikalau tidak kalian yg akan dibunuh.. Semoga beruntung.. " Jelas Moana sambil berlalu meninggalkan mereka berempat yg lagi termangu.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang