Setelah perjalanan yg lumayan panjang, Jerome dan adek adeknya telah sampai di sebuah tanah lapang. Disana banyak peserta yg belum pernah mereka temui. Rentang usia nya beragam dari yg tua sampai anak anak.
Jerome melihat ke sekitar, Tiba-tiba matanya terhenti melihat seorang wanita yg berambut hitam biru sedang mengobrol dengan teman wanitanya.
"Kalian bertiga disini aja ya.." Kata Jerome sembari melirik ketiga adeknya.
"Abang mau kemana?" Tanya bumi segera.
Jerome tersenyum tipis sebagai jawaban. Ia lalu meninggalkan ketiga adeknya dan berjalan menghampiri wanita berambut hitam biru panjang itu yg tak lain Yeji.
"Ekhemm.." Deheman Jerome berhasil mengalihkan perhatian ketiga gadis itu.
Yeji melihat kebelakang dan betapa terkejut nya dia melihat lelaki yg beberapa kali tak sengaja ia temui dan sekarang mereka ketemu kembali. Yeji tersenyum cerah. "Jerome, ya..?"
Jerome ikut tersenyum kepada yeji, begitu juga dengan kedua gadis yg lainnya.
"Hmm.. Karena kita udah sering bertemu bagaimana kalo kita nggak terlalu formal" Ucap Jerome canggung.
Yeji seketika ketawa. "Hehehe.. Sesuka kamu aja Jerome" Jawab yeji sembari tersenyum simpul.
Jerome mengangguk. "Yeji, gua berterimakasih banget ke elu.. Karena obat yg lu berikan telah menyelamatkan nyawa adek gua, jika nggak ada obat itu mungkin gua udah kehilangan adek bungsu gua.." Ucap Jerome dengan suara serak nya. Ia teringat masa masa kritis hyuka yg hampir membuatnya kehilangan akal.
Yeji mengangguk, ia menyentuh lengan Jerome. "Syukurlah kalo itu bermanfaat tapi sayang sekali hanya satu itu doang yg aku punya.. Aku harap adek kamu tidak mengalami hal itu lagi.."
Jerome seketika tak bergeming. Ia bingung harus menanggapi seperti apa.
"Aah.. Begitu ya..""Oh, ya kenalin nih.. Dua orang junior aku.." Ucap yeji memecahkan keheningan. Yeji merangkul adek junior nya yg berambut hitam sebahu. "Ryuji"
Dan menyentuh adek junior nya yg berambut coklat panjang. "Cahya"Jerome menjabat tangan ryuji. "Jerome.."
Lalu menjabat tangan cahya. Ia juga memperkenalkan dirinya lagi.Ryuji dan cahya tersenyum simpul lalu membungkuk tanda hormat karena dilihat bagaimanapun Jerome udah berperawakan dewasa.
"Kemana adek adek mu, jerome?" Tanya yeji lagi. Ia melihat ke sekeliling.
Jerome menoleh ke belakang, dilihatnya adek adeknya memperhatikan dirinya. Jerome melambaikan tangannya supaya mereka mendekatinya.
Savero, bumi dan tristan yg melihat abang tertua mereka memanggil, mereka juga ikut mendekat.
"Ada apa bang?" Tanya savero sembari melihat tiga wanita cantik yg memperhatikan mereka.
Jerome tertawa Canggung. Sedangkan yeji tersenyum tulus. "Kita bertemu lagi savero.." Sapa yeji.
Savero tersenyum kapitalis. "Iya, nona yeji.."
"Tidak usah panggil nona segala.. Panggil nuna aja.." Sanggah yeji.
"Nuna?" Tanya savero bingung.
"Karena saya keturunan Korea asli.. Saya lebih suka dipanggil nuna yg artinya kakak perempuan dalam bahasa indonesia.." Jelas yeji dengan senyumannya.
"Baiklah, nuna.." Jawab savero seadanya.
Kemudian yeji melihat dua orang yg sebelumnya mereka sudah bertemu. "Oh ya kalian juga adek adeknya Jerome ya?" Tanya yeji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Fantasía⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...