Pulau Moorae adalah pulau dengan empat musim. Sekarang udara semakin menusuk karena sudah masuk musim gugur. Jerome menutupi semua jendela agar udara dingin tidak masuk kedalam. Setelahnya Jerome bergabung lagi dengan adek adeknya yg sedang bermain monopoli.
"Woi.. Tungguin gua dulu.." Teriak Jerome yg melihat adek adeknya main terlebih dahulu.
"Langsung aja lu gabung kak.." Jawab bumi.
Mereka bermain monopoli dengan sengit, didalam permainan mereka tak kenal adek kakak. Curang tetap mereka lakukan walau ujung ujungnya tetap kalah. Yg pertama kali gugur Tristan lalu diikuti savero.
Tristan yg kalah dulu merasa bosan. Ia berdiri dan berjalan kedapur. Tristan membuat susu coklat hangat. Ia memanaskan air terlebih dahulu. Tristan mengalihkan atensinya keluar jendela. Ia memandangi daun daun yg berguguran jatuh dibawa angin. Seketika Tristan merasakan kesedihan yg merasuki relung hatinya. "Sekejam itukah takdir pada kami? Setiap detik setiap menit aku merasakan ketakukan.. Takut salah satu kami akan terluka.. Takut ketika esok hari aku tidak bisa melihat lagi adekku satu satunya.." Ucapnya dalam hati.
"Tristan.."
Tristan tersentak dari lamunannya, ia langsung menoleh ke sebelahnya dan ia tersenyum kearah abang tiang listrik nya.
"Lu ngelamun ya?" Tanya savero. Savero segera mematikan api kompor. Ia juga menyalin air panas itu ke cangkir yg telah disusun oleh Tristan.
"Maaf bang.. Gua kepikiran sesuatu.." Jawab Tristan seadanya.
Savero telah selesai menuangkan air panas dan ia juga telah mengaduknya. "Tan.. Jangan pikirin yg aneh aneh ya.. Tenang saja kita pasti akan selalu bersama.." Ucapnya sembari menoleh ke Tristan.
"Entahlah bang.. Semoga aja.. Namun firasat buruk gua selalu menghantui gua bang.. Seakan yg kita lalui ini hanya mimpi.." Ucap Tristan lagi.
Savero terhenti. Ia membalikan seluruh badannya ke Tristan. Savero menggenggam tangan Tristan yg jauh lebih kecil darinya. "Tristan.. Lu harus yakin.. Kita pasti selalu bersama.. Hiraukan saja firasat buruk lu itu ya.." Ucap savero menyakinkan.
Tristan mengangguk mengiyakan. "Baiklah bang.."
Savero tersenyum penuh arti. "Bagus.. Yuklah kita bawa minuman ini kedepan..."
Tristan segera membawa dua cangkir susu hangat dan savero tiga cangkir. Tristan dan savero bisa mendengar jelas teriakan bumi yg kesakitan dipukulin Jerome dan ketawa hyuka yg melihat pertengkaran mereka.
"Lu udah kalah pake acara ngamuk lagi.. Bleee..." Ucap bumi sembari mencibir.
"Lu curang ya, bego.." Balas Jerome tak Terima.
Bumi malah mencibir kearah Jerome yg membuat Jerome menatap jengah adek tengah nya itu. "Yaudah.. Yaudah deh.. Kalian berdua aja main.." Ucap Jerome akhirnya mengalah.
Savero dan Tristan bergabung kembali. Mereka menyodorkan susu hangat ditangannya. "Nih, minum dulu.. Nanti dilanjutin gelutnya.." Ucap Tristan.
Jerome, bumi dan hyuka langsung menoleh ke savero dan Tristan. Mereka mengambil satu satu dan meminumnya.
Karena sudah bosan, bumi dan hyuka tidak melanjutkan permainan nya. Bumi malah menghidupkan TV dan menonton anime lagi.Mereka tiduran berlima di karpet berbulu. Seperti biasa hyuka selalu ditengah mereka berlima. Savero dan Jerome disamping kanan dan kiri hyuka. Dan diujung kanan ada Tristan sedangkan diujung kiri ada bumi yg sudah terlelap terlebih dahulu. Lalu disusul oleh Tristan yg sedari tadi mengantuk berat.
Hyuka merasa gugup karena ditatap oleh kedua abangnya. Hyuka menoleh ke Jerome dan savero bergantian. "Abang berdua nggak tidur?" Tanya hyuka.
"Adek dulu yg tidur.." Ucap Jerome.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Fantasy⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...