Matahari semakin naik, para bujang raffandra telah menyelusuri hutan. Semakin mereka berjalan ke depan, semakin sunyi. Jerome yg hafal dengan perasaan perasaan berbahaya. Ia menajam kan semua inderanya.
"Hati hati... Sebentar lagi kita akan bertemu dengan monster lagi.. Feeling abang mengatakan seperti itu." Kata Jerome yg berjalan paling belakang bersama savero.
Bumi dan Tristan yg paling depan merinding mendengar peringatan abangnya. "Anjir... Belum apa apa gua dah merinding" Ucap bumi. Ia lalu menoleh ke belakang, dilihatnya hyuka yg masih dalam mode serius.
Bumi jadi bingung sendiri ingin berbicara atau tidak. Ia lalu memeluk lengan Tristan. "Gua lebih merinding ngelihat orang di belakang.." Bisik bumi ke Tristan.
"Jangan ganggu, dia lagi mode devil" Balas Tristan dengan suara yg pelan.
"Kedengaran loh" Saut hyuka dari belakang dengan nada datar.
Bumi dan Tristan tertawa canggung. Mereka merasa mati kutu. "Just kidding, baby..." Ucap bumi. Ia menoleh lagi ke belakang dan tersenyum kikuk.
Hyuka hanya melihat saja tanpa berekspresi apapun.
Bumi yg melihat hyuka berwajah datar hanya mangut mangut mengerti. Ia mengalihkan pandangannya ke depan lagi.
Sedangkan savero dan Jerome hanya diam memandangi saja. Mereka fokus mempertajam indera mereka.
Beberapa langkah kemudian, terlihat jelas oleh bumi dan Tristan banyak monster dengan bentuk yg berbeda. Bumi dan Tristan mematung.
"Apa apaan ini? Kita masuk ke sarang monster?" Tanya Tristan tak percaya."Bang, ini mah Gaswat banget.. Gimana nih?" Tanya bumi ke Jerome dan savero yg sedang melihat para monster itu dengan wajah datar mereka masing-masing.
Jerome menarik tangan hyuka ke belakang. "Jangan berbicara sepatah katapun. Ngerti!!" Ucap Jerome tegas. Ia menatap mata hyuka dalam.
Hyuka hanya mengangguk angguk. Ia merasa bodoamat saja sekarang. Jerome dan savero telah berdiri paling depan. Di tengah bumi dan Tristan sedangkan paling belakang hyuka dengan wajah malasnya.
"Wuaaahh.... Ada makanan lezat nih" Kata monster yg berbentuk seperti kelelawar namun berkepala banteng. Badannya berwarna merah nyala, dan duri duri tajam mencuat di sekitar tangan monster itu.
"Iya, bos... Sudah lama kita tidak menyerap kekuatan manusia.." Saut monster gorilla yg tinggi besar.
Lalu lima monster lain bersorak sorak bahagia melihat kakak beradik itu.
Monster berkepala banteng itu berjalan mendekati Jerome dan yg lainnya.
"Kalian tidak lari kah? Atau emang nggak takut ya sama kami.. Jhahahaha.." Tanya monster itu dengan tertawa terbahak-bahak.Jerome mengepalkan tangannya. Darahnya terasa mendidih dan kekuatannya meningkat saking emosinya dia sekarang. "Bumi.. Tristan.. Kalian mengamati saja.. Savero bantu abang ya.. Dan kamu, hyuka.. Bersembunyi lah.. Jika abang suruh keluar baru keluar.." Perintah Jerome selaku abang tertua.
Bumi dan Tristan mengangguk. "Siap bang.."
Sedangkan savero berjalan menyamakan langkahnya dengan Jerome. Savero memegang babun Jerome. "Abang bisa mengandalkan vero"
Hyuka mengerucutkan bibirnya. "Baiklah.. Hati-hati.." Ucapnya lalu memisahkan diri.
"Woiii... Pria cantik.. Kemana kau hah?" Teriak monster gorila itu ke arah hyuka yg hendak mundur.
Hyuka berhenti dan diam saja. Ia menatap datar monster gorila itu.
Savero langsung menghalangi jalan.
Savero melirik adeknya yg tidak terlalu jauh darinya. "Hyuka, pergilah.." Ucap savero dengan nada rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Fantasy⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...