Kepantai di tengah salju

95 20 2
                                    

Jerome segera berlari menangkap tubuh savero yg limbung. Jerome melihat savero yg meremas dada sebelah kirinya.
"Savero..!! Lu kenapa? Jangan bikin abang cemas.."

Savero masih bernafas tersengal. "Abang... Dada gua sakit banget bang... Hyuka.....Hyuka, dalam keadaan bahaya sekarang bang..." Lirih savero dengan air matanya yg tergenang.

Jerome tertegun sejenak lalu ia menggeleng. "Adek pasti baik baik saja.. Iya, abang yakin adek pasti baik baik saja.. Savero, lu masih kuat berdiri?"

Savero menetralisir rasa sakitnya. Ia menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya perlahan juga. Ia lalu mendudukan dirinya. Jerome yg melihatnya segera membantu savero berdiri. Mereka keluar dari rumah pohon itu.

Terlihat bumi dan tristan mencari cari kesekitar rumah pohon jay namun mereka tetap tak menemukan adek bungsu mereka. Rasa dingin mulai menembus ke jaket mereka. Namun perasaan buruk lebih menguasai mereka hingga mereka berdua tak mempedulikan rasa dingin mereka.

"Hyuka!!! Adek dimana? Jangan buat kakak cemas lagi, hyuka...." Teriak bumi di sela sela ia mencari.

Tristan mengaktifkan kekuatan star eyes nya lagi, tak peduli rasa perih dan pedih yg ia rasakan. Ia melihat ke sekitar berharap dengan penglihatan nya yg tajam bisa menemukan hyuka. "Dimana kamu, dek.. Kakak harap dimana pun kamu berada sekarang, kamu harus tetap sehat..." Gumam tristan lirih.

"Tan.. Kamu udah menemukan petunjuk atau apalah?" Tanya bumi yg melihat tristan telah mengaktifkan star eyes nya.

Tristan menggeleng lemah. "Tidak ada kak.."

Bumi meremas rambutnya erat erat, ia rasanya ingin menangis mencari keberadaan hyuka yg sampai sekarang belum bertemu.

"HYUKA....!!!! Tolong jawab abang, dek..." Teriak jerome kearah mana saja. Jerome melihat ke sekitar, hanya lautan salju dan pohon yg dipenuhi salju. Cahaya matahari perlahan menghilang di gantikan gelapnya malam. Perasaannya semakin campur aduk.

"Abang... Bagaimana ini?" Ucap savero lemah. Ia terduduk lemas di tumpukan salju yg telah memenuhi seluruh  tubuhnya. Savero merasakan lagi denyut jantungnya yg seperti menusuk nusuk. "Adek, kamu dimana? Pulanglah kerumah dek.." Gumamnya lirih.

Jerome pun menggigit bibirnya kuat kuat guna menahan dingin. Ia merasakan penyesalan yg teramat atas keputusannya yg keliru. Dan untuk kedua kalinya, ia merasa gagal untuk melindungi adeknya.


🌴🌴🌴


Matahari menanjak tinggi di tengah dinginnya salju. Cahaya matahari perlahan memcairkan sedikit demi sedikit butiran butiran salju yg menggunung. Dan cahaya matahari juga menggelitik panca indra anak berambut putih yg terbaring di lautan salju itu.

Perlahan mata cokelat yg telah berubah biru itu terbuka. Memperlihatkan langit yg sendu dan udara yg berhembus dingin. Hyuka mengejapkan beberapa kali kelopak matanya. Sekelebat ingatan semalam tergambar jelas lagi di benaknya. Rasa sakit menghantam hantam hatinya kembali setelah melihat sahabatnya yg telah membiru dengan bulu matanya yg telah beku.

Hyuka mengangkat tangannya dan menyentuh lengan dingin jay, beberapa kali hyuka mencoba menggoyangkan tubuh jay. Ia masih berharap sahabatnya itu memukulinya ketika hyuka membangunkan paksa jay. Seperti yg jay lakukan padanya waktu mereka masih tinggal berdua. Namun tetap saja, jay tak bergeming sama sekali.

"Jay... Bangun dong.. Udah pagi nih.." Panggil hyuka lirih.

Hyuka merasakan rasa sakit teramat dihati dan jantungnya. Hingga tanpa ia sadari air matanya bergulir di pelupuk matanya. "Jay... Lu bener bener ninggalin gua sendiri ya.. Padahal gua yg seharusnya pergi dulu.. Kenapa harus lu Jay?" Gumamnya lagi sembari menatap lama mata yg tertutup itu.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang