Jam dinding berdenting pelan menujukkan jam 12malam. Suasana di kamar yg bernuansa warm itu dilewati sendu.
Bumi menatap dalam mata hyuka. Matanya tergenang mendengar perkataan yg disampaikan hyuka barusan. Rasanya sakit mendengar orang yg kita sayang menyerah atas hidupnya sendiri.
"Hyuka.. Jangan katakan seperti itu lagi..
Hyuka.. Harus semangat ya.. Jangan menyerah.." Ucap bumi pelan sembari menitikkan air mata."Iya dek.. Yg adek bilang barusan secara tidak langsung menyakiti perasaan abang dan kakak.. Didunia ini nggak ada satupun seorang kakak yg sanggup melihat adeknya terluka.. Kakak akan mengusahakan yg terbaik buat adek.. Hanya satu yg kakak pinta dari adek, adek harus bertahan dan bangunlah setiap paginya.." Ucap tristan lembut. Ia menahana air matanya supaya tak jatuh.
Hyuka yg mendengar semua perkataan bumi dan tristan terharu namun perkataan itu sama sekali tak mengurangi rasa sakitnya. "Kakak.. Tapi ini sakit banget.." Jawab hyuka meremas dadanya. Satu tetes air mata jatuh di ujung mata hyuka.
Savero memeluk hyuka erat, ia menangis tersedu sedu. "Aaaa... Aa.. Sakit banget ya.. Seandainya bisa di bagi, abang rela mengambil semua rasa sakit adek... Abang percaya adek kuat.. Adek pasti bisa bertahan.. Percayalah.."
Hyuka menyandarkan dagunya ke bahu savero. Ia hanya menatap nanar selimut yg terkena percikan darahnya. "Tuhan, berikan lah waktuku lebih lama.."ucapnya dalam hati. Hyuka iba melihat savero yg menangis tersedu-sedu di pelukan nya. Hyuka meringis kesakitan lalu pandangannya jadi kabur entah karena air matanya atau tubuhnya yg tak mampu lagi. Perlahan hyuka jatuh ke dalam kegelapan. Tangannya yg sedari tadi menepuk-nepuk pelan punggung savero kehilangan tenaga dan terkulai lemah.
" Adek? Adek.." Panggil savero cemas ke hyuka yg masih dalam pelukannya.
Bumi pun memegang tangan hyuka dan mengecek nadi hyuka. Ia merasakan denyutan di nadi hyuka. Bumi menghela nafas lega.
"Adek hanya pingsan bang" Ucap bumi menenangkan.
Jerome mendekati savero dan hyuka yg masih dalam keadaan berpelukan. Wajah hyuka terkulai di bahu savero. Jerome mengelus lembut pipi hyuka, ia juga menghapus air mata yg jatuh di mata adek bungsunya.
"Savero, tidurkan hyuka ya" Ucap Jerome.
Savero menidurkan tubuh hyuka di atas kasur. Air matanya tak kunjung berhenti. Membanjiri baju hyuka dengan air asin itu.
"Cepat sehat ya dek" Bisik savero di telinga hyuka.
Jerome, savero, bumi dan tristan masih duduk di samping kasur hyuka.
Mereka memandangi wajah damai hyuka yg tertidur.
"Bang Jerome, apa yg harus kita lakukan. Gua nggak bakal sanggup melihat hal seperti ini terus menerus" Kata tristan. Tangannya membersihkan jejak darah yg masih mengotori tangan hyuka."Mulai sekarang cukup kita berempat yg perlu bertarung dan jangan biarkan hyuka mengeluarkan kekuatannya. Dan bumi tolong jaga kesehatan lu karena lu disini sebagai healer dan kami membutuhkan kekuatan lu. Bumi ngerti, kan?" Ucap Jerome sembari menatap lama bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment Of Alwaysness (MOA)
Fantasy⛔Warning Ceritanya tak sewarna warni covernya!!! Berawal dari sifat penasaran hyuka yg memungut buku aneh yg dia temukan, buku itu malah membawa dirinya dan saudara-saudara yg lain ikut terancam nyawa? "Akankah mereka menemukan harapan di tengah...