Hari ke dua 👣

80 15 1
                                    

Mereka sudah selesai mem packing barang barang bawaan mereka lagi. Jerome dan adek adeknya berjalan di depan sedangkan dibelakang ada yeji beserta adek Junior nya. Tidak ada yg membuka suara sama sekali.

Setelah perjalanan cukup panjang, mereka disergap oleh banyak monster kelabang yg hendak menyerang mereka.

Jerome dan savero meramaikan mantra.
Munculah di tangan mereka tombak dan busur serta panah di tangan Jerome dan savero.

Jerome menatap tajam monster kelabang tersebut. Ia tersenyum miring, lagi lagi adrenalin nya terpacu. Ia melangkah lebih depan dari pada savero. "Hari ini kalian akan mati semua.." Ucapnya dingin.

Sedangkan savero menoleh ke belakang. Ia menatap dalam mata bumi dan tristan. "Ingat kata abang tadi ya.. Jika benar benar keadaan mendesak aja kalian boleh bantu kami berdua.." Peringatan dari savero tegas.

"Iya bang vero.. Gua akan nurutin kata lu.. Jangan khawatir..." Ucap bumi sembari meremas lengan savero.

Savero tersenyum dan memegang tangan bumi. "Iya, makasih ya.."

Bumi mengangguk. Ia menurunkan tangannya. Dan tersenyum penuh arti ke abangnya itu.

Kembali savero menatap tristan yg melihat mereka berdua. "Abang bisa percaya ama gua.. Jangan khawatir lagi..." Ucap tristan menyakinkan.

Mereka berdua sangat paham dengan perasaan savero yg selalu merasa khawatir dengan keadaan adek adeknya, takut terjadi apa apa. Apalagi savero termasuk orang yg overthinking.

Savero mengangguk yakin. "Baiklah.."
Savero berjalan hingga sejajar dengan abangnya. Perlahan muncul panah api ditangan savero. Ia siap menjadi pelindung buat abangnya.
"Bang gua dah siap.."

Jerome menoleh ke savero sebentar. Lalu tersenyum penuh arti. "Baiklah.."
Jerome berlari dengan tombak listriknya.
Ia dengan lincah membunuh satu persatu monster kelabang yg mendekatinya. Jerome memfokuskan dirinya supaya lebih cepat dan ia mengahabisi hampir semua monster kelabang itu. Sedangkan savero memanah kelabang kelabang yg menyerang abangnya tiba tiba.

Yeji, ryuji dan cahya terpukau melihat kemampuan bertarung Jerome yg diatas rata rata. Dan keakuratan savero dalam memanah.

"Wow.. Mereka gila banget.. Dalam beberapa menit monster kelabang itu lenyap semua.." Ucap ryuji terpukau dengan mulut terbuka.

Cahya mengangguk mengiyakan. Ia bahkan bertepuk tangan seperti suporter yg melihat atlet kesukaan nya menang.

"Kenapa Jerome terlihat keren ya.." Puji yeji yg tanpa sadar terucap olehnya.

"Hah, apa kata eonni? Apa aku salah dengar?" Tanya ryuji yg masih bingung.

Yeji segera menggeleng. "Bukan apa apa.." Yeji berlari menghampiri Jerome dan savero yg terduduk karena kelelahan.

Bumi dan tristan dibuat bingung karena ketiga wanita itu berlari menghampiri abang mereka. Terpaksa mereka tidak jadi menghampiri abang mereka.

"Dia ngapain sih?" Tanya bumi ke tristan yg sama bingung nya dengan bumi.

"Sepertinya wanita itu suka deh dengan abang kita.." Ucap tristan dengan gamblang.

"Nggak mungkin lah.. Lagian bang Jerome atau bang vero juga anti tuh dengan cinta cintaan.." Saut bumi sembari menyenggol lengan tristan dengan sikunya.

"Iya, gua juga nggak suka yg gitu gituan.."
Balas tritan yg masih melihat tiga wanita itu yg sedang mengobrol dengan Jerome dan savero.

"Hmm.. Gua juga.. Lebih baik kita fokus aja untuk keluar dari sini.." Ucap bumi mengiyakan.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang