Awal dari semuanya

79 18 1
                                    

Keesokan paginya, Jerome dan savero terbangun lebih dulu. Jerome langsung ke kamar mandi melakukan rutinitas paginya. Sedangkan savero berjalan sembari menguap ke kamar sebelah. Savero membuka pintu kamar hyuka yg tak dikunci, seketika savero kaget karena hyuka tidak ada di kamar nya. Savero berjalan cepat ke kamar bumi dan membuka pintunya.

Savero bernafas lega, ia melihat ketiga adeknya tidur berdempetan seperti ikan sarden. Savero tersenyum melihat pemandangan ini. Ia menepuk pelan lengan bumi. "Bumi... Hyuka.. Tristan.. Bangun... " Ucap savero dengan suaranya yang sedikit tinggi.

Tristan yg sedang memeluk hyuka, terbangun mendengar suara savero. Ia melepaskan pelukannya dan perlahan duduk. Tristan membuka matanya yg berat. "Pagi bang vero.. " Sapa Tristan.

"Tristan, mata lu kok sembab banget?" Tanya savero cemas melihat mata Tristan yg sembab.

Tristan tertawa canggung. "Nggak kenapa kenapa bang.." Jawabnya berbohong.

Savero menatap curiga Tristan. Namun di tepisnya sementara. Savero membangunkan bumi yg tidur di sampingnya. "Bumi... Bangun..." Panggil savero lagi.

"Eeeuunng.." Erang bumi. Bumi membuka matanya dan memandangi wajah savero yg menatapnya.

Savero segera mendudukan bumi agar tidak tertidur lagi. Dan savero juga melihat mata bumi yg sembab. Kemudian savero membangunkan hyuka dengan menepuk bokongnya. "Hyuka ya... Bangun dek.. Hyuka.." Panggil savero dengan lembut.

"Lima menit lagi ya bang.." Ucap hyuka sembari berguling menjauh dari savero.

Savero menghela nafas kasar. "Hyuka.. Udah siang loh.. Bangunlah, hmm.. " Panggil savero pantang menyerah.

Hyuka berguling lagi menghadap asal suara, perlahan dibuka matanya. Hyuka tersenyum. "Hmm... Iya bang.."

Savero juga mendudukan hyuka. Dan hyuka telah membuka matanya. Matanya juga sembab dan sayu sekali. Savero memandangi ketiga adenya. "Kalian kenapa? Kenapa matanya pada sembab semua?" Tanya savero dengan suaranya yg tegas.

Hyuka melirik bumi. Berharap bumi yang menjawab namun bumi malah menyenggol lengan Tristan supaya ia menjawab pertanyaan savero. Tristan mengedikkan bahunya. Ia memberikan bahasa isyarat kenapa harus aku.

Savero mendengus kesal melihat tingkah adek adeknya. "Abang tanya sekali lagi.. Apa yg terjadi pada kalian sehingga mata kalian bisa bengkak dan sembab begini?" Tanya savero lagi.

Bumi menghela nafas pelan. "Kami hanya curhat aja bang.. Bicara heart to heart... Karena terbawa situasi, kami jadi menangis.." Jelas bumi setenang mungkin.

Hyuka mengangguk angguk. Ia tertawa menampilkan gigi putih kecil kecilnya. "Hehehe.. Betul betul betul.."

Tristan meremas lengan savero. "Nggak apa apa bang.. Nggak ada yg perlu di khawatir kan.."

Savero menatap masing-masing adeknya, mencari kebenaran di mata mereka. "Yaudah deh.. Kalian cuci muka gih.. Abang ke dapur dulu nyiapin sarapan.."
Kata savero sembari bangkit dari kasur bumi.

"Iya, bang.." Jawab bumi dan Tristan serentak.

Savero mengangguk. Ia berjalan keluar dan menutup pintu lagi. Savero melihat abangnya yg sedang berkutat di dapur.
"Abang, ada yg bisa vero bantu?"

Jerome menoleh ke savero sebentar. "Ambilin piring aja, vero.. Nih nasi goreng nya hampir masak."

"Iya, bang.."

Savero mengambil piring lima buah dan gelas. Ia meletakkannya di meja makan.
Savero juga membawa jus anggur kesukaan hyuka.

"Udah vero?" Tanya Jerome.

Moment Of Alwaysness (MOA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang