Author POV
Anna berjalan dengan balutan gaun pernikahan yang tengah dikenakannya menuju ruang khusus tamu keluarga.
Salah satu staff wedding organizer membantunya membukakan pintu. Anna melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Dengan netranya menyusuri seluruh ruangan mencari keberadaan seorang pria yang memanggilnya.
Mencari ke kanan kiri tidak kunjung menemukan keberadaan pria itu. Karena banyaknya tamu dari keluarga besar yang sedang menikmati hidangan dan waktu berkumpul di ruang ini.
"Tuan Ryann ada di meja ujung sebelah kanan, nona. Mari saya antar." Ujar Staff Wedding Organizer yang menyadari kebingungan Anna.
"Ah, ya boleh. Terima kasih ya."
"Sama-sama nona."
Anna pun diantar oleh staff Wedding Organizer menuju meja dimana seorang pria yang telah menjadi suaminya itu menunggu kedatangannya.
"Silahkan nona." Staff itu menarik kursi agar Anna dapat duduk dengan mudah.
"Terima kasih." Ucap Anna sopan disertai sebuah senyuman dan anggukan.
Staff itu pun menundukkan kepalanya hormat dan melenggang pergi meninggalkan hawa dingin yang mulai terasa disekitar meja kedua insan yang baru saja menikah.
"Aku hanya ingin mengingatkan saja." Ryann berkata tanpa menatap wanita yang kini telah berstatus istrinya.
Anna melihat wajah suaminya yang sangat datar tidak berekspresi sama sekali.
"Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann berkata demikian seraya menoleh menatap sang istri.
"Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin menikah. Hanya ingin hidup sendiri, bahkan tanpa kehadiran seorang anak." Anna tersenyum penuh kemenangan. Merasa dirinya aman dan bebas.
Anna melihat pergerakan tangan Ryann yang menerima sebuah map coklat dari seseorang yang berpakaian layaknya asisten pribadi hingga map coklat itu berada di atas meja tepat di depan matanya.
"Bukalah." Perintahnya. Anna tentu menuruti perkataan Ryann.
Dibuka map coklat itu. Ada sebuah kertas di dalamnya yang membuat rasa penasaran menjalar ke seluruh tubuhnya.
Anna mengeluarkan kertas itu dari dalam map coklat. "Haruskah aku membaca ini? Sepertinya tidak begitu penting. Yang pasti hanya menguntungkan satu pihak saja, kan? Yaitu, dirimu seorang." Anna mendelikkan matanya.
"Baca saja. Jika, merasa keberatan. Kau bisa meminta revisi." Ryann menegosiasi agar Anna membaca isi dari kertas itu.
Anna akhirnya membacanya dengan berat hati. Sejujurnya ia sendiri juga penasaran hanya saja malas berurusan dengan pria di sebelahnya ini.
"Hmm..., sepertinya ada yang harus aku tambahkan." Anna mengerutkan keningnya sembari berpikir.
"Tambahkan saja jika kau ingin."
"Sebagai pihak kedua, aku juga harus merasa diuntungkan." Anna menaruh kertas itu di atas meja tepat di hadapan Ryann. "Kedua pihak tidak diperbolehkan untuk ikut campur dalam kehidupan pribadi satu sama lain."
"Baik."
"Tunggu, satu lagi. Pihak kedua--"
"Maaf. Tidak ada, kesempatan penambahan perjanjian hanya diberikan satu kali kepada pihak kedua."
"Eh, tidak bisa begitu dong! Memangnya kau seorang raja yang berkuasa?"
Ryann diam saja tidak menanggapi Anna yang tidak suka dengan tanggapannya.
"Punya mulut tapi tidak digunakan dengan baik." Cibir Anna kesal. "Cih! Semoga besok mulutmu itu berbusa!"
Amit-amit ya tuhan. Aku cuma bercanda. Tidak mau aku punya suami yang besoknya langsung is dead. Batin Anna.
"Andrea, Ryann!" Panggil orang tua Anna dari meja yang jaraknya tidak jauh dari meja mereka.
Ryann dan Anna menoleh ke arah mereka. Orang tua Anna ingin kedua insan yang baru menikah ini untuk bergabung bersama di meja mereka.
Ryann berdiri lebih dulu dengan melonggarkan sedikit celah untuk Anna berpegangan pada lengannya. Namun, tidak ditanggapi oleh Anna. Ia hanya mengerutkan keningnya.
"Kau lupa poin pertama dalam surat perjanjian?" Ryann mengangkat satu alisnya seraya melirik wanitanya.
"Tentu saja tidak." Anna langsung saja menggandeng lengan Ryann dengan terpaksa.
Mereka berdua berjalan bersamaan menuju meja orang tua Anna yang sedang mengobrol bersama orang tua Ryann.
"Ayo, kalian duduk sini." Pinta Ibu Erica atau ibunda Ryann kepada pasangan yang baru menikah.
Ryann dan Anna pun duduk berbarengan. Ryann tampak sangat ahli dalam bersandiwara untuk memenuhi perjanjian poin pertama. Sedangkan, Anna meskipun terlihat murni. Ia sangat berat sekali untuk bergerak. Bahkan, dalam hatinya kini sedang berseteru dengan dirinya sendiri.
Bersambung.
Terima kasih ya sudah baca karyaku ini. 💛
Andreana Salma VS Dokter Ryann
Semoga kalian enjoy
Menurut kalian perjanjian di atas termasuk perjanjian berat atau ringan untuk kedua belah pihak, baik Anna ataupun Ryann?
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya...💚
Salam sayang untuk kalian semua💕
Jaga kesehatan ya semuanya💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...