Anna tersenyum dan mengangguk. "Iya ini aku. Apa kabar?" Anna mengulurkan tangannya.
"Oh, Hai! Kabarku sangat baik. Duduklah, An. Bagaimana denganmu?" Ucapnya seraya membalas uluran tangan Anna.
"Aku juga baik. Ini?" Anna menatap seorang anak kecil yang duduk dengan bersembunyi di balik lengan ayahnya.
"Oh iya, kenalkan ini anakku." Ucapnya menggeser lengannya untuk memperlihatkan wajah anaknya.
Anna duduk di sebelah anak kecil yang sedang ketakutan itu. Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya di hadapan anak kecil itu. "Hai…, nama kamu siapa?" Tanya Anna dengan lembut.
Anak kecil itu memeluk lengan ayahnya. "Hei, itu ditanya namanya siapa…, jawab sayang." Pria itu menggoyangkan lengan nya yang dipeluk anaknya itu.
Anak kecil itu semakin mengeratkan pelukannya. Menyembunyikan wajahnya di ketiak sang ayah.
Anna menarik tangannya kembali. "Tidak apa, mungkin dia takut denganku. Ini anakmu yang keberapa, Rey?" Tanya Anna sembari menatap lucu dengan tingkah laku anak Reynaldi yang takut bertemu dengan orang asing.
"Ini anakku yang pertama. Aku hanya punya seorang anak perempuan, An. Bukankah aku sudah pernah beritahu kamu ya?" Reynaldi melepaskan lengan nya dari pelukan sang anak. Ia memindahkan anaknya dalam pangkuannya. Namun, Anaknya tetap memeluk tubuhnya erat. Tetap menyembunyikan wajahnya.
"Ah iya, mungkin aku lupa. Maaf ya."
"Tidak apa, santai saja, An." Rey tersenyum. "Oh iya, kamu sedang apa di rumah sakit?" Reynaldi penasaran. Karena sebelumnya Reynaldi juga memperhatikan tubuh Anna yang membesar. Seperti sedang hamil.
"Aku baru saja periksa kehamilan ku."
"Wah, selamat ya atas kehamilanmu. Maaf juga, sudah lama tidak berkomunikasi jadi tidak tahu apa-apa tentang kabarmu."
"Eh, tidak apa-apa. Aku juga mengerti kok, pasti kamu sibuk. Karena aku pun juga sibuk." Anna tersenyum. Tidak terlalu masalah dengan perihal komunikasi tersebut. "Kamu juga kenapa ada dirumah sakit?"
"Anakku demam semalam. Jadi, aku bawa ke rumah sakit." Jelasnya.
"Ya ampun, kamu kenapa bisa demam, hei? Kamu sudah makan belum?" Tanya Anna dengan lembut dan wajah pura-pura sedih ke anaknya Rey.
"Dia sedang tidak mau makan."
"Kenapa?"
"Entahlah, dia dari tadi aku suapi tidak mau."
"Coba sini yuk…" Anna mencoba menyentuh lengan kecil dan mungil anaknya Rey. Namun, ditarik dan dijauhkan oleh anak kecil itu. Tidak mau disentuh oleh Anna.
"Namanya siapa?" Anna menatap Reynaldi.
"Namanya Agnes." Rey mencium pucuk kepala Anaknya. Anna mengangguk.
"Kamu…, mau makan apa?" Tanya Anna kepada Agnes.
Agnes mengintip untuk melihat Anna. Ia melepas pelukan ayahnya dan menyalakan layar tablet yang ada di atas meja. Agnes berusaha mencari sesuatu. Anna menunggu dengan memperhatikan setiap tingkah Agnes.
"Hei…, Daddy say no kalau kamu mau makan itu." Larang Reynaldi setelah melihat layar tablet sang anak.
Agnes memperlihatkan layar tabletnya ke Anna. Dengan memberikan wajah penuh harap. Anna menatap Rey. Karena ia menjadi bingung sekarang.
Secara Reynaldi sudah melarang anaknya untuk makan Banana Split. Dimana ada potongan pisang dan beberapa scoop es krim
Agnes turun dari pangkuan ayahnya. Ia mendekati Anna dengan menunjukan jari telunjuknya ke layar tabletnya.
"Sayang, badan kamu masih panas. Belum sembuh. Jangan makan Es krim dulu." Larang Reynaldi dengan penuh kelembutan.
"Ini bukan esklim, tapi ini banana." Ucap Agnes dengan ekspresi marah kepada Rey.
"Iya nanti saja ya makan es krimnya. Kalau sudah sembuh. Nanti badan kamu makin panas lagi." Rey kembali memberikan pengertian.
"Kakak…" Agnes membiarkan larangan sang ayah. Ia menatap Anna. Dengan wajah penuh harap yang terlihat lucu dan imut dimatanya.
Apa anakku akan terlihat lucu dan imut juga? Batin Anna mengusap perutnya yang berada di bawah meja. Dengan tatapan penuh kagum kepada Agnes.
Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
__________🌹🌹__________
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...