34. Dia Khawatir

32.9K 1.3K 8
                                    

Atensi Anna teralihkan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Ryann keluar dari dalam kamar mandi. Anna mengepalkan tangannya. Mencari kekuatan dan keputusan untuk memberi tahu suaminya atau tidak.

Arah pandangan Anna mengikuti Ryann yang ternyata mengarah ke arahnya. Ryann duduk tepat di sofa yang ada di hadapan Anna. Mereka duduk berhadapan dengan pikiran Anna yang bercampur aduk. 

"Baru pulang?" Tanya Ryann seraya menepuk sisi sofa sebelahnya. 

"Iya." Jawab singkatnya. 

"Kemarilah." Ryann menepuk sisi sebelahnya lagi agar Anna bisa berpindah duduk di sebelahnya.

"Tidak. Aku disini saja." Anna menyandarkan tubuhnya ke sofa. 

"Kenapa?" Ryann akhirnya yang berpindah ke sebelah Anna. 

Anna merasa aneh dengan Ryann yang tidak seperti biasanya. Ia tidak melawan ataupun memaksanya seperti sebelumnya. Ia lebih tenang dalam setiap penolakan Anna. 

"Siapa yang kenapa?" Anna mengerutkan keningnya.

"Kamu kenapa?" Ryann menyentuh dahi Anna dengan punggung tangannya.

Kamu? Batin Anna semakin bingung dengan tingkah Ryann yang berubah. 

"Hanya tidak enak badan saja." Anna acuh.

"Sudah diminum obatnya?" 

Anna menatap Ryann bingung. "Obat apa?" Ia khawatir Ryann tahu. 

"Bukankah kamu dari rumah sakit?" Ryann semakin merapatkan duduknya dengan istrinya. 

"Hah?" Anna pura-pura bingung.

"Rumah sakit Giri indah dekat kantor mu. Kamu kenapa ke rumah sakit?" 

"Tidak apa-apa. Hanya periksa saja. Aku pusing tadi."

"Sudah baikan?" Tanya Ryann lagi.

"Belum. Aku masih pusing." Anna menguatkan kepalan tangan di sebelah kiri. Tidak terlihat oleh Ryann. Sedangkan, tangan kanannya iya taruh di atas pahanya biasa saja. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Anna menahan sesuatu dalam mulutnya. Serasa ada yang ingin ia keluarkan. 

"Kamu sudah makan nasi? Pagi tadi kamu tidak sarapan dengan benar." Tanya Ryann menyentuh tangan Anna. 

"Tangan kamu dingin?" Ryann menatap Anna penuh curiga. 

Anna menggelengkan kepalanya. Lalu, segera melenggang pergi menjauhi Ryann. Anna pergi ke lantai satu dimana ada kamar mandi dekat dapur. Anna memasuki kamar mandi itu. 

"Huek!" Anna memuntahkan isi perutnya ke dalam kloset. 

"Uuekk…!" 

Ryann yang melihat Anna berjalan dengan terburu-buru menjadi khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ryann yang melihat Anna berjalan dengan terburu-buru menjadi khawatir. Karena tangan Anna dingin. Ryann memutuskan untuk mengikuti istrinya. 

"Nona didalam?" Tanya Ryann kepada pelayan dapur ketika melihat istrinya masuk ke dalam kamar mandi. 

"Iya tuan, nona muda di dalam." Jawabnya. 

Ryann menunggu Anna keluar dari kamar mandi. Tidak terdengar suara apapun dari dalam. Karena semua ruangan, apapun itu dibuat kedap suara. Ryann mulai khawatir dengan kondisi istrinya di dalam. Karena sudah lumayan lama Anna di dalam. 

"Eungh…" Anna terduduk di dalam kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eungh…" Anna terduduk di dalam kamar mandi. 

Merasa mual sekali sekarang. Ditambah kepalanya yang pusing. Ia belum meminum obat yang diberi dokter untuknya. 

"Ibu…" Suara lirihnya sembari mengusap perutnya. 

"Hump." Anna menutup mulutnya saat ingin muntah lagi. 

Anna menjaga rambutnya agar tidak terurai. Ia kembali bertumpu dengan lututnya untuk bersiap di atas kloset. 

"Hueekk…" lagi-lagi Anna mengeluarkan semua isi yang ada di perutnya. 

"Ummm…, ueekk.." Perutnya terasa sakit ketika hanya air yang keluar.

Anna bangkit untuk membersihkan mulutnya di wastafel. Anna mencuci wajahnya supaya tidak terlalu terlihat lemas. Ia menghela nafasnya sejenak. Lalu, keluar dari dalam kamar mandi. 

Ia melihat Ryann yang tengah menunggu dirinya di luar kamar mandi. Ryann menyentuh kedua tangan Anna. Anna dapat melihat tatapan khawatir yang tidak dibuat-buat di mata Ryann. 

"Kenapa? Wajahmu pucat sekali. Mau ke rumah sakit?" Ryann mengusap pipi Anna lembut dengan tatapan lembutnya penuh perhatian.

Anna melihat tatapan itu. Sungguh tatapan itu membuat dirinya bimbang akan memberi tahu kebenaran yang ada. Begitu juga kenyataan yang berbanding terbalik dengan prinsipnya yang tidak ingin memiliki anak. 

Bersambung. 

Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜

Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚

See u on the next episode 👋💞

Andreana Salma VS Dokter RyannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang