Setelah rapat umum pemegang saham selesai. Anna bersama sekretarisnya langsung menuju rumah Ibunya Anna. Anna tidak turun dari dalam mobilnya. Karena, ibunya Anna sudah siap menunggu di halaman rumah. Hanya Nisa yang membantu membukakan pintu untuk Ibunya Anna.
Ibunya Anna pun masuk ke dalam mobil dan di sebelahnya pun terdapat Anna yang sudah berada di dalam.
"Hai, bu." Sapa Anna kepada ibunya.
"Halo, sayang..., gimana kabar kamu?" Tanya mamanya memeluk Anna dalam mobil.
"Baik bu. Ibu juga gimana? Sedih ya tidak ada aku dirumah?"
"Biasa saja kok. Malah senang, karena bisa berduaan sama ayah kan?" Ibu Riana menaik turunkan alisnya.
"Ingat umur ibu, sudah tua. Sudah tidak cocok lagi." Ejek Anna.
"Masih cocok kok. Apalagi kamu sama Ryann setiap malam kan?"
"Apa setiap malam?" Anna mengerutkan keningnya.
"Itu lho..." Ibu Riana memberi kode dengan tangannya yang mengelus perut anaknya.
"Apa?" Anna pura-pura tidak mengerti.
"Ya cucu ibulah! Gimana sih kamu..." Kesal Ibu Riana, anaknya tidak mengerti juga.
"Ibu jangan berharap terlalu besar deh nanti sakit." Peringatan Anna.
"Kenapa? Wajar dong seorang ibu menginginkan cucu dari anaknya sendiri."
"I-iya sih..., tapi tunggu saja. Nanti juga datang sendiri."
"Apa yang datang sendiri?" Ibu Riana tidak mengerti.
"Cucu ibu." Balasnya cepat.
"Heh! Mana mungkin bisa?" Ibu Riana memukul paha anaknya pelan. Ada-ada saja Anna bercandanya.
•••~~~~~•••
•••~~~~~•••
Sesampainya di rumah sakit. Anna dan ibunya langsung turun dari rumah sakit. Bertemu dengan salah satu dokter yang memang selalu memeriksa keadaan kesehatan Ibu Riana.
Anna hanya menunggu di luar ruangan dokter. Duduk bersama dengan Nisa. Sementara itu, ibunya sedang diperiksa dan konsultasi dengan dokter di dalam.
"Nona, maaf. Saya izin ke toilet ya." Izin Nisa.
"Iya silahkan." Anna mengizinkan.
Anna di depan ruang dokter hanya duduk sembari menggunakan ponselnya untuk memeriksa pekerjaannya dari ponsel.
"Sedang apa?" Tanya seseorang yang tiba-tiba saja duduk di sebelah Anna.
"Cih, kau lagi? Bisa tidak sih, kita itu ketemunya hanya di rumah saja? Kalau diluar seperti orang tidak saling kenang saja." Kesal Anna.
"Suamimu ini salah?"
"Salah!" Tegas Anna.
"Lalu, pria tidak jelas itu lebih benar daripada suamimu?" Tanyanya siapa lagi kalau bukan Ryann dengan setelan jas dokternya.
"Pria tidak jelas yang mana?" Anna menaikkan nada suaranya.
"Perlu aku ingatkan?" Ryann menaikkan satu alisnya.
"Tidak perlu! Sudah deh sana pergi!" Usir Anna kesal.
"Ehem! Ngusir?" Ryann berdehem.
"Iya cepat sana!" Anna mendorong-dorong bahu Ryann agar berdiri dan pergi.
"Rumah sakit ini milikku." Jawab Ryann santai sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Ya terus?! Seharusnya pemilik tidak boleh ada disini. Urus pasien sana!" Usir Anna lagi.
"Ingat kau izin kepadaku untuk kerja. Bukan untuk bertemu pria itu." Peringatan Ryann lagi.
Anna melihat Ryann yang melenggang pergi. "Tidak jelas jadi manusia." Cibirnya pelan.
"Lagipula pria tidak jelasnya itu siapa maksudnya?" Gumamnya juga bingung.
Anna lupa dengan pria yang akhir-akhir ini pernah ia temui. Namun, jika saja ingat. Bagaimana suaminya itu bisa tahu. Begitu juga apa haknya untuk membatasi dirinya dengan pria lain. Bukankah sudah tertera dengan jelas di perjanjian untuk tidak ikut campur kehidupan masing-masing.
Bersambung.
Terima kasih semua yang sudah baca episode terbaruku💜
Andreana Salma Vs Dokter Ryann
Salam sayang untuk semuanya💚
Jaga kesehatan kalian yaa💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian👍
Thankquu
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
Roman d'amourPerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...