"Sebenarnya hasil dari proyek kedepannya akan berhasil atau tidak itu ya balik lagi dari bagaimana kinerja kalian terhadap proyek tersebut khususnya…"
Anna menggunakan waktunya untuk meeting secara daring. Menggunakan sebuah aplikasi yang mendukung meeting secara virtual. Diikuti dengan tim karyawan yang menangani proyek tersebut serta tidak lupa sekretarisnya.
"Baik, untuk meeting hari ini kita cukupkan sampai disini. Terima kasih atas partisipasi yang sudah hadir. Selamat pagi." Penutupan yang diberikan oleh Sekretaris sebagai pemandu berjalannya meeting.
Setelah semua karyawan telah keluar dari ruang meeting daring tersebut. Hingga tersisa hanya Anna dan Nisa.
"Nisa, bagaimana? Ada yang harus ditandatangani lagi atau tidak ada?" Tanya Anna seraya masih dalam cafe itu, jadi sekaligus dikerjakan.
"Sudah tidak ada untuk saat ini. Karena, sebagian laporannya masih butuh revisi." Jelas Nisa.
"Baiklah, ada cake yang kamu mau?" Tawar Anna kepada Nisa.
"Terima kasih, nona. Tidak ada." Tolak Nisa secara halus.
"Baiklah. Aku sudahi ya ruangan meetingnya. Terima kasih."
"Terima kasih kembali nona, semua ini sudah menjadi tugas saya." Nisa tersenyum sembari anggukan hormat untuk atasannya.
Anna mematikan tabletnya dan memasukkan ke dalam tasnya. Tidak lupa dengan ponselnya yang ia genggam. Anna menyudahi bersantainya dalam cafe. Ia memilih untuk berjalan-jalan sebentar sebelum kembali ke hotel.
Di ujung jalan sebelah kanan Anna melihat ada rumah sakit yang cukup besar. Anna menghentikan langkahnya, melihat kebawah dimana perutnya kini sedang dihuni calon anaknya.
Namun, Anna berbanding terbalik dengan keinginan seorang ibu pada umumnya tentang kehamilan. Ia menghela nafasnya berat. Anna melangkahkan kakinya menuju rumah sakit itu.
Dalam rumah sakit Anna langsung menuju bagian resepsionis rumah sakit. Ia bertanya mengenai bagian yang menangani kehamilan. Anna pun diarahkan ke bagian Poli Obgyn.
Disana Anna langsung masuk ke dalam ruang dokternya. Karena tampak sepi pada bagian Poli Obgyn disana.
Anna masuk ke dalam dengan arahan staf rumah sakit yang ada. Di dalam Anna diminta untuk duduk. Mereka duduk berhadapan. Antara Anna dengan dokternya. Beruntung dokter yang ia dapatkan adalah wanita. Karena Anna merasa canggung dan takut untuk mengatakan apa yang ia keluhkan sebenarnya.
"Good afternoon. Miss Andreana, right?"
(Selamat siang, Nona Andreana, benar?)"Yes."
(Iya.)"Okay. Miss, do you want to check the development of the fetus or do you have any complaints during pregnancy?"
(Baik, nona ingin memeriksa perkembangan janin atau ada keluhan pada masa kehamilan?)Anna terdiam sejenak. Bingung ingin menjawab apa. Karena Anna sudah kuat dengan prinsip hidupnya. Ia tidak ingin memiliki anak. Saat ini adalah kesempatan untuknya.
Karena Ryann pun belum tahu menahu mengenai kondisi Anna yang sedang mengandung. Maka dari itu, jika Anna melakukan hal yang tidak sepantasnya pun tidak akan masalah. Karena Ryann tidak akan tahu.
"Hmm..., I want to know about how to abort pregnancy. Is there any way I can do?"
(Hmm..., saya ingin mengetahui mengenai cara untuk menggugurkan kehamilan. Adakah cara yang bisa saya lakukan?)Dokter itu tercengang mendengarnya. Salah dengar kah dia? Ada seorang ibu yang ingin menggugurkan calon anaknya sendiri. Namun, dokter itu tetap tersenyum ramah. Dia menatap dalam-dalam kedua manik mata Anna.
"Sorry miss, may I know the reason?"
(Maaf nona, boleh saya tahu alasannya?)Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...