Dalam satu meja kini lengkap sudah keluarga inti dari kedua mempelai. Baik orang tua Ryann maupun orang tua Anna.
"Bagaimana perasaan kalian sekarang?" Ibu Erica bertanya antusias.
Anna tersenyum dengan senyum yang dipaksakan. Ryann tahu itu, ia dapat melihatnya. "Kami senang bu, bahkan senang sekali." Anna memperlihatkan wajah gembiranya di hadapan kedua orang tuanya.
"Syukurlah kalau begitu. Berarti kami tidak salah untuk menjodohkan kalian berdua ya, betul bukan bu Erica?" Ibu Riana atau ibunda Anna merasa bersyukur dan tenang kalau anaknya merasa bahagia dengan jodoh pilihannya.
"Iya bu, saya juga ikut senang mendengarnya." Ibu Erica tersenyum dengan sesekali bulir bening menetes dari sudut netranya. Rasa haru menyelimuti perasaan ibunda Ryann melihat anaknya sekarang sudah menikah. "Berbahagialah ya kalian berdua. Semoga bisa secepatnya beri kami cucu." Lanjutnya lagi dengan kedipan sebelah mata.
Mendengar kata cucu membuat Anna sulit untuk menelan salivanya. Sedangkan Ryann terlihat santai dan tenang menyimak setiap pembicaraan kedua ibu-ibu di antara dirinya.
Awas saja kalau Ryann melupakan poin yang tertulis tidak ada aktivitas fisik dalam perjanjian. Mana aku lupa lagi itu poin ke berapa. Batin Anna.
"Ryann, jangan lupakan pesan ayah ya. Buat cucu sesegera mungkin untuk menjadi pewaris tunggal sekaligus penerus keluarga kamu nanti." Ayah Savier atau Ayahanda Ryann berkata demikian yang sama sekali tidak digubris oleh anaknya sendiri.
Anna merasa sedikit tenang karena Ryann tidak menanggapi perkataan ayahnya sendiri yang membicarakan mengenai cucu.
Cukup sudah rasanya Anna ingin pergi saja. Jika, dari tadi yang dibahas hanya topik pembicaraan mengenai cucu dan cucu.
"Jangan lupa siapkan dua cucu untuk ayah ya, Anna. Satu untuk jadi dokter dan satu lagi jadi pengusaha sepertimu." Ayah Reino atau Ayahanda Anna ikut angkat suara mengenai cucu. Apalagi sampai meninggalkan pesan akan cucu keinginannya. "Kalau bisa cucu yang jadi penerus perusahaan laki-laki." Ujarnya lagi.
"Benar, benar sekali. Pasti akan terlihat gagah dan keren sekali. Jika, CEO perusahaan Anna seorang laki-laki." Ibu Erica menyetujui perkataan Ayah Reino. "Secara ayah dari anaknya itu adalah Ryann. Iya tidak, Ry? Kamu tampan dan gagah perkasa, kan?" Sang ibu dengan jahilnya menggoda anaknya sendiri dengan menaik turunkan alisnya.
"Uhuk..., uhuk..." Ryann tersedak oleh salivanya sendiri.
"Ya ampun, baru dibilang begitu saja sudah salah tingkah. Bagaimana digoda sama istri sendiri di kamar nanti."
Mampus! Ibunya Ryann harus dikasih pelajaran kapan-kapan. Batin Anna sembari memijat keningnya yang tidak bisa berpikir jernih sekarang.
Anna semakin dibuat bingung dan menjadi salah tingkah dengan tatapan yang tidak dimengerti apa artinya dari Ryann. Terus saja pria itu menatapnya. Hingga akhirnya Anna mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kalian sudah berbincang untuk kesepakatan mau punya anak berapa?" Ayah Savier bertanya kepada mereka berdua. Namun, tidak kunjung ada yang menjawab pertanyaannya. "Ryann? Anna?" Ayah Savier mengangkat satu alisnya.
"Maaf, kami lelah. Permisi semua..." Ryann memutuskan pamit tanpa menjawab pertanyaan dari ayahnya sendiri.
Ia lebih memilih pergi dari keadaan mematikan mengenai perbincangan akan cucu yang tidak ada habisnya saat itu juga.
Tidak lupa dengan sang istri yang ia bantu untuk berdiri dan berjalan bersamanya menuju lift hotel berada.
•••~~~~~•••
•••~~~~~•••
Setelah sampai dalam lift. Anna segera menarik tangannya dari lengan Ryann.
"Maaf tuan, apakah revisi dari Nona muda disetujui?" Asisten Pribadi Ryann yang selalu berdiri menemani dan mengikuti kemanapun tuannya pergi.
"Selama tidak merugikan ku, tidak masalah." Ryann melirik sekilas wanita di sebelahnya yang sudah berwajah masam.
"Tentu saja tidak masalah! Kau pikir hanya dirimu saja yang harus diuntungkan. Dasar manusia tidak jelas!" Ejek Anna kepada Ryann dengan ketusnya.
Ryann menghela nafasnya sejenak. Meredakan amarahnya yang ingin membalas perkataan tidak baik dari istrinya sendiri untuknya.
Ryann berjalan mendekati Anna. Mengikis jarak yang tercipta diantara mereka. Dalam lift tentu saja ukurannya tidak terlalu besar. Sehingga tidak terlalu sulit bagi Ryann untuk mengukung Anna dalam antara kedua kungkungan tangannya yang sudah menempel di dinding lift.
"K-kau mau apa, hah?!" Anna menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. "Jangan coba-coba mesum disini! Tahu tempat tidak sih!"
"Shht..." Jari telunjuk Ryann berhenti dengan sempurna berada tepat di bibir Anna.
Wanitanya pun mau tidak mau terpaksa terdiam seribu bahasa karena ulahnya saat ini. Meskipun wajahnya terlihat sedikit guratan rasa takut dan kesal.
"Anna, aku memiliki batas kesabaran. Jaga sikapmu." Ryann menempelkan keningnya dengan kening Anna. "Kau harus diberi sanksi."
Tuan muda Ryann, tolong ingatlah kalau saya masih berada di belakang anda. Lift akan berhenti tujuh lantai lagi. Jiwa saya tidak kuat untuk menyaksikannya, jika anda memulai disini. Batin Dion.
Bersambung.
Terima kasih yang sudah hadir disini... ❤
Andreana Salma VS Dokter Ryann
Semoga kalian enjoy ya bacanya... 💙
Anna sama Ryann kira-kira bisa mengabulkan keinginan kedua orang tua mereka untuk punya cucu tidak ya?
Salam sayang untuk kalian semua ya... 👋💞
Sampai bertemu di Bab selanjutnya...💜
Sehat-sehat ya semuanya... 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...