Anna dan Nisa baru saja memasuki pesawat pribadinya lagi. Setelah beberapa jam menunggu di ruang VIP. Akhirnya, Pesawat sudah siap untuk digunakan kembali. Serta, Anna sudah mulai berkurang rasa mual dan pusingnya. Sehingga Anna bisa bepergian lebih jauh lagi dengan nyaman dan tenang.
Anna duduk di kursi sebelumnya ditemani dengan Nisa di hadapannya. Pesawat pun lepas landas. Anna meregangkan otot tangannya. Menghela nafasnya lega.
"Nona sebaiknya lanjut tidur lagi saja. Beristirahat agar kandungan nona tidak apa-apa." Saran Nisa.
Karena sebelumnya mereka sudah tidur dalam ruang VIP yang ada dalam bandara. Namun, tidak lebih dari dua setengah jam. Mereka diberi kabar bahwa pesawat mereka telah siap.
"Baiklah." Anna hanya mengiyakan saja.
Ia belum menemukan jawaban atas kebimbangannya dengan bayi yang ada di rahimnya. Ia akan melakukan apa dengan bayi ini? Anna belum tahu mengenai itu. Rasanya seperti menjadi sebuah beban pikiran untuknya.
Nona, saya akan selalu ada di sisi nona. Meskipun nona tidak membutuhkan saya hingga mengusir saya. Batin Nisa melihat Anna yang sudah tertidur dengan nyenyaknya.
"Welcome to London." Anna menghirup udara segar di negara baru.
Mereka telah sampai di London. Selama sembilan jam lebih empat puluh menit mereka sampai juga di London. Tujuan akhir mereka setelah transit di Doha.
Nisa sudah menyiapkan segala sesuatunya setelah ia dan Anna sampai di London. Hingga menyewa sopir yang akan menjadi sopir Anna selama berada di London.
Setelah berurusan dengan bagian imigrasi bandara London. Mereka masuk ke dalam mobil dan menuju hotel yang sudah mereka reservasi sebelumnya.
Diperjalanan Anna terus memperhatikan Nisa. Nisa tampak tenang sambil melihat pemandangan di luar sana melalui jendela mobil. Ia teringat dengan kalimat Nisa yang mengatakan akan pulang setelah dirinya sampai dengan selamat.
"Nisa, aku sudah sampai dengan selamat. Kamu bisa pulang. Perusahaan membutuhkanmu." Anna menatap Nisa serius. Karena ia harus melakukan sesuatu agar terbebas dari beban yang dimilikinya saat ini. Yaitu, bayi yang ada dalam rahimnya.
"Maaf nona. Sepertinya negara ini juga indah dan sangat disayangkan kalau saya langsung pulang." Nisa tersenyum kecil.
"Nisa, tapi kamu harus mengendalikan perusahaan menggantikan aku." Protes Anna.
"Bagaimana kalau pakai Virtual office di pusat bisnis di London? Jadi, nona bisa tetap mengontrol perusahaan dari jarak jauh. Sekaligus bisa mengembangkan usaha di negara ini." Saran Nisa lagi.
Anna menghela nafasnya. Karena Nisa sedari tadi selalu saja memiliki saran dan rencana lain yang bisa membuat dia tetap berada di negara ini.
Sedangkan, Anna yang ingin menolak saran itu merasa akan menjadi sebuah penyesalan kalau sarannya tidak diambil. Secara sarannya dapat menjadi rencana yang bagus dan dapat membangun cabang perusahaan baru di negara lain. Anna tidak membalas saran Nisa. Ia lebih memilih diam dan fokus pada ponselnya.
Maafkan saya, jika saya berperilaku yang tidak seharusnya, nona. Batin Nisa yang sebenarnya merasa tidak enak dengan Anna sebagai atasannya sendiri.
Kurang lebih setengah jam mereka akhirnya sampai di hotel yang sudah mereka reservasi salah satu kamarnya. Anna dan Nisa turun dari mobil dan segera masuk ke lobby hotel.
Beruntungnya mereka tidak membawa barang berat seperti koper dan tas besar lainnya. Hanya sebatas tas wanita pada umumnya saja yang berisikan barang penting.
Anna menunggu di bagian ruang tunggu. Sedangkan, Nisa yang sedang Check-in. Setelah mendapatkan kartu akses untuk kamar mereka. Akhirnya, Nisa dan Anna langsung menuju lift dan naik ke atas untuk ke kamar mereka.
Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
Storie d'amorePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...